Chelsea Era Thomas Tuchel Tidak Kemasukan Banyak Gol, Tapi Juga Tidak Cetak Banyak Gol
Sudah 12 pertandingan dilakoni Thomas Tuchel bersama Chelsea.
Dalam kurun waktu tersebut, rekor bagus tercipta: tidak pernah kalah dan hanya kebobolan 2 gol saja.
Namun, Chelsea juga kesulitan mencetak gol, total hanya 12 gol yang berhasil diciptakan dalam 12 pertandingan.
Mantan bek kiri Chelsea, Graeme Le Saux berbicara kepada BBC Sport: “Kalau kamu hanya mencetak 1 gol dalam sebuah pertandingan, itu adalah margin kesalahan yang sangat kecil jika kebobolan gol dan seiring waktu berjalan, itu akan menjadi beban bagi pertahanan kamu kalau kamu tidak mengambil kesempatan [untuk mencetak gol].”
Datang dengan modal keunggulan 1-0 di leg pertama Champions League melawan Atletico Madrid, bagaimana Tuchel mengatasi permasalahan penyelesaian akhir ini?
Thomas Tuchel Berhasil Mengembalikan Harmonisasi Ruang Ganti
manajer Chelsea cenderung sukses ketika mereka datang pertama kali ke klub.
Jika Tuchel berhasil menghindari 3 kekalahan di pertandingan berikutnya di liga, maka dirinya akan melewati rekor mantan manajer Chelsea, Maurizio Sarri dalam 12 laga Premier League tidak terkalahkan.
Dalam prosesnya, Tuchel cukup adil dalam memberikan kesempatan pada anak buahnya untuk membuktikan diri.
Total, Tuchel sudah membuat total 39 pergantian di starting line up dalam 10 pertandingan Premier League.
Dilansir dari BBC, dengan adilnya kesempatan bermain yang diberikan Tuchel, skuad Chelsea yang tadinya kurang harmonis, kini menjadi harmonis.
Meskipun begitu, Tuchel masih memiliki wibawa dengan perlakuannya kepada Callum Hudson-Odoi.
“Dia cerdas secara emosional dan tahu cara menghadapi atau membuat nyaman para pemainnya dan membangun kepercayaan dari para pemainnya,” lanjut Le Saux (total 312 penampilan bersama Chelsea).
“Contoh yang tepat adalah dengan Callum Hudson-Odoi ketika dirinya memasukannya di babak kedua dan langsung mengeluarkannya lagi 31 menit kemudian saat melawan Southampton.”
“Dia mengakui bahwa hal yang dia lakukan adalah sesuatu yang kasar untuknya [Hudson-Odoi] dan langsung mengembalikan hubungannya dengan cara memainkannya sejak menit awal di pertandingan selanjutnya.”
Menurut Le Saux, ketegasan Tuchel bisa menjadi angin segar di skuad Chelsea yang sempat beredar rumor senioritas para pemain yang menyebabkan dipecatnya Frank Lampard.
“Hal itu tidak hanya berimbas kepada pemain yang terlibat, namun juga mengirimkan sinyal kepada para pemain yang lain.”
“Dia bisa menggunakan pengalamannya menangani para pemain top, yang mana ini bukan kritik untuk Frank, tapi sesuatu yang belum dimiliki dirinya [Lampard] sebagai pelatih.”
Dengan sikap Tuchel yang baik untuk Chelsea, wajar bila mereka tidak terkalahkan sejauh ini.
Sulitnya Chelsea Mencetak Gol
Secara statistik penyerangan, ternyata Chelsea saat ini tidak jauh berbeda dengan di masa Frank Lampard.
Setiap pertandingannya, Chelsea era Lampard berhasil melepaskan 13,9 tembakan, sangat dengan dengan perolehan Tuchel (13,8).
Konsistensi dan kelanjutan pemilihan pemain akan menjadi kunci untuk mencetak gol ini, kata mantan penyerang Chelsea, Chris Sutton.
“Berbeda untuk para penyerang. Sangat penting untuk mendapatkan irama permainan, jadi, kalau sudah bermain satu kali kemudian dibangkucadangkan 2 kali, hal tersebut tidak membantu.”
“Mereka tidak mencetak cukup gol dan menjadi seorang penyerang tengah semuanya tentang perasaan dan kepercayaan diri.”
Di lain kesempatan, Tuchel tidak mengelak mengenai hal serupa yang diucapkan Sutton.
“Mungkin [kalau dimainkan di banyak pertandingan akan membantu para penyerang mencetak gol] dan itu adalah kesalahan aku [Chelsea kesulitan mencetak gol] dan aku bertanggung jawab untuk mengubah susunan tim.”
“Namun, di saat yang bersamaan, jika kamu bermain di sepak bola level tinggi dan kamu bermain untuk Chelsea, tidak ada waktu untuk menunggu 4 atau 5 pertandingan sampai kamu mencetak gol.”
“Kami harus lebih presisi, kami harus lebih fokus dalam pembuatan keputusan dan teknik kami.”
“Para penyerang kami sangat paham tentang itu dan kami meminta mereka setinggi-tingginya dari mereka sehingga kami tidak menunjukkan jari kami kepada siapapun. Akan tetapi, tentu saja kami bisa meningkatkan hal ini.”
Segala macam kombinasi lini serang sudah banyak dicoba Thomas Tuchel.
Semua pemain sudah mendapatkan kesempatannya untuk menunjukkan kemampuannya membobol gawang lawan.
Namun, dalam 2 laga terakhir, justru Kai Havertz, seorang gelandang serang muda yang baru didatangkan dengan biaya 62 juta poundsterling yang justru dipasang sebagai penyerang tengah.
Meskipun tidak mencetak gol, Havertz berkontribusi positif dengan bermain bagus dan menciptakan banyak peluang baik bagi dirinya sendiri maupun pemain lain.
Joao Felix Bisa Menjadi Mimpi Buruk Chelsea
João Félix dipastikan akan bermain sejak menit awal ketika bertemu dengan Chelsea, kata Diego Simeone selaku pelatih kepala Atletico Madrid.
Pemain depan asal Portugal itu adalah rekor pembelian klub dengan 126 juta euro, namun sedang mengalami performa yang tidak baik.
Dalam 4 pertandingan terakhir, dirinya hanya bisa bermain 1 kali sejak menit awal.
Ketika Félix masuk sebagai pemain pengganti dan mencetak gol melawan Villarreal di akhir Februari lalu, dirinya melakukan selebrasi kontroversial, sekaligus merayakan puasa gol selama sebulan.
Félix membuat gestur tidak menyenangkan yang diduga ditujukan kepada Simeone.
Seusai gol indah tendangan voli Félix, dia langsung berbalik arah menuju bangku cadangan, menempelkan jari telunjuk di depan bibir (gestur menyuruh untuk diam) dan terlihat mulut Félix mengucapkan kata “tutup mulutmu”.
Namun, semua itu sudah dikonfirmasi oleh kedua belah pihak bahwa gestur tersebut ditujukan kepada Renan Lodi, rekan setim Félix karena sempat meremehkan dirinya sebelum pertandingan dimulai.
“[João] adalah seorang pemain yang sangat penting. Dia memulai musim di level yang sangat tinggi dengan memberikan kualitas menyerang dan kami membutuhkan dirinya,” kata Simeone.
Simeone sebagai pelatih penuh pengalaman paham tentang bagaimana perjalanan karir seorang pemain.
“Semua pemain melewati masa sulit, terlebih ketika mereka masih muda.”
“Aku selalu mencari para pemain terbaik dan mereka selalu bekerja secara kolektif.”
“João tidak pernah kekurangan keinginan untuk melakukan hal itu. Kami berbicara itu setelah pertandingan Portugal melawan Perancis di mana kami melihat dirinya bekerja sangat keras di sisi kiri. Penjelasannya sangat fantastis, itulah yang kami inginkan. Untuk bertumbuh dan mencapai tempat yang ia inginkan, kamu harus menjadi lengkap dan bekerja secara harmoni di sebuah tim.”
“Kami berharap dia terus berkembang karena itulah hidup ketika kamu masih berusia 21 tahun dan kamu memiliki talenta untuk mencapai tingkat yang tinggi.”
Musim ini, Joao Felix sudah bermain sebanyak 32 kali di semua kompetisi dengan total 10 gol dan 5 assist.
Untuk di ajang Champions League, Felix sudah bermain 7 kali dan mencetak 3 gol.
Dengan kedatangan Luis Suarez di musim ini, Felix bisa banyak belajar dari penyerang asal Uruguay.
Suarez mencetak lebih banyak gol (18) di semua kompetisi meskipun bermain lebih sedikit daripada Felix (29).
Keduanya fit untuk bermain melawan Chelsea dan apabila Atletico membuat banyak peluang, bukan tidak mungkin Suarez dan Felix bisa mencetak banyak gol sehingga mengirim armada Simeone lolos ke babak selanjutnya.