
Rivalitas Berawal dari Penolakan
Rivalitas dalam sepak bola selalu dikenal penuh dengan intrik.
Derby della Capitale atau derby ibu kota antara AS Roma dengan S.S Lazio akan selalu dikenang sebagai salah satu persaingan sepak bola paling penuh kekerasan di Eropa, bahkan dunia.
Società Sportiva Lazio atau biasa disebut dengan Lazio adalah klub pertama yang terlebih dahulu berdiri di kota Roma, yaitu pada 9 Januari 1900 oleh Luigi Bigiarelli.
Pemilihan elang berwarna emas sebagai simbol klub diyakini karena latar belakang militer Bigiarelli yang kental dengan hewan tersebut.
Namun, Kekaisaran Romawi saat itu juga dikenal menggunakan elang berwarna emas sebagai perlambang kekuasaan mereka.
Selain sepak bola, Lazio juga memiliki klub olahraga lain seperti atletik dan berenang.
Oleh karena kecintaan terhadap olahraga, Lazio memilih warna biru muda dan putih, di mana kombinasi keduanya adalah warna dari bendera Yunani, negara asal olimpiade ditemukan.
Lazio baru ikut kompetisi resmi di tahun 1912 di mana mereka selalu bersaing di papan atas dan selalu berujung di peringkat 2.
Pada tahun 1920-an, Benito Mussolini, diktator fasis Italia secara rutin datang mendukung Lazio ke stadion bersama keluarganya.
Sejak 1921, Lazio bermain di Stadio del PNF (Partai Fasis Nasional).
Baru pada 1927, Associazione Sportiva Roma atau AS Roma berdiri.
Atas perintah pemimpin fasis lainnya, Italo Foschi, AS Roma berdiri di tahun tersebut berkat merger dengan 3 klub lain di Roma.
Foschi beranggapan bahwa ketika semua klub sudah bersatu, maka mereka bisa menghasilkan kekuatan luar biasa demi meruntuhkan dominasi klub dari utara Italia, seperti duo Milan dan duo Turin.
Lazio tidak bergeming atas perintah dari Mussolini dan Foschi untuk merger dengan AS Roma, oleh karena itu, rivalitas ini akhirnya lahir.
Merah tua dan kuning emas menjadi warna pilihan Roma terkait sejarah panjang Kekaisaran Romawi yang menggunakan kombinasi warna tersebut.
Merah tua adalah perlambang kota Roma, sedangkan kuning emas adalah warna dari Vatikan.
Serigala yang menyusui anak-anak kecil selaku logo dari AS Roma diambil dari logo kota itu sendiri.
Roma kemudian bermarkas di stadion bernama Campo Testaccio, di mana sebagian besar pendukung mereka adalah kelas pekerja, berbeda dengan Lazio yang didominasi oleh kelas menengah ke atas.
Bersaing Menjadi yang Terbaik
Pada musim 1929-1930, pertemuan pertama mereka terjadi.
Pada 8 Desember 1929, Lazio harus kalah 0-1 di kandang mereka sendiri dari Roma di pertemuan pertama sepanjang sejarah mereka.
Pertemuan kedua mereka di musim tersebut masih dikuasai oleh Roma, di mana saat peluit panjang ditiupkan, kedudukan berakhir 3-1 untuk sang serigala.
Lazio harus menunggu sampai 1932 agar bisa menang dari Roma, dengan skor 2-1 kala itu.
Pada musim 1941-1942, Italia terlibat dalam Perang Dunia Ke-2, sehingga Roma dan Lazio diharuskan berbagi 1 stadion.
Di musim yang sama, Roma berhasil menjadi juara Serie A untuk yang pertama kalinya.
Jika dibandingkan, secara keseluruhan sampai tulisan ini dibuat, Roma lebih unggul di kompetisi lokal dengan 3 kali menjuarai Serie A, sedangkan Lazio hanya dapat 2.
Selain itu, tim serigala ibu kota berhasil merengkuh 9 gelar Coppa Italia, time lang ibukota hanya dapat 7.
Sejauh ini, kedua tim total sudah bermain di 174 pertandingan resmi.
Roma unggul dengan 65 kemenangan, sedangkan Lazio hanya 46, sisa 63 pertandingan berakhir seri.
Roma juga unggul dalam urusan mencetak gol dengan total 217, Lazio hanya 171.
Seiring berjalannya waktu, kedua tim masih kesulitan untuk mengalahkan dominasi tim-tim dari utara.
Praktis, persaingan keduanya hanya terjadi ketika derby della capitale ini berlangsung.
Tidak masalah apabila klub kesayangan tidak berprestasi di suatu musim, asal tidak kalah di derby tersebut, begitu keyakinan banyak penggemar dari kedua kesebelasan.
Kelakuan Fans Kedua Tim
Tindakan diskriminasi rasial memang tidak dibenarkan dalam dunia.
Namun, hal tersebut masih terjadi di sebagian penggemar Lazio maupun Roma.
Bek tengah Roma, Antonio Rudiger terpaksa pergi ke Inggris bersama Chelsea dari ibu kota Italia usai tidak tahan dengan fans sendiri yang meledek dengan suara monyet kepada dirinya.
Seorang fans Roma pernah juga mengirimkan pesan bernada rasial terhadap mantan pemain mereka, Juan Jesus melalui pesan Instagram.
Gelandang tengah Sampdoria, Ronaldo Vieira pun kena imbas pelecehan rasial dari fans Roma.
Sebagian kecil fans Lazio pun juga terkenal fasis dan rasis sekaligus karena kerap menggunakan lambang swastika dan simbol fasis lainnya di spanduk mereka.
Pada musim 1998-1999, spanduk besar dari fans Lazio terpampang tulisan “Auschwitz adalah kotamu, oven adalah rumahmu” yang merujuk kepada kasus genosida yang memakan korban 17 juta jiwa, Holocaust.
Pada 2017, lagi-lagi fans Lazio menyinggung Holocaust dengan memajang spanduk bergambar Anne Frank mengenakan seragam Roma.
Persaingan kedua fans pun dikenal juga menjadi salah satu yang paling mengerikan di Italia.
Pada tahun 1979, kasus kematian pertama di dunia sepak bola Italia terjadi dengan memakan korban penggemar Lazio bernama Vincenzo Paparelli akibat ditembak menggunakan flare ke arah mata dari penggemar Roma.
Dua puluh lima tahun berselang, tepatnya 2004, bentrokan kembali terjadi.
Saat pertandingan berlangsung, tiba-tiba penggemar kedua tim bentrok di tribun akibat beredar rumor seorang anak laki-laki kecil dibunuh seorang polisi.
Faktanya, anak tersebut mengalami gangguan pernapasan sehingga dibantu pihak kepolisian yang.
Sayangnya, sang anak dibalut kain seakan-akan meninggal, padahal ia sedang dibantu menggunakan suatu alat bantu pernapasan.
Pertandingan dihentikan, namun bentrokan terus berlanjut dengan 13 penggemar ditahan polisi serta 170 polisi mengalami cedera.
Kedua fans memang terkenal mengerikan.
Pada tahun 2018 ketika Liverpool bertemu Roma di UEFA Champions League, seorang fans The Reds sampai tertangkap kamera terjatuh pingsan akibat bentrok dengan penggemar Roma.
Pada akhirnya, fans Roma yang terbukti menyerang fans Liverpool ditahan di penjara akibat perbuatannya.
Lazio pernah mengalahkan Roma dengan skor 3-1 pada 2017 dan empat hari kemudian, fans Lazio menggantung manekin dengan jersey Roma di trotoar pejalan kaki dekat Colosseum.
Manekin tersebut berisi tulisan “Sebuah peringatan tanpa serangan.. tidurlah dengan lampu dihidupkan!”.
Kedua fans terbukti sangar dari tahun ke tahun.
Jadi, jangan banyak mencari gara-gara dengan kedua fanbase ini.

Pingback: West Brom Kunci Serge Gnabry di Bayern Munich
Pingback: Prospek Cerah Mauricio Pochettino di Paris Saint-Germain
Pingback: 15 Transfer Pemain Bulan Januari Terbaik Sepanjang Masa