Connect with us

Artikel Top Peluit

Eduardo Camavinga: Mental Baja Wonderkid yang Lahir di Tenda Pengungsian

Di balik kehebatan playmaker berusia 18 tahun asal Perancis ini, ternyata banyak kisah inspiratif yang berasal dari kerja keras dan sikap yang baik.

Lahir di Tenda Pengungsian Akibat Konflik Perang, Kebakaran Rumah dan Tabungan yang Menjadi Abu

Meskipun kini membela tim nasional Perancis, nyatanya Eduardo Camavinga lahir dari orangtua asli Kongo.

Lebih tepatnya, Eduardo Camavinga lahir di tenda pengungsian di Miconge, Angola.

Sebelumnya, Eduardo Camavinga sekeluarga berhasil terbang dari Kinshasa, ibukota Kongo.

Dari kurun waktu 2002 sampai 2003, saat itu sedang terjadi Perang Kongo Kedua yang menewaskan sekitar 70 ribu lebih nyawa.

Kejadian kejahatan manusia itu juga terkenal akan sebutan Effacer le tableau yang berarti “penghapusan papan”.

Pada saat itu, pasukan pemberontak melakukan pembantaian besar-besaran (genosida) terhadap suku pedalaman Mbuti.

Suku Mbuti ini termasuk dalam salah satu grup pigmi asli.

Grup pigmi adalah suku bangsa di kawasan khatulistiwa Afrika.

Mereka memiliki ciri khas tinggi badan yang mungil (di bawah 150 cm).

Meskipun begitu, mereka sangat lihai dalam membuat panah beracun sebagai alat perlindungan diri.

Kembali ke Camavinga, kemudian mereka sekeluarga pindah ke Lille di Perancis pada 2003.

Setelah dari Lille, barulah mereka pindah lagi ke Brittany.

Pada tahun 2013, Eduardo, kedua orangtua dan 5 saudara kandungnya harus kembali menghadapi ujian besar dalam hidup.

Rumah mereka yang baru selesai pembangunannya hancur dalam kebakaran.

Tidak sampai di situ, tabungan mereka pun ludes menjadi abu.

Mental Eduardo Camavinga Sudah Dipupuk Sejak Dini, Salah Satunya Berkat Bela Diri Judo

Secara mental dan kedewasaan, Eduardo Camavinga sudah teruji sejak kecil berkat banyak rintangan yang ada.

Selain itu, Camavinga pun sempat merasakan keras dan disiplinnya olahraga bela diri judo.

Bukan sepak bola, ayah dari Camavinga mengaku bahwa judo adalah olahraga utamanya.

Oleh karena itu, mental dan kepribadian Camavinga pun semakin terbentuk berkat tambahan tempaan dari judo.

Sejak awal, ayah dari Camavinga sudah yakin bahwa anaknya akan menjadi pemain sepak bola top di dunia.

Kemudian, sang anak juga diyakini bisa menghidupi keluarganya.

“Kamu adalah harapan keluarga kita. Kamu akan menolong kita semua.”

Begitu prediksi sang ayah.

Saking yakinnya, tawaran dari klub lokal pertama Camavinga untuk memberikan bantuan pun ditolak sang ayah.

Camavinga bergabung dengan Drapeau-Fougères, klub yang saat ini berada di divisi 5 Perancis, pada 2009, saat usianya baru menginjak 7 tahun.

Kemudian pada 2013, Camavinga pindah ke akademi Stade Rennais.

Sekadar informasi, akademi Rennes ini berjasa dalam mengorbitkan bintang-bintang Perancis seperti Sylvain Wiltord, Mikael Silvestre, Yoann Gourcuff dan Ousmane Dembele.

Kontrak profesional pertama Camavinga berhasil ditandatangani pada 14 Desember 2018.

Berkat itu, Camavinga menjadi pemain termuda yang menjadi profesional di Rennes senior di usia 16 tahun dan 1 bulan.

Selain itu, Camavinga berhasil menjadi pemain termuda yang bermain untuk Rennes senior pada 6 April 2019 (16 tahun, 4 bulan) saat timnya seri 3-3 melawan Angers di Ligue 1.

Satu hari setelah kemerdekaan Indonesia yang ke-74, Camavinga yang membuat 1 assist berhasil menjadi pemain terbaik ketika Rennes menang 2-1 melawan Paris Saint-Germain.

Kemudian, gol pertama Camavinga muncul pada 15 Desember 2019, tepatnya di menit 89 ketika Rennes menang 1-0 melawan Lyon.

Apakah Kylian Mbappe adalah Pemain Termuda yang Bermain untuk Tim Nasional Perancis?

Jawabannya: bukan.

Pemain termuda di sejarah tim nasional Perancis adalah Julien Verbrugghe.

Mantan penyerang Red Star FC ini mendapatkan panggilan pertamanya di usia 16 tahun dan 10 bulan pada 1 November 1906.

Akan tetapi, Verbrugghe gugur dalam Perang Dunia Pertama ketika membela Perancis di usia 26 tahun.

Sejak rekor Verbrugghe, Camavinga adalah pemain termuda yang mencatatkan sejarahnya sebagai pemain termuda yang melakukan debut untuk Les Bleus.

Inilah 10 pemain termuda yang bermain untuk tim nasional senior Perancis sejak Perang Dunia Kedua:

Eduardo Camavinga, 17 tahun and 9 bulan (2020).

Marian Wisniewski, 18 tahun and 2 bulan (1955).

Kylian Mbappe, 18 tahun and 3 bulan (2017).

Georges Lech, 18 tahun and 4 bulan (1963).

Serge Chiesa, 18 tahun and 8 bulan (1969).

Daniel Bravo, 19 tahun and 0 bulan (1982).

Yannick Stopyra, 19 tahun and 1 bulan (1980).

Nicolas Anelka, 19 tahun and 1 bulan (1998).

Thierry Tusseau, 19 tahun and 2 bulan (1977).

Karim Benzema, 19 tahun and 3 bulan (2007).

Peduli Pendidikan

Saat tulisan ini terbit, usia Camavinga masih 18 tahun di mana pada 10 November nanti akan menjadi 19.

Pada usia tersebut, seorang manusia dalam fase hidupnya sedang dalam masa menyelesaikan pendidikan akhir di sekolah atau SMA.

Tidak berbeda dengan kebanyakan anak, Camavinga juga baru saja lolos dari sekolah.

Satu tahun yang lalu, tepatnya pada 7 Juli 2020, Camavinga resmi lulus sekolah dan mendapatkan Baccalauréat ES (Ekonomi dan Sosial).

Sebagai informasi, Baccalauréat adalah ijazah SMA di Perancis guna melanjutkan jenjang yang lebih tinggi, yaitu universitas.

Umumnya, para pesepak bola profesional kerap menyampingkan pendidikan mereka.

Dengan gaji tinggi selangit, tentunya para atlet ini tidak perlu pendidikan tinggi untuk kemudian berubah menjadi alat bagi mereka untuk memiliki pekerjaan.

Padahal, selain gelar akademik, pendidikan juga perlu guna melatih pola pikir seorang manusia.

Tidak jarang kita melihat kabar bangkrutnya seorang bintang lapangan hijau.

Salah satu faktor dari keterpurukan tersebut adalah minimnya edukasi yang mereka dapatkan dari bangku pendidikan.

Dengan Camavinga yang sudah mengantongi gelar pendidikan, tentunya ada cadangan apabila karir Camavinga gagal di tengah jalan.

Kata Mereka Tentang Camavinga

Agar memvalidasi segala analisa tentang Camavinga, tentunya kita perlu dengar dari orang-orang terdekat mengenai sang gelandang.

Mulai dari pemain, mantan pemain sampai pelatih pun angkat bicara mengenai kepribadian dan kemampuan mengolah bola Camavinga.

“Mungkin sedikit lebih awal, tapi dia akan berhasil pada akhirnya. Dalam hal kepribadian, kamu bisa merasakannya ketika dia berada di lapangan – dia memiliki pengaruh, meskipun usianya masih muda. Dia mampu melakukan hal-hal hebat untuk usianya. Kami harus berhati-hati dengannya, tetapi dia memiliki potensi besar sehingga dia akan menjadi bagian utama dari tim ini cepat atau lambat.” -Didier Deschamps, pelatih Prancis

“Eduardo benar-benar mengejutkan kami dengan kedewasaannya, baik di dalam maupun di luar lapangan. Aku telah melihat beberapa pertandingan Rennes, jadi aku tidak terkejut. Dia sangat nyaman dan sangat menjanjikan, dan dia baru berusia 17 tahun. Hal yang paling mengejutkan aku adalah ketika aku bertemu dengannya di Clairefontaine, betapa ceria, percaya diri, dan mudah bergaulnya dia. Dia anak muda yang baik.” -Olivier Giroud, penyerang Prancis

“Aku tidak bisa melihat apa pun di masa depannya yang akan mencegahnya memiliki karir yang fantastis. Dia akan menjadi salah satu pemain terbaik di dunia. Dia sangat berbakat. Mbappe adalah penyerang, jadi dia mendapat banyak perhatian, tapi Camavinga jelas sejajar dengannya. Dia punya begitu banyak potensi. Sebuah potensi yang tidak biasa. Sejujurnya – dia bermain hampir seperti pemain berusia 30 tahun.” -Willy Sagnol, mantan bek Prancis

“Dia dibesarkan untuk berbagi nilai, kegembiraan, dan humor yang baik. Dia punya energi yang cukup untuk banyak orang. Segalanya selalu berjalan baik untuknya ketika berkumpul dengan banyak orang karena dia sangat pemberi. Dia berseri-seri ketika berhadapan dengan orang lain dan membuat mereka tersenyum. Eduardo selalu berorientasi pada orang lain. Dia sering lebih suka membantu membuat peluang daripada mencetak gol untuk dirinya sendiri.” -Mathieu Le Scornet, asisten pelatih Rennes, dan pelatih muda Camavinga.

Dengan segala atribut yang Camavinga miliki, rasanya jalan menuju kesuksesan tidak terlalu jauh lagi.

Hal yang Membuat Permainan Eduardo Camavinga Istimewa Sehingga 4 Klub Top Eropa Berburu Tanda Tangannya

Pada usia yang muda, Camavinga terlihat sangat dewasa ketika beraksi di lapangan.

Dengan tinggi tubuh 182 cm, postur tubuh Camavinga jelas cukup baik untuk duel udara di tengah lapangan maupun di depan kedua gawang.

Berposisi sebagai gelandang tengah, Camavinga adalah seorang deep lying playmaker yang mengatur ritme serangan dari posisi yang cukup dekat dengan pertahanan tim sendiri.

Melalui akurasi operan yang tinggi, tak ayal si pemain kidal ini merepotkan tim lawan serta menguntungkan rekan setim.

Selain menjadi deep lying playmaker jempolan, Camavinga juga bisa bekerja keras membantu serangan dan pertahanan sekaligus dalam peran box-to-box.

Untuk kemampuan bertahan seperti tekel dan intersep, Camavinga pun berada di atas rata-rata pemain bagus pada umumnya.

Tidak selesai sampai di situ, Camavinga pun juga memiliki kemampuan menggiring bola, melihat ruang, kelincahan serta kecepatan yang berkualitas tinggi.

Kemudian, Camavinga pun memiliki kesadaran akan posisi, pengambilan keputusan dan pergerakan tanpa bola yang bagus.

Camavinga juga merupakan seorang pemain yang memiliki atribut sebagai kapten, seperti kepemimpinan, ketenangan, keberanian, kerja sama, determinasi, konsentrasi dan antisipasi.

Pertanyaan selanjutnya: sehebat itukah?

Jawabannya: iya.

Maka dari itu, wonderkid ini berhasil membuat Manchester United, Chelsea, PSG dan Real Madrid mengantri untuk jasanya.

Kontrak Camavinga di Rennes akan habis pada 2022.

Artinya, apabila Camavinga tidak juga menandatangani kontrak baru, maka bisa saja sang gelandang pergi secara gratis ketika kontraknya habis tahun depan.

Rennes sebagai klub pun tidak ingin sang bintang pergi dari sana dengan cuma-cuma.

Oleh karena itu, gosip kepergian dia sangat santer berhembus dalam beberapa hari belakangan.

1 Comment

1 Comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P