Connect with us

Artikel Top Peluit

3 Alasan Atletico Madrid akan Gagal Lolos dari Fase Grup UCL

Pertama: Tidak Menang Melawan Lokomotiv Moscow di Pertemuan Pertama

Tim besutan Diego Simeone ini terancam gagal lolos dari fase Grup UEFA Champions League apabila tidak menang juga ketika melawan Lokomotiv Moscow nanti malam.

Meskipun menguasai La Liga musim ini, nyatanya Los Rojiblancos kesulitan di Liga Champions dengan hanya meraih 4 poin dari 3 laga sejauh ini.

Peluit Panjang memaparkan 3 alasan Atletico Madrid akan kesulitan lolos dari fase grup UCL.

Pada pertemuan pertama di kandang Lokomotiv Moscow, Atletico Madrid harus puas membawa 1 poin dari Rusia.

Lokomotiv Moscow 1-1 Atletico Madrid

Gol di menit 18 dari Jose Gimenez (Atletico Madrid) bisa disamakan oleh Anton Miranchuk di menit 25 dari tendangan penalti.

Padahal, Atletico Madrid jauh mendominasi pertandingan dengan 14 tembakan, 66% penguasaan bola dan 85% umpan sukses.

Sedangkan, Lokomotiv Moscow hanya memiliki 4 peluang total meskipun bermain di kandang sendiri.

Terlebih, mereka hanya sukses menguasai 34% penguasaan bola serta 76% umpan sukses.

Lokomotiv Moscow saat ini berada di peringkat 3 dengan 2 poin, hanya berselisih 2 poin dari Atletico Madrid di peringkat 2.

Namun, Lokomotiv Moscow memiliki selisih gol (1-) yang tidak lebih buruk ketimbang Atletico Madrid (-3).

Dengan sudah berhasil meredam Atletico Madrid di kandang mereka sendiri, Lokomotiv Moscow tentu memiliki bekal pengalaman untuk mencuri poin lagi di Wanda Metropolitano nanti malam.

Baca juga: Simak Peluang 4 Tim Pertama yang Lolos Fase Gugur UCL

Kedua: Sudah Poin Sedikit di Grup, Selisih Gol Minus Pula

Atletico Madrid sejauh ini berada di peringkat 2 klasemen sementara Grup A musim ini di ajang Champions League.

Pasukan Diego Simeone hanya bisa menang 1 kali, seri 1 kali serta kalah 1 kali.

Lalu, Joao Felix dan kawan-kawan hanya bisa mencetak 4 gol, sama dengan perolehan Lokomotiv Moscow di peringkat 3 dan lebih sedikit dibandingkan RB Salzburg di peringkat 4.

Atletico Madrid pun menang dengan susah payah ketika berhadapan dengan RB Salzburg dengan skor 3-2.

Secara penguasaan bola, Atletico Madrid kalah dengan hanya berhasil mengirimkan umpan sukses sebanyak 444 kali (akurasi 77%), kalah dengan tim tamu RB Salzburg (469 kali dengan akurasi 77%).

Sehingga, penguasaan bola pun Atletico kalah dengan RB Salzburg, yaitu 49% berbanding 51%.

Padahal, Atletico Madrid unggul sedikit di jumlah peluang (19 berbanding 14).

Kekalahan Atletico Madrid di fase grup musim ini datang di matchday pertama ketika mereka kalah dari Bayern Munich dengan skor 4-0 di Allianz Arena.

Bayern Munich 4-0 Atletico Madrid

Secara jumlah peluang, pasukan Hans-Dieter Flick unggul jauh (16) dibandingkan dengan Atletico Madrid (6).

Lalu, penguasaan bola pun demikian, Bayern menguasai 59% dengan akurasi 85% dibandingkan dengan Atletico Madrid, 41% ball possession dan 78% umpan sukses.

Ketiga: Gaya Bermain Atletico Madrid Diprediksi Bisa Bunuh Diri

Diego Simeone terkenal memiliki filosofi permainan bertahan yang sangat kental.

Dengan low block dan formasi 4-4-2, Atletico Madrid era Diego Simeone dikenal sebagai salah satu tim dengan gaya bermain yang sangat bertahan.

Namun, Atletico Madrid beberapa kali menguasai Spanyol dan Eropa.

Sejak menangani Atletico Madrid di tahun 2012, Simeone berhasil memberikan 1 gelar La Liga Spanyol, 1 gelar Copa Del Rey, 1 Supercopa de España, 2 Europa League dan 2 UEFA Super Cup.

Padahal, seharusnya Atletico Madrid bisa mendapatkan lebih banyak gelar karena banyak mendatangkan banyak pemain berbakat dengan harga selangit.

Untuk saat ini, Atletico Madrid memiliki Joao Felix, Thomas Lemar, Diego Costa, Kieran Trippier, Luis Suarez, Marcos Llorente dan masih banyak lagi pemain yang didatangkan dengan biaya yang tidak sedikit.

Atletico Madrid 1-0 Barcelona

Berkat borosnya pembelanjaan pemain, secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi keuangan klub.

Laporan dari Goal mengatakan bahwa Atletico Madrid memiliki utang sebesar 999 juta euro.

Dengan skuad mewah dari sisi kualitas dan harga, alangkah baiknya apabila Diego Simeone mengubah gaya bermainnya menjadi lebih memiliki inisiatif menyerang dan mendominasi supaya memastikan permainan ada di sisi mereka.

Sayangnya, Diego Simeone masih sangat berhati-hati dan memilih bertahan total.

Hasilnya pun tidak memuaskan, di mana terakhir Atletico Madrid meraih gelar adalah di tahun 2018.

Musim lalu, Atletico Madrid pun harus gugur di babak perempat final Champions League melawan RB Leipzig, sebuah tim yang baru didirikan di tahun 2009.

Secara kualitas dan pengalaman, padahal Atletico Madrid berada di atas tim asal Bundesliga Jerman tersebut.

Nyatanya, Atletico Madrid harus gugur karena memilih bermain bertahan.

Sudah terbukti dengan banyak kekalahan hadir karena keputusan Atletico Madrid untuk bermain bertahan.

Apabila Atletico Madrid terus-terusan bermain dengan low block atau dengan mindset bertahan, akan menjadi bom bunuh diri bagi mereka sendiri.

2 Comments

2 Comments

  1. Pingback: Atletico Madrid vs Bayern Munich: Luis Suarez Bisa Bermain Meski Covid-19

  2. Pingback: Atletico Madrid vs Bayern Munich: Luis Suarez Bisa Saja Bermain Meski Covid-19

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P