Dendam Ajax Amsterdam
Ajax Amsterdam memulai kampanye musim baru ini (2021-2022) dengan hasil yang luar biasa.
Mereka sukses bercokol di puncak klasemen Eredivisie (Liga Belanda divisi teratas) hingga pekan 6 setelah rentetan hasil.
Anak asuh Erik ten Hag ini berhasil meraup 5 kemenangan dengan 1 hasil imbang plus hanya kebobolan satu gol.
Ya, klub yang bermarkas di Johan Cruyff ArenA ini sedang mengalami musim yang luar biasa.
Padahal, saat memulai pre-season, Ajax beberapa kali mendapatkan hasil minor termasuk harus kalah dari PSV Eindhoven di Piala Super Belanda.
Dalam piala yang memiliki nama lain Johan Cruyff Shield itu, Ajax kalah dengan skor menyakitkan, 0-4.
Berbekal hasil negatif tersebut, sang pelatih Erik ten Hag tetap optimis dengan kualitas tim Ajax Amsterdam.
Dusan Tadic dan kawan-kawan akhirnya membuktikan kepercayaan dari Erik Ten Hag dengan hasil yang mengesankan.
Dalam 6 pertandingan mereka sukses meraih 16 poin dengan 27 kali mencetak gol ke gawang lawan!
Lihat postingan ini di Instagram
Kemenangan terbesar Ajax terjadi pada 19 September lalu, di mana tim promosi, SC Cambuur, harus kalah 9-0 di ibu kota Belanda, Amsterdam.
Dengan kata lain, Ajax memiliki rata-rata 4,5 gol per pertandingan, sebuah hal yang fantastis.
Lalu apa sebenarnya yang menjadi kunci sukses Erik Ten Hag dalam meracik Ajax Amsterdam menjadi klub yang ganas baik di kompetisi domestik maupun internasional.
For your information, Ajax juga sukses mengalahkan Sporting CP asal Portugal di babak penyisihan grup Liga Champions dengan skor 1-5.
Key Success ala Erik ten Hag (1/2)
Pada musim ini, Erik ten Hag tetap mengandalkan nama-nama muda berkelas yang sudah mengisi skuat kebanggaan De Amsterdammers.
Di bawah mistar gawang, nama Andre Onana sebenarnya sangat menjadi andalan sang pelatih, tetapi kasus yang kiper Kamerun derita membuat dirinya tergeser.
Pada Oktober 2020 lalu, Onana yang sedang tidak enak badan, tidak sengaja meminum obat milik istrinya yang mengandung diuretic furosemide.
Saat itu, Onana keliru dan mengira bahwa obat istrinya tersebut adalah miliknya.
Untuk sementara, ada dua nama uzur yang siap menggantikan pos Onana, yaitu Maarten Stekelenburg (39 tahun) serta Remko Pasveer (37 tahun).
Kedua nama ini total sudah memberikan 5 clean sheets dari 6 pertandingan Eredivisie 2021-2022.
Untuk skema back four, coach Erik reguler mempercayakan kepada 4 nama, yaitu Jurrien Timber, Lisandro Martinez serta dua full back andalan, Daley Blind di kiri & Noussair Mazraoui di kanan.
Total mereka sudah bermain bersama dalam 5 laga awal Eredivisie dan hanya kebobolan satu gol ketika berhadapan dengan FC Twente (22/8).
Lihat postingan ini di Instagram
Selain itu, mereka memiliki pemain pelapis yang cukup mumpuni: Nico Tagliafico, Perr Schuurs serta Devyne Rensch.
Untuk posisi lini tengah, trio andalan Edson Alvarez asal Meksiko, Davy Klaassen serta youngster berbakat, Ryan Gravenberch menjadi andalan utama.
Khusus nama terakhir, Ryan Gravenberch adalah nama muda selanjutnya yang diprediksi sebagai pemain top di daratan Eropa.
Musim ini, Ryan sudah bermain 6 kali dan membukukan satu gol plus membuat 7 peluang serta 287 kali umpan akurat.
Sebuah statistik yang luar biasa mengingat usia Ryan belum genap 20 tahun.
Ketiga nama tersebut juga memiliki back-up yang cukup sepadan, terdapat nama Zakaria Labyad, Mohammed Kudus asal Ghana, serta Victor Jansen & Kenneth Taylor.
Key Success ala Erik ten Hag (2/2)
Yang menarik, untuk urusan lini depan, Erik ten Hag tidak akan pusing karena terdapat nama-nama menjanjikan yang membuat de Joden sangat produktif.
Penyerang tengah kemungkinan besar mutlak akan diisi oleh Sebastien Haller yang sudah mencetak 5 gol dalam 6 penampilannya.
Striker asal Pantai Gading ini juga tercatat memecahkan rekor transfer klub dengan nilai fee 22 juta euro pada Januari 2021 silam.
Kala itu, Sebastien Haller datang dari West Ham United.
Haller akan bahu membahu bersama dua sayap berkualitas De Amsterdammers, Dusan Tadic dan Steven Berghuis.
Dusan Tadic, pemain sayap asal Serbia ini sudah mencetak 4 gol serta 1 assists.
Lihat postingan ini di Instagram
Kemudian, Berghuis yang datang dari klub rival bebuyutan Ajax, Feyenoord, sudah bermain 9 kali dengan 3 gol.
Selain sebagai pemain sayap, Berghuis juga fasih bermain sebagai penyerang tengah, penyerang lubang dan striker sayap.
Lalu, ada David Neres, andalan asal Brasil sudah membukukan 2 gol dan 1 assists dalam 5 pertandingan.
Selain itu, ada Mohammed Daramy, pemain termahal yang Ajax datangkan pada musim panas 2021 ini dengan mahar 12 juta euro dari FC Copenhagen.
Posisi andalan Daramy adalah sayap kiri, namun ia juga handal ketika bermain di sayap kanan maupun penyerang tengah.
Terakhir, ada lulusan Ajax Academy terbaru, yaitu Sontje Hansen.
Total Voetbal sejak Akademi Ajax Amsterdam
Klub yang berdomisili di kota Amsterdam ini sangat paham akan Total Voetbal.
Secara sempit, Total Voetbal adalah taktik permainan dengan kemungkinan setiap pemain bisa berpindah posisi dengan cepat.
Dengan demikian, taktik ini mengharuskan setiap tim memiliki kemampuan bertahan dan menyerang yang sama baiknya serta fisik yang optimal.
Salah satu tim sepak bola terbaik sepanjang masa, yaitu era Barcelona era Pep Guardiola, adalah tim yang mengimplementasikan Total Voetbal.
Artinya, Total Voetbal jelas memberikan dampak yang nyata kepada peradaban si kulit bundar.
Hal tersebut yang selalu Ajax pertontonkan dari tahun ke tahun, termasuk pada musim 2021-2022 ini.
Meskipun Ajax tidak punya pemain sehebat Lionel Messi, Andres Iniesta, Xavi, dan lainnya, tapi para pemain mereka pun tidak kalah hebat.
Lihat postingan ini di Instagram
Kemudian, tidak hanya tim senior saja, hal ini juga berlaku sejak para pemain muda yang masuk ke dalam akademi Ajax.
Filosofi yang sudah tertanam sejak di Youth Academy ini yang akhirnya membuat Ajax Amsterdam cukup sukses menyalurkan bakat-bakat unggul.
Bahkan, ketika mereka menjuarai Liga Champions 1995, mayoritasnya adalah para pemain yang lahir dari produk akademi junior mereka.
Suatu hal positif untuk akademi yang sudah terbentuk sejak tahun 1900 itu.
Apalagi akademi Ajax yang berpusat di Sportpark De Toekomst, Amsterdam ini memiliki fasilitas kelas wahid dengan 8 lapangan sepak bola.
Hal tersebutlah yang pada akhirnya membuat pemain-pemain berbakat tersebut paham akan pola permainan Tim Putih-Merah ketika beranjak senior.
Tak ayal banyak dari pemain tersebut sudah matang secara permainan dan pemahaman strategi di usia yang terbilang belia.
Contoh seperti Andy Van Der Meyde, Wesley Sneijder, Maarten Stekelenburg dan beberapa pemain lain macam Donny Van De Beek, Frenkie De Jong serta Matthijs De Ligt.
Pemain-pemain yang menjadi tulang punggung I Lancieri sejak usia muda walau pada akhirnya mereka meninggalkan Ajax untuk bergabung dengan tim-tim besar Eropa lainnya.
Total Voetbal jelas menjadi salah satu kunci sukses dari keberlangsungan tim asal ibu kota Belanda tersebut menatap setiap kompetisi dari tahun ke tahun.
Ajax Amsterdam, Klub Paling Berkelanjutan di Dunia
Ajax Amsterdam jelas unggul dari segi permainan.
Tim asal ibu kota Belanda tersebut sejauh ini adalah yang terbaik dari penguasaan bola per laga (67,3%), operan sukses (85,1%) dan tembakan per laga (21,3) di Eredivisie.
Dengan begitu, tidak heran apabila Ajax akan menjadi juara di akhir musim nanti.
Petuah “pertahanan terbaik adalah menyerang” jelas sangat terpancar dari permainan tim yang memiliki hubungan abadi dengan Bob Marley tersebut.
Ajax adalah tim paling sedikit yang mendapatkan tembakan dari lawan (8,3) di Eredivisie.
Selain itu, mereka juga menjadi yang paling bersih dalam urusan pelanggaran (8,1).
Meskipun bukan yang terbaik dalam beberapa bidang ini, namun Ajax memiliki aksi yang tinggi dalam urusan tekel per laga (17,4) dan intersepsi per laga (9,4).
Lihat postingan ini di Instagram
Ajax terbilang salah satu tim paling berkelanjutan di dunia.
Bagaimana tidak, mereka memiliki filosofi bermain yang sudah tertanam sejak akademi sampai dewasa.
Kemudian, filosofi tersebut pun merupakan salah satu yang terbaik sepanjang peradaban sepak bola.
Selain itu, akademi mereka yang sangat megah pun tidak henti-hentinya menghasilkan para pemain muda berbakat.
Secara keuangan pun, Ajax Amsterdam sangat sehat ketimbang banyak klub besar lainnya di Eropa.
Pasalnya, hampir setiap tahun, Ajax menjual pemain terbaiknya dengan biaya besar.
Dengan biaya yang mereka himpun, Ajax bisa kembali mendapatkan pemain muda berbakat di seluruh belahan dunia manapun berkat jaringan pemandu bakat yang canggih.
Oleh karena itu, siapa pun pelatih dan pemainnya, asal penerapan filosofi dan tradisi Ajax Amsterdam terlus berlanjut seperti ini, maka mereka akan selalu berada di papan atas Eropa.