Connect with us

Artikel Top Peluit

Lyon Punya Pemain Andalan Baru Bernama Tino Kadewere

Gemilang Sejak Bermain di Sekolah

“Every man gotta right to decide his own destiny,” kata Bob Marley di tahun 1979 melalui lagunya yang berjudul “Zimbabwe”.

Empat puluh satu tahun kemudian, Tino Kadewere, salah satu pemain sepak bola asal Zimbabwe yang paling menjanjikan, mulai menerapkan lirik tersebut dalam karirnya.

Philana Tinotenda Kadewere lahir pada 5 Januari 1996 di Harare, ibukota Zimbabwe.

Kadewere memulai karir di usia muda pada 2011 sampai 2013 di tim sekolahnya, Prince Edward School.

Saat ini, posisi Kadewere adalah sebagai penyerang tengah.

Tino Kadewere saat di Harare City

Penjaga gawang Zimbabwe, Tatenda Mkuruva, yang tumbuh kembang bersama Kadewere memberikan kesaksiannya akan sang pemain di saat muda.

“Percaya padaku, Tino lebih baik dari banyak pemain yang hebat dalam menggiring bola, meskipun permainannya sudah berganti dan lebih dewasa saat ini.”

“Aku selalu ingat ketika sebuah pertandingan di mana ketika kami berusia 15 tahun dan bermain untuk Prince Edward School melawan St George.”

“Timo menggiring 6 pemain dalam kesempatan yang sama, termasuk sang penjaga gawang, sebelum akhirnya mencetak gol.”

“Para penonton langsung menggila dan masuk ke dalam lapangan untuk menggendong Tino bahkan ketika pertandingan belum selesai.”

“Semua orang di Zimbabwe tahu kalau dia akan menjadi pemain yang fantastis.”

Pada tahun 2014, Kadewere pindah ke Harare City dan berhasil mencetak 7 gol sampai tahun 2015.

Pindah ke Swedia

Pada tahun 2015 tersebut, perjalanan Kadewere dimulai.

Berjarak 13.000 km dari kampung halamannya, pemain bertinggi 183 cm tersebut pindah ke kota Stockholm.

Sempat seleksi di Sochaux, tim Perancis, Kadewere akhirnya memilih Djurgardens IF, klub Swedia yang berlokasi di Stockholm.

“Semua orang bisa bilingual di sini,” kata Kadewere tentang Swedia.

Matthew Rusike, rekan 1 tim di tim nasional Zimbabwe membagikan pengalamannya bersama Kadewere.

tino kadewere di djurgården

“Cuaca Swedia membuat Tino terkejut karena belum pernah melihat salju dan harus dengan cepat berlatih di salju.”

“Dia juga gembira dengan kesempatan bahwa sangat sedikit pemain Afrika yang menikmati dan juga bekerja keras.”

Kadewere harus bekerja keras untuk bisa bermain di tim inti.

Pemain berkaki kanan tersebut bermain sebanyak 23 kali untuk Djurgardens IF U21 dengan catatan 14 gol dan 2 assist.

Naik ke tim inti, Kadewere berhasil mencetak 18 gol dan 9 assist dari 60 pertandingan serta memberikan gelar Piala Swedia.

Menjadi Bintang di Kasta Kedua Perancis

Dua tahun yang lalu tepatnya 2018, Kadewere diinginkan oleh Bo Andersson, direktur olahraga Le Havre.

“Dia [Tino] beruntung karena diinginkan oleh Bo Andersson yang memiliki mata emas untuk mencari talenta muda terbaik di Afrika,” lanjut Rusike.

Pada 27 Juli 2018, Kadewere didatangkan oleh Le Havre dengan nominal 2 juta euro atau sekitar Rp 33 M.

Rusike pernah bermain bersama Kadewere di Le Havre.

Tino Kadewere di Le Havre

Pada musim pertama, Kadewere hanya bisa bermain 5 kali tanpa mencetak 1 gol pun.

“Meskipun ia bermain sangat sedikit untuk tim utama pada musim pertama, adaptasinya terbantu dengan kehadiran penyerang Zimbabwe lainnya, Nyasha Mushekwi” kata Rusike.

Selama berseragam Le Havre, Kadewere bermain 51 kali dengan catatan 27 gol dan 9 assist.

Pada musim lalu, Kadewere menjadi top skor Ligue 2 yang dihentikan karena pandemi covid-19 dengan catatan 20 gol dari 24 penampilan yang berhasil membuatnya direkrut oleh Lyon.

Kerja Keras yang Membuahkan Hasil

“Dia adalah seorang pekerja keras saat latihan maupun pertandingan,” kata pemain berusia 21 tahun yang pernah 1 tim bersama Kadewere di Le Havre, Woyo Coulibaly.

“Meskipun statusnya adalah pemain besar dan fenomenal bersama kami, namun dia tetap banyak bekerja.” Lanjut Coulibaly.

“Dia punya rutinitas tersendiri dengan dips dan pull-up sebelum latihan, kemudian berlatih di depan gawang ketika latihan bersama selesai.”

Gelar top skor Ligue 2 beserta transfer senilai 12 juta euro (Rp 181 M) ke Lyon di musim dingin 2020 menjadi buah dari kerja keras Kadewere.

“Dia bukan yang tercepat, paling spektakuler atau paling kuat sebagai penyerang,” kata Rusike.

“Namun dia selalu bisa datang di saat yang tepat dan di waktu yang tepat, seperti Thomas Müller,” lanjut sang Rusike.

Müller, sang juara Bundesliga, Champions League serta Piala Dunia ini mendeskripsikan dirinya sebagai raumdeuter atau penerjemah ruang dalam bahasa Jerman.

Tidak Dihargai Federasi Zimbabwe

“Tino tidak terlalu dipertimbangkan serta mendapatkan kehormatan yang ia pantas dapatkan dari federasi.”

“Untuk waktu yang lama, tidak ada yang menonton pertandingan di Swedia sehingga aku harus menekan manajer untuk membawanya ke Africa Cup of Nations di tahun 2017.”

Sayangnya, Kadewere ikut dibawa ke Gabon namun tidak mendapatkan menit bermain.

Sejauh ini, Kadewere sudah bermain sebanyak 17 kali dan mencetak 3 gol untuk tim nasional Zimbabwe.

Dukungan Moral Penting dari Rekan Tim

Mental Kadewere di usia 24 tahun terbilang kuat.

Dirinya terpaksa harus berpisah 6 bulan dari sang istri dan anak laki-laki, kemudian ligamen lateral lutut kirinya pecah.

Pada tahun 2015, Tino harus kehilangan Onias Kadewere untuk selamanya, sang ayah di bulan Januari.

Pada 12 Agustus 2020, gilirang sang kakak, Prince Kadewere yang meninggal.

Pada 22 November 2020, ketika Kadewere mencetak gol semata wayang kemenangan Lyon di kandang Angers, sang pemain bernomor punggung 11 ini langsung membuat gestur angka 40 yang menandakan usia Prince di saat itu.

Tiga hari setelah kepergian Prince Kadewere, semua pemain Lyon mengenakan seragam untuk mengenang Prince serta menguatkan Tino.

Pada pertandingan itu, Lyon menang melawan wakil Inggris, Manchester City dengan skor 3-1 di ajang Champions League.

Selalu Membuat Tertawa Ruang Ganti

“Dia tumbuh dalam keluarga sepak bola dan tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri,” cerita Rusike.

“Ayah dan sang kakak selalu menjadi pendukung terbesar Tino dalam mimpi meraih karir profesional.”

“Di mana pun mereka berada sekarang, mereka pasti akan bangga.”

“Tino mengenakan nama mereka berdua di sepatu sepak bolanya saat ini.”

“Mentalnya kuat, berkat kepercayaan Kristennya, luar biasa.”

“Tidak ada yang lebih pantas sukses di sepak bola selain dirinya,” Lanjut Rusike.

“Selain karena kemampuannya yang luar biasa, kamu juga tidak boleh meninggalkan pemain ini [Kadewere] sedikitpun, karena dia selalu membuat ruang ganti tertawa,” kata Elisha Muroiwa, rekan 1 tim nasional di Zimbabwe.

Menggeser Pemain Lama

Sejauh musim 2020-2021 ini, Kadewere sudah bermain sebanyak 15 kali dengan total 896 menit atau rata-rata 59 menit setiap pertandingannya (6 gol dan 2 assist).

Kadewere menggeser posisi penyerang yang sudah lebih dahulu terkenal di Lyon, yaitu Moussa Dembélé.

Meskipun Dembélé bermain lebih banyak, yaitu 16 kali, tapi Dembélé hanya bermain sebanyak 670 menit atau rata-rata 41 menit setiap pertandingan dengan catatan 1 gol dan 0 assist.

Berkat hal tersebut, Dembélé semakin dikabarkan akan meninggalkan Lyon dan pergi ke banyak klub besar di Eropa.

Apabila Kadewere terus bermain konsisten, bukan tidak mungkin kita akan melihat dirinya bermain di level yang lebih tinggi lagi.

2 Comments

2 Comments

  1. Pingback: Si Religius Ronald Araujo, Pemain Bertahan Barcelona

  2. Pingback: 5 Pemain Bertahan Diincaran Real Madrid Tahun 2021

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P