
Sepak Bola Italia Terancam!
Terkait dengan kematian Liga Super Eropa: Juventus, AC Milan dan Inter dengan semua tim Serie A, harus melakukan restrukturisasi besar-besaran.
Klub-klub Italia ini terancam tenggelam dalam lautan hutang akibat pandemi covid-19.
Liga Super Eropa dipandang gagal karena pendekatan yang serakah dari 12 klub pendiri yang membuat sepak bola lebih eksklusif.
Semua klub pendiri masing-masing akan menerima dana segar sebesar 347 euro ketika Liga Super Eropa dimulai.
Rejeki nompol tersebut akan membuat para klub Italia ini keluar dari masalah keuangan yang mereka hadapi.
Sayangnya, hal tersebut tidak terjadi, sehingga Juventus, AC Milan dan Inter Milan akan kehilangan perputaran uang di jendela musim panas.
yang berujung kepada akan semakin kurang kompetitifnya sepak bola Italia di masa mendatang.
Dengan semakin tingginya harga serta gaji pemain, klub-klub terbaik Italia ini harus sangat pintar di jendela transfer musim panas nanti kalau mereka ingin semakin maju.
Akan tetapi, itu semua ada harga yang harus dibayar.
Kontrak Gianluigi Donnarumma Belum Diperpanjang AC Milan
Dengan kondisi keuangan saat ini, klub-klub ini harus menjual para pemain kunci untuk bisa kembali kompetitif secara keuangan.
Tim-tim Serie A ini juga harus bersiap kehilangan para bintang mereka di akhir kontrak pada musim panas 2021 ini.
Paulo Dybala dari Juventus, kemudian duo AC Milan Gianluigi Donnarumma dan Hakan Calhanoglu adalah bintang-bintang tersebut.
Tanpa investasi sebesar total 3,5 miliar euro atau sekitar Rp 61 T dari Liga Super Eropa yang diberikan melalui JP Morgan, sepak bola Italia harus mencari solusi baru untuk tetap bisa kompetitif atau kalau tidak, sepak bola Italia akan sulit untuk maju ke level selanjutnya.
Inter Milan Sedang Sangat Berantakan
Inter sedang berada dalam kesulitan ekonomi dan keikutsertaan mereka di Liga Super Eropa akan membuat mereka stabil secara sudut pandang ekonomi.
Steven Zhang selaku pemilik Inter Milan bergabung dengan Liga Super Eropa untuk mengatasi masalah ekonomi yang menyelimuti klub mereka.
Inter sangat dihantam keras selama masa pandemi covid-19.
Grup Suning selaku pemilik terpaksa membuat klub sepak bola mereka di China, Jiangsu Suning FC keluar dari liga akibat kesulitan keuangan.
Namun, Inter Milan batal bergabung dengan Liga Super Eropa.
Inter Milan diancam dikeluarkan dari Serie A, padahal mereka di ambang juara untuk pertama kali sejak 2010.
Inter harus mencari solusi yang cerdas untuk menghadapi krisis keuangan dan sepertinya hal tersebut kecil terjadi karena mereka fokus untuk menjuarai Serie A.
Dalam beberapa tahun ke depan, akan sulit untuk menahan sang bintang, Romelu Lukaku akibat ketertarikan dari banyak tim besar, termasuk Manchester City dari Liga Inggris.
Sang pelatih kepala, Antonio Conte tentunya akan meminta gaji yang lebih besar di tahun ketiganya di San Siro.
Akibatnya, dua hal tersebut akan semakin membuat pusing kepala pemilik Inter Milan.
Protes Penggemar Juventus di Depan Stadion Allianz Terkait Liga Super Eropa
Protes sudah dimulai di depan stadion milik Juventus terkait keterlibatan klub di gagasan liga baru tersebut.
Dua spanduk paling mencolok terlihat di depan Allianz Stadium yang diyakini bahwa klub hanya dimanfaatkan sebagai alat bisnis.
Pertama bertuliskan: “Sejarah kami tidak untuk dijual. Kami adalah Juventus! Katakan tidak pada Liga Super Eropa! Kamu tidak tahu malu!”
Spanduk lain bertuliskan: “Kerugian, defisit dan Liga Super Eropa. Kamu tidak peduli dengan penggemarmu.”
Dua spanduk tersebut dipasang oleh kelompok ultras Juventus bernama Viking.
Tanpa dukungan penggemar, sulit rasanya sebuah klub sepak bola bisa melaju jauh karena pada dasarnya sepak bola diciptakan untuk mereka.
Presiden Juventus yang Tercabik-Cabik
Andrea Agnelli selaku presiden Juventus adalah petinggi dari Liga Super Eropa.
Kegagalan Agnelli untuk mengubah ekosistem sepak bola Eropa akan berdampak kepada cara pandang Eropa dan dunia kepada Juventus.
Presiden UEFA, Aleksander Caferin bahkan sampai menyatakan perang dengan Agnelli dan klub-klub Serie A yang tadinya ingin bergabung dengan Liga Super Eropa akibat keinginan mengubah tatanan sepak bola Eropa yang baru.
Lebih buruknya untuk Agnelli, Juventus bisa saja kehilangan Cristiano Ronaldo.
Agnelli berjuang keras untuk mendatangkan mega bintang Portugal tersebut saat musim panas 2018 lalu.
Kontrak CR7 akan berakhir pada musim panas 2022.
Cristiano Ronaldo digaji sebesar 31 juta euro atau sekitar Rp 542 M per tahun.
Tanpa pernah gelar Liga Champions yang sangat diincar oleh Juventus, klub asal Turin ini mengalami kondisi keuangan yang tidak terlalu sehat.
Dengan tiadanya calon liga baru yang gagal ini dan uang besar yang akan masuk, kemungkinan untuk sang pemenang 5 kali Ballon d’Or tersebut setelah kontraknya habis akan semakin kecil.
Bagaimana Masa Depan Sepak Bola Italia?
Sepak bola Italia pernah berjaya pada masa 1990-an sampai awal tahun 2000.
Dari segi prestasi dan finansial, negeri pasta dulu adalah yang terbaik.
Sayangnya, semua itu kini tinggal kenangan indah.
Perlahan, banyak tim yang bangkrut akibat kesulitan beradaptasi dengan zaman modern.
FIGC dan Serie A bersama UEFA dan FIFA selaku yang bertanggung jawab akan sepak bola Italia tentunya tidak akan tinggal diam untuk mengatasi masalah ini.
Solusi demi solusi tentunya akan disediakan dari pemangku kepentingan ini guna membuat permainan ini terus berjalan di sana.
Namun, dengan tidak ikutnya mereka ke Liga Super Eropa yang menjamin uang melimpah, harus ada pengganti yang sepadan dengan itu.
Padahal, apabila 3 tim ini memiliki uang yang banyak, besar kemungkinan mereka akan belanja pemain dari tim-tim yang lebih kecil di Italia.
Hasilnya, para tim-tim kecil di Italia ini akan terbantu secara ekonomi.
Dengan uang dari penjualan pemain, para klub kecil di Italia bisa membangun klubnya menjadi lebih baik.
Imbasnya, sepak bola Italia bisa jauh menjadi lebih baik dan lebih kompetitif sehingga bisa jauh lebih bersaing lagi di Eropa dan dunia.

Pingback: Jose Mourinho Serie A: Keduanya Bisa Saja Reuni Kembali