Connect with us

Artikel Top Peluit

7 Faktor Penting Sehingga Lille Bisa Juara Ligue 1 Musim 2020-2021

Kisah underdog semacam ini adalah hal yang membuat sepak bola menjadi indah. Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana bisa?

Lille Juara Ligue 1 Musim 2020-2021

Lille juara Ligue 1 musim 2020-2021 adalah salah satu kisah menarik di jagat dunia sepak bola.

Kredit perlu diberikan kepada armada Christope Galtier dalam mengarungi tahun-tahun yang sulit di tengah pandemi virus corona.

Pertanyaan selanjutnya adalah: bagaimana bisa Lille menjadi juara Ligue 1?

Berikut adalah 7 faktor penting sehingga Lille bisa juara Ligue 1 musim 2020-2021.

1) Christophe Galtier, Pelatih Lille

Dari total 123 pertandingan bersama Lille di Ligue 1, Galtier berhasil memenangkan 66 pertandingan, 28 hasil seri dan 29 kekalahan.

Setelah mengambil alih kursi pelatih dari Marcelo Bielsa, Galtier berhasil membawa Lille menyelesaikan kompetisi di peringkat 2, kemudian 4, dan sekarang juara.

Entah bagaimana caranya, Galtier selaku mantan pelatih Saint-Etienne ini berhasil membuat para pemain yang terbatas secara kuantitas namun tidak dengan kualitas, bisa fokus sepanjang musim dan tidak sombong sampai akhirnya menjadi juara.

Kredit patut kita berikan untuk Galtier akan hal itu.

“Para pemainku punya sesuatu di tangan mereka dan kita harus mencegah para lawan untuk mengambilnya dari kami, seperti seekor anjing ketika sedang memegang tulang di mulut mereka.”

-Christophe Galtier.

Pada tengah musim lalu, Lille harus berpindah tangan dari segi kepemilikan klub dan hal tersebut adalah tantangan sendiri bagi Galtier.

Hebatnya, Galtier berhasil menyelesaikan tantangan tersebut.

Secara statistik, Lille berhasil mendapatkan 12 poin dari 10 menit terakhir di Ligue 1 musim ini.

Mirip seperti Sir Alex Ferguson di Manchester United, Lille musim lalu memiliki “Galtier Time.”

Tidak hanya itu, Lille juga hanya kemasukan 7 gol di babak kedua musim lalu.

Namun, Galtier sudah mengonfirmasi bahwa dirinya tidak akan melanjutkan kontraknya sampai tahun 2022.

2) Kekompakan Tim: Sedikit Pemain yang Bermain

Lille hanya bermain dengan total 21 pemain di Ligue 1, paling sedikit dari 20 tim di liga tersebut.

Secara kolektif, Lille tampil gemilang, namun sang gelandang tengah, Benjamin Andre cukup menjadi sorotan.

Pemain berusia 30 tahun tersebut adalah salah 1 dari 3 pemain dengan usaha tekel, tekel sukses, dan melakukan pelanggaran terbanyak di liga.

Akibatnya, 10 kartu kuning diraih oleh Andre dengan 2 hukuman akumulasi kartu dijalani pula olehnya.

3) Burak Yilmaz, Pemain Terbaik Pembawa Lille Juara Ligue 1

Burak Yilmaz sudah tidak muda lagi dan hanya pernah bermain di China selain di Turki selaku kampung halamannya sendiri.

Keputusan Lille untuk mendatangkannya pada awal musim lalu menjadi sebuah tanda tanya besar.

Saat itu, Burak datang untuk menggantikan Loic Remy yang pergi ke Çaykur Rizespor di Turki.

Lalu, 16 gol dan 5 assist di 28 penampilan di liga,  nominasi pemain terbaik Prancis serta gelar Ligue 1 kemudian, Burak berhasil membuktikan kepada orang-orang yang ragu kepadanya bahwa dia masih mampu bersaing di kompetisi top.

Padahal, Burak sempat cedera panjang mulai pertengahan Januari sampai awal Maret.

Namun, Burak masih bisa memberikan yang terbaik bagi Lille.

“Kami semua melihat persiapannya.”

-Christophe Galtier, pelatih Lille.

Ucapan tersebut terlontar dari sang pelatih seusai sang penyerang tengah mencetak 2 gol dan membuat 1 assist di kemenangan krusial di pekan 34 dari Lyon sehingga membuat Lille semakin dekat dengan gelar juara.

“Apa yang kami bisa katakan bahwa dia adalah seorang pemain senior, dia berusia 35 tahun.”

“Namun, dengan pengalamannya, dia tenang, dia memberikan nasihat, dia kuat untuk di tanah dan di udara.”

“Dia bisa menyatu dengan tim secara pemainan, dia tahu cara mencetak gol dengan kaki kanan dan kiri. Aku belajar darinya setiap hari.”

-Jonathan David.

David adalah penyerang muda asal Kanada yang merupakan rekor pembelian termahal Lille sejauh ini.

Bersama dengan Burak, kombinasi maut keduanya berhasil menciptakan 29 gol meskipun keduanya terpaut jarak 14 tahun.

4) Banyak Clean Sheets

Les Dogues hanya kemasukan 23 gol musim ini, paling sedikit di Ligue 1.

Rekor terbaik yang pernah ada sejak awal tahun 2000 adalah ketika PSG juara di musim 2015-2016 (19).

Jose Fonte adalah kunci di jantung pertahanan Lille.

Bek tengah Portugal berusia 37 tahun ini tampil di 36 pertandingan Ligue 1.

Dua pertandingan yang Fonte lewatkan adalah ketika Lille menang 4-0 melawan Lorient di pekan 11 dan melawan Angers di pertandingan terakhir, semuanya akibat hukuman akumulasi kartu.

Tidak hanya Fonte, Galtier juga memiliki Sven Botman, bek tengah muda penuh potensi dari Belanda.

Botman baru datang dari tim muda Ajax Amsterdam untuk menggantikan Gabriel Magalhaes yang dijual mahal ke Arsenal musim ini.

Keduanya tampil kompak dan solid sehingga membuat Lille sulit kemasukan gol.

Tidak hanya bek tengah, penjaga gawang juga bermain dengan standar tinggi

Mike Maignan yang saat ini sudah pindah ke AC Milan tampil dengan 21 clean sheets bersama Lille di Ligue 1 musim 2020-2021 lalu.

5) Pesaing yang Tidak Konsisten

Selain Lille yang memang hebat, para pesaing di Ligue 1 juga tidak tampil impresif musim 2020-2021 lalu.

Paris Saint-Germain yang biasanya mendominasi liga, harus mendapati banyak konflik internal klub.

Thomas Tuchel sang pelatih dipecat di awal musim.

Kemudian, Neymar sering absen akibat kartu merah (2 kali) serta 1 kali akumulasi hukuman kartu kuning.

Neymar juga harus absen akibat banyak cedera sehingga hanya bisa bermain 18 kali di Ligue 1.

AS Monaco selaku tim peringkat 3 baru bangkit di paruh kedua musim setelah sempat berkutat di papan tengah.

Lalu, Lyon yang sempat bersaing untuk gelar juara akhirnya harus ‘kehabisan bensin’ menjelang musim selesai.

Sedikitnya waktu istirahat serta kemungkinan burnout menyebabkan banyak pesaing Lille kesulitan konsisten di papan atas.

6) Pintar Mencari Pemain Pengganti

Kredit harus kita berikan kepada Lille terkait rekrutmen pemain yang tepat.

Bagaimana tidak, mereka ditinggalkan 2 pemain kunci dengan nominal yang besar.

Victor Osimhen pergi ke Napoli, sedangkan Gabriel Magalhaes melanjutkan petualangan bersama Arsenal.

Lille berhasil mendapatkan uang sebesar 99 juta euro atau sekitar Rp 1,7 T dari penjualan pemain.

Sedangkan, mereka hanya menghabiskan 40,30 juta euro atau sekitar Rp 700 M untuk belanja pemain.

Dengan mendatangkan David, Botman dan Burak ke tim inti, Lille akhirnya mampu menjuarai gelar Ligue 1 ke-5 sepanjang sejarah klub.

7) Gaya Permainan Sesuai Kapasitas Pemain Sehingga Lille Bisa Juara Ligue 1

Secara strategi, tidak ada yang terlalu istimewa dari Lille.

Sepanjang musim, Galtier bermain dengan formasi 4-4-2 dengan 2 gelandang bertahan ditempati oleh Benjamin Andre dan Boubakary Soumaré serta sesekali diganti oleh Xeka.

Kemudian, Lille bermain cukup memiliki inisiatif untuk menyerang dengan rataan penguasaan bola 53% dengan 83% operan sukses.

Meskipun begitu, Lille lebih mengandalkan serangan balik cepat melalui kedua sayapnya yang cepat, yaitu Jonathan Bamba dan Jonathan Ikone.

Penyelesaian akhir diserahkan kepada Jonathan David dan Burak Yilmaz.

Terkadang, Yusuf Yazici juga bermain sebagai gelandang serang dalam formasi 4-4-1-1 atau sebagai penyerang di formasi 4-4-2.

Reinildo selaku bek kiri dan Mehmet Zeki Celik di bek kanan kerap membantu serangan, namun lebih fokus kepada pertahanan.

Tiga pemain kunci pertahanan, yaitu 2 bek tengah (Fonte dan Botman) serta Maignan sang kiper bermain solid sepanjang musim.

Selain bermain sesuai kapasitas pemain yang ada, sikap Lille setiap pertandingan terbilang bagus, mereka fokus di setiap pertandingan dengan jarang kecolongan.

Berkat itu, wajar apabila Lille menjadi juara Ligue 1.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P