
Ajax tahun 1995 bisa dibilang adalah salah satu tim sepak bola terbaik sepanjang masa. Ajax berhasil menjuarai UEFA Champions League dan Liga Belanda di tahun yang sama tanpa pernah terkalahkan. Selain itu, kehebatan Ajax tahun 1995 tersebut berhasil mereka capai dengan banyak pemain muda.
Ajax Amsterdam 1995: Mendominasi Dunia dengan Anak-Anak Muda
Saat itu, Ajax masih bermain di Olympic Stadium dan De Meer Stadium.
Namun, pada hari ini, markas mereka sudah berada di Johan Cruyff Arena.
Untuk kualitas skuad, Ajax Amsterdam periode ini sangatlah luar biasa.
Pada musim 1994-1995, pelatih Louis van Gaal bermain dengan filosofi Total Voetbal.
Keinginan van Gaal mampu diterapkan dengan sempurna oleh anak buahnya.
Louis van Gaal banyak mengandalkan nama-nama lokal berkualitas dan berkombinasi dengan bintang-bintang muda mancanegara.
Di bawah mistar gawang, van Gaal mengandalkan kiper Timnas Belanda berperawakan kurus nan tinggi, Edwin van der Sar.
Kiper bertinggi badan 197 cm ini bermain sebanyak 11 kali selama turnamen berlangsung atau dengan kata lain van der Sar selalu bermain sepanjang gelaran.
Name a better team in 1995. pic.twitter.com/bOWR0cF26i
— AFC Ajax (@AFCAjax) May 24, 2020
Bahkan, van der Sar tercatat total bermain sebanyak 312 pertandingan bersama Ajax hingga akhir musim 1999.
Untuk mengawal van der Sar, sang pelatih menaruh tiga bek berkualitas untuk menjaga lini pertahanan De Amsterdammers.
Ketiga nama tersebut adalah Michael Reiziger, Frank de Boer serta kapten Danny Blind.
Hampir semua jurnalis olahraga kala itu sepakat menganggap bahwa trio defender adalah deretan bek terbaik di era ini.
Ketiga pemain ini saling melengkapi satu sama lain, apalagi dengan kehadiran seorang Blind yang menjadi sweeper dalam pola formasi tersebut.
Reiziger dan de Boer masing-masing bertugas mengcover area kanan dan kiri pertahanan Tim Putih-Merah secara disiplin.
Kemudian, van Gaal menempatkan satu nama yang bertugas sebagai gelandang bertahan.
Nama tersebut adalah sesosok bertinggi 190 cm dan berambut ikal yaitu, Franklin Edmundo Rijkaard alias Frank Rijkaard.
Rijkaard adalah salah satu sosok kunci permainan dari Ajax Amsterdam saat itu.
Selain fasih bermain sebagai gelandang bertahan, Rijkaard acap kali turun ke belakang membantu pertahanan dan bertindak sebagai pemain bertahan.
Kompak dari Lini ke Lini
Selain Rijkaard yang bertanggung jawab di lini tengah, terdapat tiga nama lain yang reguler mengisi pos gelandang.
Masing-masing memiliki tugas khusus untuk membuat lini tengah berjalan dengan nyaman.
Ada nama Edgar Davids yang bertugas sebagai gelandang box-to-box atau ‘pengangkut air’, salah satu peran paling sibuk di tim.
Gelandang bernama asli Edgar Steven Davids ini harus ikut membantu pertahanan ketika dalam posisi tertekan dan juga aktif menyerang.
Ketika dalam skema menyerang, Davids akan saling berkoordinasi dengan dua gelandang serang lainnya yaitu, Clarence Seedorf dan Ronald de Boer.
Keempat pemain tersebut menawarkan lini tengah yang solid dan kuat untuk Ajax Amsterdam selama memburu trofi ‘Si Kuping Lebar’ itu.
Untuk lini depan, Meneer van Gaal setia menggunakan trisula maut, yakni Marc Overmars serta Finidi George yang menjadi sayap dan Jari Litmanen.
Walaupun bertugas sebagai penyerang tengah, Jari Litmanen harus cukup mobile atau aktif untuk menjemput bola atau sebagai pemantul untuk para pemain sayap.
#OnThisDay in 1995…🥇
☑ Champions of 🇳🇱
☐ Champions of 🇪🇺 pic.twitter.com/5VSAS2OJCF— AFC Ajax (@AFCAjax) May 14, 2020
Karena perannya cukup bebas, penyerang asal Finlandia tersebut sukses mencetak 6 gol sepanjang Liga Champions 1994/1995.
Litmanen bergantian dengan kompatriotnya di Ajax Amsterdam yaitu penyerang muda, Patrick Kluivert.
Kluivert bahkan menjadi salah satu pencetak gol termuda di final Liga Champions dalam usia 18 tahun 10 bulan 24 hari.
Gol tersebut berhasil Kluivert kreasikan ke gawang AC Milan di malam final UCL 1995.
Sebuah skuad yang mewah karena bermaterikan pemain-pemain muda nan potensial untuk Ajax Amsterdam.
Pola Total Voetbal yang Sukses Di Bawah Arahan Louis van Gaal
Negara Belanda terkenal akan sepak bola menyerangnya yang bernama Total Football atau dalam bahasa Belanda bernama Total Voetbal.
Sebuah skema permainan yang tercetus berkat penemuan pelatih legendaris Ajax Amsterdam di tahun 1920-an, Jack Reynolds.
Skema permainan menyerang ala Jack Reynolds akhirnya mampu berkembang pesat berkat tangan dingin seorang Rinus Michels.
Setelah itu permainan menyerang dengan mengandalkan 11 orang itu mampu diadopsi dengan baik oleh Louis van Gaal ke dalam skuad Ajax 1994-1995.
Meneer van Gaal mematok formasi 3-4-3 yang akhir berkembang menjadi 3-1-3-3 dengan mengandalkan satu halfback bernama Rijkaard.
Komposisi tiga pemain bertahan yang tersedia memiliki fungsinya masing-masing dan tentunya di bawah komando sang kapten, Danny Blind.
Blind yang bertugas sebagai sweeper memiliki tugas khusus untuk selalu melakukan cover untuk duet stopper Frank de Boer serta Michael Reiziger.
#OnThisDay in 1995, Europe was ours! 🏆🇪🇺
Grab a 🥤 and enjoy the @ChampionsLeague final once again with these highlights!#UCLfinal pic.twitter.com/D0EM9H3Nny
— AFC Ajax (@AFCAjax) May 24, 2019
Empat gelandang yang mengisi lini tengah juga kerap membantu pertahanan dan menjadi lini pertama yang melakukan build-up serangan.
Apalagi keempat gelandang Ajax sangat berkelas, selain Rijkaard ada nama Davids, Seedorf, Ronald de Boer hingga Litmanen.
Dengan begitu, para barisan striker bisa dengan fokus melakukan manuver dan serangan menuju pertahanan lawan.
Belum lagi supply istimewa dari lini kedua yang kerap memanjakan trisula maut Ajax Amsterdam.
Hal tersebut terhitung sukses karena selain merengkuh trofi Liga Champions, Jari Litmanen dan kawan-kawan juga mendapatkan gelar Eredivisie 1995.
Statistik Istimewa Ajax 1995
Selama musim 1994-1995, Ajax berhasil juara Eredivisie, Liga Belanda.
Ajax berhasil juara Liga Belanda yang ke-25 dengan hebat, yaitu tidak terkalahkan sama sekali plus berhasil mencetak 106 gol.
Total pertandingan di Eredivisie: 34, menang 27 dan seri 7.
Pada musim itu, Ajax juga berhasil menjuarai UEFA Champions League mereka yang ke-5 pada final tahun 1995, mengalahkan AC Milan dengan skor 1-0.
Selain itu, Ajax juga menjuarai Piala Interkontinental (sekarang Piala Dunia antar klub), mengalahkan Gremio.
Wanna see some legends? 😍#OnThisDay in 1995…
The best in the world. 🌏🏆 pic.twitter.com/3hEDz6hexx— AFC Ajax (@AFCAjax) November 28, 2019
Bahkan, dari 1994 sampai 1996, Ajax berhasil tidak terkalahkan di 52 pertandingan lokal + 19 pertandingan UEFA Champions League.
Sementara itu, Ajax dinilai mencapai puncaknya pada tahun 1995.
Pada tahun 1995, Ajax tidak terkalahkan selama 1 tahun penuh!
Selama 1995, Ajax tidak terkalahkan di total 48 pertandingan, termasuk pertandingan di Belanda dan Eropa.
Sampai hari ini, belum ada yang bisa menyamai rekor Ajax 1995: juara Champions League dan liga tanpa pernah kalah 1 kali pun.
Usia rata-rata skuad Ajax pada final Champions League 1995 pun terbilang muda: 23 tahun!
Clarance Seedorf menjadi yang termuda di final 1995 dengan 19 tahun, kemudian ada trio 22 tahun dalam diri Edgar Davids, Marc Overmars dan Michael Reiziger.
Ada juga 3 pemain yang berusia 24 tahun yang tampil di final, yaitu Edwin van der Sar, Finidi George, dan Jari Litmanen.
Kemudian, ada juga anak kembar, Frank dan Ronald De Boer yang masih berusia 25 tahun.
Lalu terakhir, ada 2 pemain senior, yaitu Frank Rijkaard (32) dan sang kapten Danny Blind (33) yang membimbing para pemain muda ini.
Pemain-pemain lain: Nwankwo Kanu (19 tahun), Marc Overmars (22), Fred Grim (30), Winston Bogarde (24), Michel Kreek (24), Sonny Silooy (31), Mendel Witzenhausen (19), Kiki Musampa (18), Tarik Oulida (21), Martijn Reuser (20), Martijn Reuser (20), John van den Brom (28), Nordin Wooter (19), Patrick Kluivert (18), dan Peter van Vossen (26).
