Connect with us

Artikel Top Peluit

10 Pemain Terbaik Indonesia Sepanjang Masa!

Dari waktu ke waktu, negara kita selalu menghasilkan talenta berbakat yang bisa mengguncang Asia, bahkan dunia. Siapa saja mereka?

Tim Peluit Panjang akan merangkum 10 pemain terbaik di Indonesia sepanjang masa yang aksinya selalu memberikan decak kagum suporter.

Sejak era Perserikatan, lalu muncul Galatama hingga unifikasi kompetisi (bersatunya dua kompetisi tersebut), sepak bola Indonesia kerap menghasilkan bintang-bintang terbaik lapangan hijau.

Pemain-pemain ini sering menampilkan penampilan luar biasa dan tidak jarang memberikan gelar kepada klubnya masing-masing.

Selain bermain gemilang bersama klub, pemain-pemain ini akhirnya menularkan kemampuan terbaik juga kala berseragam tim nasional.

Walau jarang memberikan gelar kepada tim nasional tetapi aksi-aksi mereka sangat baik serta memukau.

Berikut beberapa nama-nama terbaik versi Peluit Panjang yang terangkum ke dalam artikel ini.

1. Bambang Pamungkas

Bambang Pamungkas, Legenda Persija yang Cetak 200 Gol (Kredit: Situs Resmi Persija)

Bambang Pamungkas, Legenda Persija yang Cetak 200 Gol (Kredit: Situs Resmi Persija)

Nama pertama ini adalah penyerang flamboyan sekaligus top scorer sepanjang masa tim nasional Indonesia.

Pemain dengan nomor punggung khas 20 ini memiliki caps hingga 77 penampilan dan 38 gol bersama Tim Garuda di segala turnamen.

Prestasi terbaiknya ialah mengantarkan tim Merah-Putih meraih gelar runner-up Tiger Cup (sekarang AFF Cup) sebanyak 4 kali yaitu saat tahun 2000, 2002, 2004, 2010.

Bahkan pada Tiger Cup 2002, Bambang Pamungkas sukses meraih gelar pencetak gol terbanyak dengan total 8 jaringan.

Saking berpengaruh untuk Timnas, Bepe -sapaan akrab Bambang Pamungkas- sering ditunjuk sebagai kapten Timnas di berbagai kejuaraan.

Bersama klub, nama pemain ini sangat harum saat memperkuat Persija Jakarta.

Terbukti dengan gelontoran golnya hingga menyentuh angka 200 plus dua gelar liga kompetisi untuk tim Macan Kemayoran pada tahun 2001 & 2018.

Walau pernah memperkuat klub lain di Indonesia yaitu Pelita Bandung Raya, Bepe tetap konsisten menampilkan penampilan terbaiknya.

Bambang Pamungkas bahkan pernah bermain untuk Selangor di Liga Malaysia dan langsung menjadi andalan di musim perdananya yang berakhir dengan berbagai gelar juara.

Pemain yang sangat layak masuk ke dalam 10 pemain terbaik Indonesia sepanjang masa versi Peluit Panjang!

2. Boaz Solossa

Boaz Solossa, One Man Club Indonesia di Persipura Jayapura

Boaz Solossa, One Man Club Indonesia di Persipura Jayapura

Pemain satu ini adalah salah satu legenda sepak bola Papua, bahkan Indonesia.

Di usia yang baru menginjak 18 tahun, Boaz sudah mampu menembus barisan inti penyerang tim nasional.

Debut Bochi -sapaan akrab Boaz- di turnamen resmi timnas adalah saat Tiger Cup 2004.

Boaz menggunakan nomor punggung 7, nomor yang selalu identik dengan striker Borneo Samarinda ini selama merumput bersama Merah-Putih.

Total pemain bernama lengkap Boaz Erwin Solossa bermain sebanyak 48 caps serta 14 gol untuk Timnas Indonesia.

Bersama klub, walau sekarang kakak Bochi bermain untuk Borneo Samarinda, tetapi namanya sangat mengkilap kala berseragam Mutiara Hitam, Persipura.

Bersama Persipura, Boaz berhasil memberikan total 4 gelar Liga Indonesia yaitu pada 2005, 2009, 2011 dan 2013 plus satu gelar Indonesia Soccer Championship A 2016.

Selain gelar bersama tim, Boaz juga sukses meraih gelar individu yaitu gelar top scorer & player of the year di tahun yang sama pada 2009, 2011 serta 2013.

Walau tidak menutup karir di Persipura Jayapura, nama Boaz Solossa sudah menjadi legenda di kota tersebut.

3. Soetjipto Soentoro

Soetjipto Soentoro (Kredit: Bola.com)

Soetjipto Soentoro (Kredit: Bola.com)

Nama selanjutnya adalah legenda Persija Jakarta kelahiran Bandung, 16 Juni 1941, Soetjipto Soentoro.

Memiliki nama panggung ”Gareng”, Soetjipto bermain sebanyak 61 penampilan bersama timnas Indonesia dengan lesatan 32 gol.

Gareng memulai karir sepakbolanya di IPPI Kebayoran saat usia 13 tahun (1954) dan pada usia 14 tahun (1955) bergabung dengan Setia Jakarta.

Di Setia Jakarta, kemahiran mengolah si kulit bundar Gareng benar-benar terasah dengan baik hingga akhirnya panggilan Timnas Indonesia U-19 datang kepada Gareng.

Gareng sukses tampil dalam 9 pertandingan timnas kelompok umur dengan catatan 14 gol.

Salah satu aksinya adalah ketika mencetak 5 gol dalam perebutan tempat ketiga melawan Singapura pada gelaran AFC Youth Championship 1960.

Penampilan luar biasa yang membuat Gareng dipanggil oleh timnas senior beberapa waktu kemudian.

Pada tahun 1965, Gareng masuk dalam skuat timnas senior guna menjalani uji coba di Eropa.

Gareng menggila di Eropa, walau kalah dari Feyenoord Rotterdam (1-6) dan Werder Bremen (5-6), sang striker sukses mencetak total 4 gol.

Turnamen resmi internasional Gareng datang saat Asian Games 1966 di Tokyo dan sukses membawa Indonesia lolos hingga babak 8 besar.

Di tahun yang sama, Indonesia mengikuti Aga Khan Gold Cup dan keluar sebagai juara.

Soetjipto pun sukses mencetak total 9 gol saat itu. Wow!

Selain itu, Soetjipto ”Gareng” Soentoro juga sukses kala memimpin Merah-Putih di King’s Cup 1968 & Merdeka Cup 1968

Dua gelar diberikan Gareng kala itu dan bahkan Gareng juga keluar sebagai pencetak gol terbanyak dalam dua turnamen tersebut.

Bersama Persija Jakarta, Soetjipto “Gareng” Soentoro sukses membawa Macan Kemayoran juara pada Perserikatan musim 1964 setelah mengalahkan Persebaya Surabaya.

Dengan prestasinya itu, tampaknya Gareng layak masuk dalam 10 pemain terbaik Indonesia sepanjang masa.

4. Andi Ramang

Andi Ramang (Kredit: Wikipedia)

Andi Ramang (Kredit: Wikipedia)

Pemain terbaik selanjutnya adalah putra Makassar yang namanya sangat besar di PSM Makassar, yaitu Andi Ramang.

Walau sempat memperkuat Persis (Persatuan Sepak bola Induk Sulawesi) di usia 18 tahun (1942), Ramang adalah legenda sepanjang masa PSM Makassar

Sang striker mulai memperkuat PSM Makassar pada tahun 1947, yang pada waktu itu masih bernama Makassar Voetbal Bond (MVB)

Ramang total bermain hampir 300 pertandingan bersama PSM Makassar dengan raihan 239 gol plus 4 gelar Perserikatan pada 1955-1957, 1957-1959,1964-1965 & 1966.

Permainan apik sang striker bersama klub juga terbawa hingga tim nasional Indonesia.

Pada tahun 1952, Ramang masuk ke dalam skuat Timnas Indonesia saat usia 28 tahun dengan menggantikan Sunardi Arland.

Ramang saat itu ikut TC (Training Camp atau pemusatan latihan) di Jakarta untuk mengikuti kejuaraan melawan negara-negara dari Asia Timur dan berbagai negara lain yang bertajuk East Cup.

Pada kejuaraan tersebut, Indonesia sukses mencetak 25 gol serta hanya kebobolan 7 gol dengan Ramang mencetak 19 golnya.

Puncaknya, Ramang dipanggil oleh pelatih Antun Pogacnik untuk mengikuti Olimpiade Melbourne 1956.

Indonesia lolos ke babak perempat final setelah Vietnam Selatan mengundurkan diri.

Di perempat final, Ramang cs menghadapi Uni Soviet yang dipimpin oleh penjaga gawang legendaris, Lev Yashin.

Pada pertandingan pertama, Tim Garuda bermain imbang 0-0, karena saat itu belum ada sistem perpanjangan waktu, maka match tersebut berlanjut ke babak replay atau pertandingan ulang.

Di babak replay, Indonesia harus mengakui kehebatan Uni Soviet dengan skor 0-4.

Dalam wawancaranya, Ramang berkilah bahwa dia seharusnya mencetak gol, tapi sayang baju beliau ditarik oleh pemain USSR.

Salah satu gol paling terkenal dari Ramang adalah ketika sukses mencetak gol melawan Tiongkok dengan tembakan salto di babak kualifikasi Piala Dunia 1958.

What a legend!

5. Robby Darwis

Robby Darwis (Kredit: timindonesia.id)

Robby Darwis (Kredit: timindonesia.id)

Pemain bertahan satu ini adalah salah satu yang terbaik yang pernah memperkuat Timnas Indonesia dan hadir di sepak bola Indonesia.

Robby Darwis lahir di Bandung, 30 Oktober 1964 dan berposisi sebagai pemain bertahan atau defender.

Sadar lahir dan besar di Bandung membuat Robby Darwis berkeinginan untuk memperkuat Persib.

Langkah awalnya adalah memperkuat SSB Capella saat junior hingga akhirnya di usia 19 tahun datang tawaran untuk memperkuat Maung Bandung.

Penampilan solidnya saat menjaga lini pertahanan Persib membuat tim nasional memanggilnya guna menghadapi SEA Games 1987.

Kepercayaan dari pelatih yang terbayar dengan kontan karena Robby Darwis berhasil mempersembahkan medali emas sepak bola kala itu.

Empat tahun kemudian, di SEA Games Manila 1991, Robby Darwis bersama Feryl Raymond Hattu bahu membahu untuk mempersembahkan medali emas sepak bola kembali ke bumi pertiwi.

Bersama Persib, pemain yang terkenal dengan kata-kata, ”halik ku aing” atau berarti ”pindah, biar saya saja” berhasil mempersembahkan 3x gelar Perserikatan dan 1x juara Liga Indonesia 1995.

Benar-benar pemain yang layak masuk ke dalam 10 pemain terbaik Indonesia sepanjang masa.

6. Hendro Kartiko

Hendro Kartiko (Kredit: Sumsel Update)

Hendro Kartiko (Kredit: Sumsel Update)

Kiper kelahiran Banyuwangi, 24 April 1973 ini adalah salah satu penjaga gawang terbaik yang pernah bermain di sepak bola Indonesia dan tim nasional.

Hendro Kartiko total memiliki 60 caps bersama Tim Garuda dan ikut ambil bagian dalam 3 Piala Asia (1996, 2000, 2004).

Pada awalnya, nama pemain ini baru mencuat ketika membela tim asal Jawa Timur, PS Unmuh Jember dan Persid Jember.

Tahu akan potensi besar sang kiper, Mitra Surabaya bergegas menggaet Hendro muda pada musim 1995-1996.

Saat memperkuat Mitra Surabaya ini Hendro mengalami peningkatan karir yang signifikan.

Hingga kemudian, Timnas Indonesia memanggil Hendro Kartiko untuk mengikuti seleksi untuk Piala Asia 1996.

Awalnya di timnas, Hendro hanya cadangan dari kiper utama Indonesia, Kurnia Sandy, tetapi nasib baik mehinggapi Hendro.

Debut untuk timnas datang ketika pertandingan melawan Kuwait saat babak grup Piala Asia 1996.

Pada menit ke-80, kiper utama Kurnia Sandy mengalami cedera dan Hendro Kartiko masuk untuk menggantikannya.

Walau kebobolan satu gol, kita semua tahu apa yang Hendro Kartiko berikan untuk Timnas Indonesia selama 15 tahun selanjutnya.

Di level klub, Hendro Kartiko melanjutkan karirnya dari Mitra Surabaya menuju Persebaya Surabaya, PSM Makassar, Persija Jakarta, PSPS Pekanbaru, Arema hingga Sriwijaya FC dan pensiun di Mitra Kukar.

Hendro Kartiko sukses mendapatkan dua gelar Liga Indonesia ketika berseragam PSM Makassar di musim 1999-2000 serta Persebaya Surabaya pada tahun 2004.

Serta satu gelar Copa Indonesia ketika merumput bersama Sriwijaya FC (2010).

Sebuah pencapaian luar biasa dari penjaga gawang yang sempat berjuluk Barthez Asia ketika namanya masuk ke dalam AFC All Stars pada tahun 2000.

7. Ronny Pattinasarany

Ronny Pattinasarany (Kredit: Bola.com)

Ronny Pattinasarany (Kredit: Bola.com)

Daftar 10 pemain terbaik di Indonesia sepanjang masa kali ini adalah salah satu legenda terbaik di bumi nusantara.

Lahir di Makassar dengan nama asli Ronald Hermanus Pattinasarany di Makassar pada 9 Februari 1949, pemain ini terkenal dengan nama Ronny Pattinasarany.

Ronny muda memulai karir sepakbolanya di PSM Makassar sejak level junior pada tahun 1966 dan mulai masuk ke tim senior dua tahun kemudian.

Selepas dari PSM Makassar, sang gelandang serang berdarah Ambon ini memilih bergabung dengan salah satu klub Galatama, Warna Agung.

Di Warna Agung, Ronny meraih gelar Olahragawan Terbaik Nasional pada 1981, melengkapi gelar pemain terbaik Galatama 1979 & 1981.

Bersama Timnas Indonesia, Si Kurus Ronny, sempat masuk ke dalam All Star Asia pada 1982, bahkan sebelumnya juga sukses memberikan medali perak SEA Games 1979 & 1981.

Total Ronny Pattinasarany membela panji Garuda Merah-Putih sebanyak 31 penampilan dari 1973 hingga 1981.

Ronny sempat meninggalkan sepak bola demi membantu kedua anaknya lepas dari jeratan narkoba.

Kini, salah satu anak Ronny sudah menjadi cukup terkenal di Indonesia.

Anak dari Ronny Pattinasarany adalah Yerry Pattinasarany atau terkenal dengan Pendeta Yerry.

Pendeta Yerry cukup terkenal di Indonesia dengan berbagai konten di YouTube, termasuk di Majelis Lucu Indonesia bersama Coki Pardede dan Tretan Muslim.

8. Firman Utina

Firman Utina di tim nasional Indonesia

Firman Utina di tim nasional Indonesia

Nama selanjutnya adalah playmaker kenamaan Indonesia berdarah Manado, Firman Utina.

Firman muda mengawali karirnya di Persma Manado sebelumnya akhirnya merapat ke Persita Tangerang mengikuti jejak sang pelatihnya, Benny Dollo.

Uniknya, Benny Dollo dan Firman Utina memiliki hubungan bak ayah dan anak, di mana ada Bendol di situ ada Firman Utina

Sejak usia muda, Firman juga sudah rutin masuk ke dalam list pemain Timnas Indonesia.

Sea Games 2001 adalah salah satu debut turnamen internasional Firman Utina bersama skuat Merah-Putih.

Penampilan konsisten di klub membuat sang pemain termasuk ke dalam skuat Piala Asia 2007 dan menjadi andalan skuat asuhan Ivan Kolev saat itu.

Salah satu kiprah cemerlang Firman adalah saat berhadapan dengan Bahrain di pertandingan pertama Piala Asia 2007.

Kontribusi luar biasa sang pemain ini membuat assist terhadap gol pembuka oleh Budi Sudarsono serta tembakan keras Firman yang membentur mistar sukses dikonversi Bepe menjadi gol kedua.

Total penampilan Firman Utina bersama Timnas yaitu 67 caps dan sukses mengantarkan Indonesia ke tangga kedua AFF Cup pada tahun 2004 & 2010.

Bersama klub, selain bermain cemerlang di Persita, Firman sangat sukses ketika berseragam Arema Malang.

Salah satu gol fenomenal Firman Utina adalah ketika membongkar lini pertahanan Persija dengan aksi solo run di final Copa Indonesia 2005.

Selain itu, bersama Persib Bandung, Firman sukses mendaratkan gelar Liga Indonesia (ISL) 2014.

Maka dari itu, nama Firman Utina kami masukan ke dalam 10 pemain terbaik Indonesia versi Peluit Panjang.

9. Ricky Yakobi

Ricky Yacobi (Kredit: kuyou.id)

Ricky Yacobi (Kredit: kuyou.id)

Pemain bernama asli Ricky bin Yacub ini lahir pada 12 Maret 1963 di Medan, Sumatra Utara.

Berposisi sebagai striker, Ricky muda memulai debut profesionalnya bersama PSMS Medan pada 1979 saat usianya 16 tahun.

Tahu akan bakat besarnya, Ayam Kinantan memberikan kontrak panjang kepada Ricky hingga 1985.

Bermain selama 6 tahun di PSMS, Ricky sukses memberikan dua gelar Perserikatan pada tahun 1983 & 1985.

Sangat dielu-elukan oleh publik Medan membuat penampilan sang striker sangat berbahaya dan ganas apabila bermain di stadion Teladan, markas PSMS.

Di tahun 1986, Ricky membuat keputusan mengejutkan dengan meninggalkan PSMS yang bermain di Perserikatan untuk gabung dengan Arseto Solo (Galatama).

Walau tidak pernah membawa Arsteo juara Galatama, tetapi Ricky sukses mendapatkan dua gelar top scorer Galatama pada 1987 & 1990

Ricky sangat mengkilap saat berseragam Merah-Putih milik Timnas Indonesia.

Beliau memperkuat Timnas Indonesia sejak 1985 hingga 1991 dengan raihan satu gelar medali emas di SEA Games 1987 Jakarta.

Ricky sendiri adalah salah satu pemain pertama asal Indonesia yang bermain di kompetesi luar negeri.

Adalah Matsushita, klub asal Jepang yang merekrut Ricky pada musim 1988.

For your information, Matsushita adalah salah satu klub Liga Jepang yang sudah berubah nama menjadi Gamba Osaka, klub besar Jepang di kemudian waktu.

Kala itu, Matsushita tercatat sebagai member dari Nara Prefecture Adult League 2nd Division.

Faktor cuaca dikabarkan membuat Ricky hanya menjalani musim pendek di negeri Sakura.

Ricky Yakobi hanya bermain sebanyak 6x dengan raihan 1 gol selama karirnya di sana.

10. Kurniawan Dwi Yulianto

Kurniawan Dwi Yulianto, pemain Indonesia yang pernah bermain di Malaysia bersama Serawak (1)

Kurniawan Dwi Yulianto

Salah satu pemain favorit banyak suporter Garuda Merah-Putih dari berbagai generasi.

Kurniawan lahir di Magelang, 13 Juli 1976 atau 45 tahun silam.

Ketika junior, Si Kurus -julukan dari Kurniawan- mengasah kemampuannya di Diklat Salatiga, Jawa Tengah.

Berangkat dari Diklat Salatiga, Kurus menuju ke Italia untuk mengikuti program Primavera PSSI pada tahun 1993.

Karena penampilan impresifnya, Sampdoria klub Italia yang juga menjadi tempatnya agen Sbobet sebagai pusat taruhan bola di Asia menjadi tertarik untuk merekrutnya pada musim 1994.

Setelah bergabung dengan Sampdoria, Si Kurus muda langsung disekolahkan di Sampdoria Primavera selama satu musim, tetapi pada musim yang sama FC Luzern datang untuk merekrutnya.

Di situ karir emasnya bermula.

Bersama FC Luzern, Kurniawan sukses menampilkan 12 caps serta lesatan 3 gol.

Sayang, Kurniawan tersandung kasus sehingga harus pulang ke Tanah Air.

Di Indonesia, Pelita Jaya sudah menunggu kedatangan sang striker.

Selanjutnya, berturut-turut Kurniawan Dwi Yulianto memperkuat Pelita Jaya hingga 1999 lalu menuju PSM Makassar (1999), PSPS (2001), dan Persebaya (2004).

Ketika berseragam PSM dan Persebaya, akhirnya KDY mampu meraih gelar Liga Indonesia (2000 & 2004).

Sempat memperkuat klub Liga Malaysia, Sarawak FA, setelah itu Kurniawan kembali malang melingtang di beberapa klub medioker Indonesia sebelum menutup karir di Persipon.

Kala membela Timnas Indonesia, penampilan beliau sangat memukau, tercatat Kurniawan Dwi Yulianto sebagai 2nd most goal scorer & 2nd most caps, di bawah Bambang Pamungkas.

Selama 10 tahun membela timnas Garuda, Si Kurus sukses mencatatkan 59 penampilan serta lesatan 33 gol.

Prestasi terbaiknya adalah dua gelar runner-up AFF Cup pada tahun 2000 & 2004 serta medali perak SEA Games 1997 untuk Timnas Indonesia.

Pemain yang layak masuk ke dalam 10 pemain terbaik Indonesia sepanjang masa.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P