Sejarah Rivalitas Italia dan Spanyol
Pertandingan besar di semifinal UEFA Nations League 2021 akan mempertemukan Italia dengan Spanyol.
Dua raksasa sepak bola Eropa, bahkan dunia, yaitu Italia dan Spanyol, memiliki rivalitas tersendiri.
Rivalitas kedua negara ini bisa juga disebut sebagai Derby Mediterania.
Sebetulnya, secara geografis, negara ini tidak bertetangga seperti kebanyakan rivalitas antar negara.
Namun, rivalitas kedua negara ini lebih dari segi kompetitif di level klub dan negara.
Gli Azzurri (julukan tim nasional Italia) berhasil mengoleksi 4 gelar Piala Dunia, terbaik kedua bersama Jerman, setelah Brazil di peringkat 1 dengan 5 piala.
Sementara itu, Spanyol punya 1 trofi Piala Dunia.
View this post on Instagram
Meskipun Italia lebih sukses di ajang Piala Dunia ketimbang Spanyol, namunLa Furia Rojaunggul di ajang Piala Eropa.
Spanyol adalah negara tersukses di ajang Piala Eropa bersama Jerman, dengan sama-sama mengoleksi 3 piala.
Italia berada di bawahnya dengan 2 gelar, sama seperti Perancis.
Dari kedua negara saja, sudah terkumpul masing-masing 5 gelar Piala Dunia dan Piala Eropa.
Artinya, keduanya punya andil besar dalam sejarah sepak bola.
Berlanjut ke rivalitas antar klub, Spanyol unggul dengan total 18 trofi UEFA Champions League.
Real Madrid sumbang 13 piala, sedangkan 5 sisanya datang dari Barcelona.
Sementara itu, Italia berada di peringkat 3 negara tersukses di kompetisi Champions League dengan 12 gelar, hanya berselisih 2 trofi dari Inggris di peringkat kedua.
AC Milan menjadi klub tersukses di Liga Champions tersebut dengan 7 gelar, diikuti oleh rival sekota, Inter Milan (3) dan tim tersukses di Serie A, Juventus (2).
Rekor Pertemuan Kedua Negara
Pertemuan pertama kedua negara terjadi di ajang Olimpiade musim panas 1920 di Antwerp, Belgia.
Saat itu,La Furia Rojaberhasil taklukanGli Azzurridua gol tanpa balas.
Setelah itu, 37 pertandingan lainnya berakhir cukup imbang.
View this post on Instagram
Baik dari Italia dan Spanyol sudah sama-sama mengoleksi 11 kemenangan, di mana 16 pertandingan lainnya berakhir seri.
Akan tetapi, jika Olimpiade tidak masuk dalam hitungan, Spanyol unggul tipis dari Italia.
Spanyol berhasil unggul di 12 pertandingan yang FIFA akui, sedangkan Italia 10 kali menang.
Kemudian, 12 pertandingan lainnya berakhir seri.
6 Pertemuan Berkesan antara Italia dan Spanyol (1/2)
Dari situs UEFA, badan sepak bola tertinggi di Eropa tersebut melansir 6 pertandingan terbaik antara Italia dengan Spanyol.
Pertandingan pertama adalah saat fase grup Euro 1988 yang berakhir 1-0 untuk Italia.
Saat itu, Paolo Maldini tampil gemilang di sisi pertahanan Italia.
Gol kemenangan saat itu berhasil Gianluca Vialli cetak memanfaatkan operan Carlo Ancelotti kepada Alessandro Altobelli yang melakukan gerakandummyatau tipuan.
Enam tahun kemudian di Boston, Amerika Serikat, terjadi duel hebat di ajang Piala Dunia.
Italia terlebih dahulu unggul atas Spanyol di babak pertama melalui tembakan jarak jauh Dino Baggio.
Namun, puncak drama justru terjadi di babak kedua.
Mauro Tassotti dari Italia melakukan sikutan kepada calon pelatih Spanyol saat ini, Luis Enrique sehingga membuat hidungnya berdarah.
Hukuman 8 pertandingan untuk Tassotti baru dikenakan di kemudian hari, setelah menganalisa rekaman pertandingan.
Saat itu, Italia menang 2-1 dari Spanyol dan berhak melaju ke babak semifinal.
Empat belas tahun kemudian, pertandingan berkesan kembali berlangsung, kali ini pada ajang Euro 2008.
#OnThisDay at EURO 2008, Spain beat Italy 4–2 on penalties to reach the semi-finals. 🇪🇸💪 pic.twitter.com/9e0KTjFPws
— UEFA EURO 2024 (@EURO2024) June 22, 2018
Untuk informasi, sampai tahun tersebut, Spanyol belum pernah menang atas Italia di ajang kompetitif atau resmi.
Akhirnya, kutukan selama 74 tahun tersebut selesai di pertandingan perempat final itu.
Setelah bermain 0-0 selama 120 menit, Cesc Fabregas akhirnya berhasil cetak gol kemenangan di babak adu penalti yang berakhir 4-2 untuk Spanyol.
6 Pertemuan Berkesan antara Italia dan Spanyol (2/2)
Berlanjut ke pertemuan terbaik ke-4, pertandingan tersebut terjadi di Euro 2012.
Saat itu, Spanyol sedang berjaya di Eropa dan dunia berkat generasi emas yang dipimpin oleh 2 playmaker hebat, Andres Iniesta dan Xavi Hernandez.
Pertandingan tersebut menjadi menarik karena terjadi di babak final dan skor berakhir 4-0 untuk kemenanganLa Furia Roja.
Kemudian, pada pertandingan ke-5, kembali terjadi momen berkesan.
Italia berhasil hentikan kejayaan Spanyol selama 8 tahun di ajang Piala Eropa.
Pada babak 16 besar tersebut, Italia berhasil mencetak dua gol tanpa bisa Spanyol balas.
Lalu, pertandingan berkesan terakhir atau ke-6, masih segar di ingatan kita.
Adalah pada Euro 2020 silam di babak semifinal.
Federico Chiesa berhasil cetak gol pembuka setelah pertandingan berjalan selama genap sejam.
Namun, sepuluh menit sebelum peluit panjang wasit tiup, Alvaro Morata samakan kedudukan.
Pertandingan harus berlanjut sampai babak adu penalti.
Momen menarik terjadi ketika pengundian tembakan adu penalti antara wasit dan kapten kedua negara.
Giorgio Chiellini, kapten Italia, secara terang-terangan memeluk, mencubit gemas dan bercengkrama kepada kapten Spanyol, Jordi Alba.
Dari raut wajahnya, Alba terlihat tidak terlalu nyaman.
Entah hal tersebut merupakanpsywaratau bukan, berpengaruh kepada pertandingan atau tidak, namun Italia nyatanya berhasil menang di babak adu penalti, 4-2.
🇮🇹🆚🇪🇸 The last time Italy & Spain met…
Full penalty shoot-out from EURO 2020 👀#NationsLeague pic.twitter.com/7DiAGMSMDc
— UEFA EURO 2024 (@EURO2024) October 6, 2021
Pada babak final, Italia berhasil menjadi juara Euro 2020 berkat menyingkirkan Inggris melalui babak adu penalti lagi.
Catenacciovs Tiki-Taka: Warisan Berharga Sepak Bola Dunia
Besarnya suatu negara sepak bola bisa dilihat dari banyak aspek.
Mulai dari trofi, deretan legenda, hingga filosofi bermain.
Italia terlebih dahulu terkenal dengan istilah Catenaccio.
Dalam bahasa Indonesia, Catenacciomemiliki arti baut atau baut pintu dalam konteks permainan.
Dari segi bahasa, filosofi tersebut berkata bahwa permainan yang mereka inginkan adalah pertahanan yang kuat.
Memang betul, itu yang Catenaccioinginkan.
The Nations League semi-finals kick off tonight with a repeat of the Euro 2020 semi-final:
Italy 🆚 Spain#NationsLeague pic.twitter.com/f8u959V7iY
— Goal (@goal) October 6, 2021
Sistem bermain tersebut berfokus kepada lini pertahanan yang disiplin dan efektif untuk mencegah serangan lawan.
Namun, permainan tersebut kini dianggap mulai usang oleh banyak pihak karena cenderung membosankan.
Bahkan, Italia di Euro 2020 kemarin bermain atraktif sehingga menjadi juara, tidak lagi menggunakan Catenaccio .
Sementara itu, Spanyol baru mempopulerkan identitas permainan mereka di Piala Dunia 2006.
Namun, istilah permainan baru muncul pada 2009, ketika manajer Barcelona, Pep Guardiola, bermain dengan penguasaan bola tinggi menggunakan operan-operan pendek:Tiki-Taka.
Padahal, permainanTiki-Takasudah terlihat sejak Piala Dunia 2006 oleh pelatih Luis Aragones dan Vicente del Bosque.
Pada dasarnya,Tiki-Takaadalah gaya permainan yang memanfaatkan penguasaan bola tinggi dengan operan-operan pendek dari kaki ke kaki.
Prinsipnya, selama menguasai bola, tim berpeluang lebih tinggi untuk menciptakan peluang yang berujung gol tanpa harus kebobolan.
Semenjak ide revolusionerTiki-Takamuncul, hampir semua tim di dunia mengadaptasi permainan tersebut dan tidak jarang berujung dengan kejayaan berupa trofi gelar juara.