
Saat pengundian Liga Champions beberapa waktu silam, nama FC Sheriff Tiraspol mengundang perhatian banyak pihak.
Selain karena ini adalah kali pertama mereka akan berlaga di kompetisi tertinggi antar klub di Eropa, klub ini punya banyak kisah menarik.
Apa saja cerita menarik tersebut? Simak selengkapnya di bawah.
Klub Moldova yang Bukan Berasal dari Moldova
FC Sheriff Tiraspol ini sehari-hari berkompetisi di liga Moldova, Divizia Nationala.
Meskipun begitu, ternyata klub berjuluk Zholto-chornyye ini berasal dari negara Transnistria.
Asing dengan negara tersebut? Tentu saja.
Transnistria adalah negara yang terletak di sebelah barat Moldova yang hanya memiliki luas sebesar 4,163 km2, bahkan tidak lebih besar dari kelurahan Pluit di Jakarta Utara (7,711 km²).
Negara yang terletak di antara Rumania dan Ukraina ini adalah pecahan dari Uni Soviet pada tahun 1991.
Setahun setelahnya, terdapat konflik militer namun tidak berlangsung lama pasca gencatan senjata pada Juli 1992.
Kemudian, semua negara yang terlibat di antaranya bisa hidup berdampingan.
Transnistria memiliki bendera dan mata uang sendiri.

Tiraspol, ibukota negara Transnistria (Kredit: thealternativetravelguide)
Selain itu, Transnistria yang secara geografis dengan Moldova (menggunakan bahasa Rumania), justru menggunakan bahasa Rusia.
Kesetiaan Transnistria terhadap Rusia atau era Uni Soviet sangat mudah terlihat di negara tersebut.
Gambar palu dan arit sangat mudah ditemui, mulai dari bendera negara sampai sepanjang jalan di ibu kota Transnistria, Tiraspol.
Sayangnya, kesan negatif sangat terpancar dari kemiskinan yang merajalela, jalan raya yang mengerikan serta orang asing yang selalu dicurigai, menurut sumber dari The Athletic.
Negara tersebut tidak mendapatkan pengakuan dari seluruh dunia, sehingga Transnistria bisa dibilang tidak ada.
Jadi, FC Sheriff Tiraspol adalah klub yang berlaga di Liga Moldova yang sebetulnya berasal dari negara Transnistria yang tidak diakui oleh dunia.
Tim Kaya Raya di Negara Termiskin di Eropa
FC Sheriff Tiraspol berhasil lolos ke Liga Champions dan bergabung ke Grup D bersama Inter Milan, Real Madrid dan Shakhtar Donetsk.
Sebelumnya, tim ini berhasil menyingkirkan Dinamo Zagreb di pertandingan penentu untuk masuk ke UCL.
Dinamo Zagreb adalah tim yang menyingkirkan Tottenham Hotspur di 8 besar Europa League musim lalu.
Dengan prestasi sehebat itu, tentunya kita bertanya-tanya: memangnya sehebat apa Sheriff di Moldova?
Baik, dalam 21 musim terakhir di liga, Sheriff berhasil juara di 19 edisi.
Musim lalu, mereka menang di 32 dari total 36 pertandingan liga dengan catatan rekor 116 gol dan hanya kemasukan 7 kali.
Kemudian, selanjutnya pertanyaan akan kembali muncul: mengapa mereka bisa sehebat itu? Jawabannya sederhana: uang.
Sheriff memiliki komplek latihan dengan nilai sebesar $200 juta (Rp 2,8 triliun) yang terdiri dari stadion modern dan 18 lapangan latihan.

FC Sheriff Tiraspol Stadium (Kredit: camps.sheriff-sport.com)
Selain itu, menurut pengakuan bek kiri mereka, Keston Julien kepada The Athletic, mereka memiliki lapangan dalam ruangan (indoor), 2 hotel dan 2 kolam renang.

Stadion Indoor Sheriff (Kredit: situs resmi FC Sheriff Tiraspol)
Memangnya, bagaimana dengan nasib klub-klub lain di Moldova?
Nasib mereka tidak jauh berbeda dengan klub di Indonesia: menyewa kepada pemerintah setempat.
Selanjutnya, Sheriff ini adalah klub megah yang berkompetisi di sebuah negara yang rata-rata pendapatan per kapita penduduknya hanya $2289 (Rp 32,5 juta) per tahun.
Untuk informasi, Moldova menempati peringkat 44 dari 44 negara di Eropa dari segi ekonomi.
Artinya, Moldova adalah negara termiskin di Eropa.
FC Sheriff Tiraspol Dibangun oleh Mantan Agen Rahasia Uni Soviet

Viktor Gushan (Kredit: rferl.org)
Viktor Gushan, seorang mantan polisi yang juga anggota KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti) atau agen rahasia Uni Soviet, mendirikan perusahaan bernama Sheriff di tahun 1993.
Bersama Ilya Kazmaly, mereka membangun ini sejak 28 tahun yang lalu.
Atas kegemarannya dengan film barat bertema koboi, maka Gushan memberikan nama Sheriff kepada perusahaan ini.
Kini, Sheriff adalah salah satu perusahaan yang sangat kuat di Moldova.
Sheriff menguasai bisnis pom bensin, stasiun televisi, supermarket, importir dan masih banyak lagi di Moldova.
Penguasaan bisnis ini terhitung pula sebagai monopoli.
Beberapa tahun silam, Kazmaly sudah turun jabatan dari perusahaan ini.
Pada tahun 1996, FC Tiras Tiraspol resmi Sheriff beli dari divisi dua Liga Moldova.
Sejak saat itu, namanya pun berganti menjadi FC Sheriff Tiraspol.
Skuad FC Sheriff Tiraspol Saat Ini
Lihat postingan ini di Instagram
Dengan segala kehebatan prestasi, tentunya pertanyaan selanjutnya adalah: siapa saja memang para pemain dan pelatihnya?
Peraturan Divizia Nationala mewajibkan setiap tim menurunkan minimal 4 pemain Moldova di 11 pemain utamanya.
Namun, kini semua peraturan tersebut sudah tidak ada.
Dari situs resmi UEFA, Sheriff memiliki 35 pemain.
Kemudian, hanya ada 13 pemain berkebangsaan Moldova.
Sisanya, 22 pemain lain terdiri dari 17 negara berbeda.
Artinya, hanya ada sekitar 37% pemain dari negara asal klub itu bertanding.
Dari 13 pemain itu, hanya 11 pemain yang Sheriff daftarkan untuk Liga Champions musim ini, di mana 3 di antaranya adalah kiper cadangan.
Dari 11 pemain itu, 5 pemain di antaranya adalah pemain list B.
Lebih lanjut lagi, dari 11 pemain tersebut, hanya ada 1 pemain yang tampil di babak kualifikasi Liga Champions, itu pun langsung cedera dan tidak pernah bermain lagi.
Selain itu, 9 dari 11 pemain inti ketika pertandingan terakhir melawan Dinamo Zagreb silam, baru Sheriff datangkan pada tahun 2021.
Punya Rencana Menjadi Pabrik Penghasil Pemain Hebat
Lihat postingan ini di Instagram
Secara keseluruhan, rencana klub ini mirip seperti Shakhtar Donetsk, tetangganya di Ukraina.
Tim akan banyak mendatangkan pemain-pemain berbakat dari Amerika Selatan atau dari belahan dunia manapun untuk kemudian dijual dengan harga tinggi kepada klub-klub yang lebih besar.
Namun, Sheriff masih melakukannya dalam skala kecil seperti Cyrille Bayala dan Vitalie Damascan yang pergi ke Lens dan Torino.
Tentu saja, Sheriff menunggu momen-momen untuk menjual pemain dengan harga tinggi, seperti dengan kasus Fred ke Manchester United, Fernandinho ke Tottenham Hotspurs, dan Willian ke Chelsea.
Untuk saat ini, Sheriff memiliki beberapa pemain yang patut untuk kita perhatikan, seperti Adama Traore (bukan pemain Wolves), Frank Castaneda, Keston Julien dan Gustavo Dulanto.
Dari sisi kepelatihan, Sheriff ini cenderung berganti-ganti manajer dengan sangat cepat.
Dalam 10 tahun terakhir, setidaknya ada 11 pelatih permanen yang pernah menjabat.
Pelatih terlama yang pernah menjabat adalah Roberto Bordin asal Italia (18 bulan) dari 2016 sampai 2018.
Kini, Yuriy Vernydub yang terkenal karena melatih Zorya Luhansk di Ukraina, kampungnya, sudah menjadi pelatih kepala sejak 18 Desember 2020.
Dengan segala cerita yang ada, patut untuk kita saksikan kiprah Sheriff di Liga Champions musim ini.
