Kedatangan Witan Sulaeman (19) ke Lechia Gdansk menambah daftar pemain Indonesia yang berkarir di Eropa.
Witan Sulaeman memastikan berlabuh ke klub yang bermarkas di stadion Polsat Plus Arena untuk menggantikan kompatriotnya, Egy Maulana Vikri.
RESMI! Witan Sulaeman (19), pemain sayap lincah 🇮🇩 berlabuh ke salah satu klub Ekstraklasa Polish 🇵🇱, Lechia Gdansk.
Witan menggantikan posisi kompatriotnya, Egy Maulana yang tidak mendapatkan perpanjangan kontrak dari Lechia Gdansk 🟢
Baca selengkapnya:https://t.co/cDPDvEVgXx pic.twitter.com/1bVWLE8JFu
— PeluitPanjang.id (@peluitpanjangid) September 2, 2021
The Baby Shark akan mendapatkan kontrak dua musim hingga akhir musim 2022-2023 dan akan mengenakan nomor punggung 80.
Sedangkan, Egy Maulana sendiri tidak mendapatkan perpanjangan kontrak dari Lechia setelah bertahan selama tiga musim, terhitung sejak awal 2018.
Selain kedua pemain tersebut, Tim Peluit Panjang mencoba merangkum daftar pemain Indonesia yang pernah berlaga di Eropa.
Siapa saja mereka? Simak selengkapnya di bawah ini!
Kurniawan Dwi Yulianto (FC Luzern)
Kurniawan Dwi Yulianto di FC Luzern (Kredit: Libero.id)
Nama pertama adalah striker mematikan kelahiran Magelang, 13 Juli 1976, Kurniawan Dwi Yulianto.
Sang pemain yang pernah menapaki karir bersama PSSI Primavera itu sempat mencicipi kerasnya kompetisi di Eropa.
Awalnya, klub junior Italia, Sampdoria Primavera adalah tempat pertamanya bermain di benua biru.
Kemudian, Kurniawan sempat mengikuti tim Sampdoria saat melakoni uji coba di kawasan Asia (1994) berkat prestasinya sebagai top scorer di kelompok Primavera.
Il Samp akhirnya bersedia meminjamkan Kurniawan karena kala itu lini depan skuad mereka sudah diisi oleh Roberto Mancini, Enrico Chiesa & Pippo Maniero.
Si Kurus (julukan Kurniawan) membubuhkan tanda tangannya dan sepakat bergabung dengan FC Luzern (Swiss) pada 1994-1995
Bersama FC Luzern, Kurniawan menampilkan penampilan yang terbilang lumayan baik.
Walau sering mengisi kompetisi kelompok umur di Liga Swiss bersama Luzern, tetapi coaching staff juga memberikan kesempatan Si Kurus untuk unjuk gigi bersama tim senior.
Selama berseragam Luzern, Kurniawan bermain sebanyak 12 kali di Liga Swiss dengan torehan 3 gol.
Pelatih Luzern kala itu, Jean-Paul Brigger mengatakan bahwa Kurniawan Dwi Yulianto adalah penyerang yang punya potensi besar.
Para jurnalis sepak bola Italia juga mengatakan hal yang sama dengan apa yang Jean-Paul Briggerlontarkan.
Sayang, kebersamaan Si Kurus bersama klub Swiss tersebut hanya bertahan satu musim karena Kurniawan memutuskan untuk menerima pinangan Pelita Jaya.
Plus penampilan KDY yang juga sempat menurun lantaran terpaan cedera dan pergaulan yang salah selama berada di Eropa.
Kurnia Sandy (Sampdoria)
Kurnia Sandy, salah satu pemain Indonesia yang berkarir di Eropa tepatnya di Sampdoria (Kredit: @IndoSamp di Twitter)
Nama selanjutnya adalah kiper legendaris Timnas Indonesia berpostur 184 cm, Kurnia Sandy.
Karir Kurnia Sandy di Eropa bermula ketika sang portiere bermain untuk salah satu tim kuda hitam Serie A, Sampdoria.
Memiliki career path yang hampir sama dengan Kurniawan Dwi Yulianto, Kurnia Sandy memperkuat La Doria pada musim 1996-1997 saat berusia 21 tahun.
Kala itu, Kurnia Sandy mendapatkan jatah kiper keempat dari allenatore Sven-Goran Eriksson.
Kurnia berada di bawah bayang-bayang Fabrizio Ferron, Matteo Sereni dan Alessandro Giovinazzo.
Nahasnya ketika coaching staff ingin mendaftarkan Kurnia Sandy ke dalam satu pertandingan resmi, FIGC menolak nama tersebut karena satu alasan.
Rupanya, manajemen Sampdoria belum memproses surat-surat terkait mengenai izin bermain Sandy.
Walaupun begitu, Kurnia Sandy masih bisa berlatih selama satu musim di markas Sampdoria sebelum akhirnya pulang ke Indonesia di akhir musim 1997.
Bambang Pamungkas (EHC Norad)
Tidak mungkin rasanya tidak memasukan nama mantan striker Timnas Indonesia yang namanya besar di Persija Jakarta, Bambang Pamungkas.
Bepe (panggilan akrab Bambang Pamungkas) bermain di Eropa setelah menerima pinangan klub divisi tiga Belanda, EHC Norad.
Sebelum menerima tawaran dari Belanda, Bepe keluar sebagai pencetak gol terbanyak Liga Indonesia 1999-2000 dengan raihan 24 gol.
Selama bermain untuk EHC Norad, Bepe tampil dalam 11 pertandingan dan sukses menggelontorkan 7 gol.
Akan tetapi, sayang Bepe hanya bermain setengah musim di EHC Norad sebelum akhirnya kembali lagi ke pangkuan Persija.
Usut punya usut, sebenarnya Bambang Pamungkas sempat diisukan akan merapat ke Roda JC, bahkan sempat trial di Roda JC B kala itu.
Bambang Pamungkas (baju kuning paling kiri bawah) saat trial di Roda JC B setelah masa peminjaman di EHC Norad yang tidak ada dokumentasinya (Kredit: @Bepe20 di Instagram)
Bahkan saat awal musim 2008-2009, bos Derby County, Paul Jewell sudah menyiapkan dana hingga 300 ribu poundsterling untuk merekrut Bepe.
Sayang, transfer tersebut urung terjadi karena pemain yang identik dengan nomor punggung 20 itu sudah memperpanjang kontrak dengan Persija.
Arthur Irawan (Espanyol B)
Arthur Irawan di Espanyol (Kredit: Bola.net)
Pemain bernama asli Arthur Daniel Irawan ini adalah salah satu putra Indonesia yang sempat melanglang buana bermain di benua biru.
Memulai karir junior di akademi Espanyol B saat berusia 18 tahun membuat sang pemain digadang-gadang akan menjadi full-back masa depan Indonesia.
Bahkan saat usia 19 tahun, Arthur sudah bermain untuk Espanyol B senior di kompetisi Segunda Division B atau kompetisi level 3 Liga Spanyol
Arthur yang berposisi sebagai bek kanan tampil dalam 8 pertandingan pada musim 2012-2013 dan sukses membawa klubnya bertengger di papan tengah klasemen
Selang semusim berikutnya, Arthur Irawan memutuskan cabut dari Espanyol B menuju Malaga B yang berkutat di Tercera Division (divisi 4 Spanyol).
Di Malaga B, Arthur mencicipi 6 penampilan dalam musim 2013-2014, sebuah pengalaman yang luar biasa untuk Arthur kala itu.
Sempat mencoba peruntungan lain dengan menyebrang ke Belgia dengan memperkuat Waasland-Beveren selama dua musim, sayang hal tersebut gagal.
Arthur hanya bermain selama satu kali di Liga Belgia bersama Wase Wolven.
Saat ini, Arthur Irawan bermain bersama PSS di BRI Liga 1 2021 dan mengenakan kostum bernomor 8 kebanggaan Elang Jawa.
Egy Maulana Vikri (Lechia Gdansk)
Egy Maulana Vikri di Lechia Gdansk (Kredit: Skor.id)
Daftar pemain Indonesia di Eropa selanjutnya adalah penyerang sayap kelahiran Medan, 7 Juli 2000 berbakat milik Indonesia, Egy Maulana Vikri.
Memulai karir juniornya di Tasbi Soccer School di kampung halamannya, di Medan membuat kemahiran olah bolanya terasah dengan baik.
Pada tahun 2013 atau saat usia Egy Maulana ke 13 tahun, Egy memutuskan untuk berpetualang ke Jakarta.
Saat itu, Egy memilih SKO Ragunan sebagai pelabuhan tempat Egy mengasah si kulit bundar yang baru.
Bakat besarnya tersebut membawa Egy ke Timnas Indonesia U-16 untuk mengikuti Gothia Cup di Swedia.
Egy sendiri keluar sebagai pemain terbaik dalam turnamen tersebut, sebuah turnamen yang bergengsi untuk timnas kelompok umur.
Selepas itu, Timnas Indonesia kelompok umur seolah selalu memanggil Egy ke dalam skuad, bersama Timnas Indonesia U19, Egy mengikuti Toulon Cup di Prancis pada tahun 2017.
Semakin bersinar, tawaran bermain untuk Egy datang dari berbagai klub, baik klub lokal maupun manca negara.
Akhirnya, Egy Kelok 9 (julukan Egy Maulana) memilih bergabung dengan raksasa Liga Polandia, Lechia Gdansk.
Egy langsung memikul beban berat di musim perdananya dengan menggunakan nomor punggung 10, sama seperti saat di timnas U19.
Bermain selama tiga musim di top flight sepak bola Polandia, Lionel Messi dari Indonesia ini hanya bermain sebanyak 10 kali tanpa mencetak satu gol pun.
Akan tetapi, saat dikirim bermain ke Lechia Gdansk II, Egy Maulana berhasil mempersembahkan 17 gol dari 23 pertandingan.
Kontrak Egy Maulana yang habis pada akhir musim 2020-2021 lalu membuat sang penyerang sayap harus cabut dari Lechia Gdansk.
Sang pemain akhirnya melabuhkan karirnya bersama klub kasta tertinggi Slovakia, FC Senica.
Egy Maulana mendapatkan kontrak jangka pendek sampai musim dingin 2022 & mendapatkan nomor punggung 17.
Akan tetapi, apabila sanggup menampilkan permain impresif selama 6 bulan awal maka Egy akan mendapatkan kontrak hingga akhir musim 2023.
Ribak Sude, Egy Maulana!
Witan Sulaeman (Radnik Surdulica)
Witan Sulaeman, salah satu pemain Indonesia yang bermain di Eropa bersama FK Radnik Surdulica (Kredit: Okezone.com)
Nama Witan Sulaeman mulai melambung kala tercatat sebagai pemain termuda di Timnas Indonesia U19 2017/
Saat itu, Witan masih berusia 16 tahun.
Witan Sulaeman, pemuda kelahiran Palu, 8 Oktober 2001 ini memulai karir olah bolanya saat memperkuat SSB Galar hingga berlanjut ke SKO Ragunan.
Hampir sama dengan Egy Maulana Vikri, Witan juga memperkuat Timnas Indonesia U19 2017 di kejuaraan Toulon Cup.
Kemudian, pemain yang hampir selalu juga mendapatkan panggilan Timnas Indonesia kelompok umur ini membuat beberapa klub terpincut dengan kualitas dari dirinya.
Sempat memperkuat PSIM Yogyakarta pada musim 2019, The Baby Shark sukses bermain selama 7 kali bersama Laskar Mataram di Liga 2.
Memasuki musim 2020, klub Liga Serbia, Radnik Surdulica merekrut sang pemain muda.
Debut pertama Witan adalah di bulan Juni 2020 ketika Radnik Surdulica bertemu dengan FK Radnički Niš dalam kemenangan 4-2 untuk Radnik.
Awalnya, Witan mendapatkan kontrak selama 3,5 tahun bersama Surdulica , tetapi pada awal musim 2021-2022 sang winger memutuskan untuk pindah.
Uniknya, Witan Sulaeman pindah ke klub yang pernah dibela kompatriotnya, Egy Maulana Vikri, yaitu Lechia Gdansk.
Witan menandatangani kontrak selama dua musim hingga musim panas 2023 plus mendapatkan nomor punggung 80.
Nama Witan memang layak dalam daftar pemain Indonesia di Eropa.
Siapa pemain Indonesia favorit kamu yang pernah merumput di Eropa?