
Meraih Segalanya Sebagai Pemain
Ketika berbicara mengenai salah satuĀ playmakerĀ terbaik sepanjang masa, nama Xavi Hernandez tentu masuk dalam perbincangan.
Teknik operan, visi, kontrol bola, serta semua atribut yang harus seorang pengatur serangan miliki, pemain bernama lengkap Xavier HernƔndez Creus ini punya.
Terbukti, dalam total 767 pertandingan bersama Barcelona yang mana adalah rekor terbanyak klub, Xavi berhasil buat 185 assist dan mencetak 85 gol.
Latar belakang klub Barcelona serta deretan pelatih yang pernah menjadi mentor Xavi adalah kunci gaya permainannya.
Xavi pernah dilatih oleh mendiang Luis Aragones, kemudian Louis van Gaal, Frank Rijkaard, Vicente del Bosque, sampai akhirnya Pep Guardiola.
Belum lagi, Xavi dekat dengan mendiang Johan Cruyff, salah satu pewaris ide total football.
Berkat semua hal di atas, Xavi berhasail meraih segalanya sebagai pemain, dalam hal ini konteksnya trofi.
Bersama tim nasional,Ā playmakerĀ bertinggi 170 cm ini berhasil menjuarai Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 serta Piala Eropa 2012.
Sementara itu, total 4 Champions League serta 8 La Liga juga datang bersama dengan kejayaan Barcelona.
šµš“ Born to play: Xavi HernĆ”ndez’s unparalleled brilliance š @FCBarcelona | #UCL pic.twitter.com/4AXzjO7Xr0
ā UEFA Champions League (@ChampionsLeague) July 28, 2021
Trofi tersebut belum termasuk 3 Copa del Rey, 8 Supercopa de Espana, 2 FIFA Club World Cup serta 1 UEFA Super Cup.
Selepas dari Barcelona, Xavi langsung berpetualangan ke Qatar pada 2015 sampai 2019.
Total 98 penampilan, 24 gol, 28 assist, 1 gelar Liga Qatar serta 1 Piala Qatar berhasil Xavi persembahkan untuk klub Al-Sadd.
Selain bermain sepak bola, Xavi ternyata memiliki proyek besar nan jangka panjang bersama Qatar yang bermuara kepada Piala Dunia 2022.
Tentang Kepindahan ke Qatar
Xavi memulai segalanya pada musim panas 2015 untuk pindah ke Qatar.
Tidak hanya sebagai pemain, namun Xavi memiliki kontrak lain dengan negara kaya dari Timur-Tengah tersebut:Ā brand ambassadorĀ Piala Dunia 2022 Qatar dan menjalani kursus kepelatihan.
Selepas pensiun dari sepak bola pada 2019, Xavi langsung melatih klub terakhirnya, yaitu Al-Sadd.
Sejauh ini, semua terasa begitu baik bagi Xavi.
Total 89 pertandingan sudah ia pimpin sebagai manager Al-Sadd.
Dalam kurun waktu tersebut, 61 pertandingan berakhir kemenangan dengan 12 imbang dan 16 kalah.
Artinya, rata-rata 69% pertandingan berhasil Xavi menangkan sebagai manager.
Belum lagi, tim besutannya berhasil mencetak 245 gol atau 2,75 gol per pertandingan.
Meskipun begitu, sayangnya jumlah kebobolan Al-Sadd juga terbilang banyak, yaitu 112.
Selama masanya, Xavi berhasil mempersembahkan 7 trofi bagi Al-Sadd dalam kurun waktu 2 tahun.
Trofi-trofi tersebut adalah 1 gelar Liga Qatar, 2 Piala Liga Qatar, 2 Piala Catar (Emir of Qatar Cup), 1 Piala Bintang Qatar dan 1 Piala Super Qatar (Sheikh Jassim Cup).
Xavi has Al Sadd playing beautiful football š pic.twitter.com/xVRMwCyeuJ
ā ESPN FC (@ESPNFC) October 28, 2021
Meskipun sepak bola Qatar tidak seintens Eropa, namun Xavi patut mendapatkan kredit.
Dari transfermakt, Al-Sadd bukanlah tim dengan harga pasar tertinggi (26,65 juta euro), melainkan masih ada Al-Duhail (31,28 juta euro) dan Al-Rayyan (43,23 juta euro) di peringkat 2 dan 1.
Filosofi Gaya Bermain Xavi Hernandez Sebagai Pelatih
Melalui akun YouTube The Coaches Voice, Xavi Hernandez tidak sungkan-sungkan untuk membeberkan semua yang berkaitan dengan teknis di dalam lapangan terkait permainan Al-Sadd.
Timku harus mengontrol bola. Aku menderita ketika tidak menguasainya. Hal tersebut terjadi kepadaku ketika masih menjadi pemain dan sekarang lebih terasa ketika berada di pinggir lapangan. Itulah mengapa aku akan melakukan segalanya untuk bisa mengontrol pertandingan melalui penguasaan bola.
-Xavi Hernandez
Begitu kata pembuka sang maestro di video tersebut.
Menurutnya, filosofi bermain tim besutannya adalah menguasai bola selama mungkin dengan menciptakan banyak peluang untuk menyerang lawan.
Dengan formasi 3-4-3, seluruh ruang dalam lapangan seolah berhasil Al-Sadd kuasai melalui penempatan para pemain.
Selaras dengan gaya semasa menjadi pemain, Al-Sadd berhasil ia buat menjadi tim dengan rataan operan sukses (87%) dan penguasaan bola (69%) yang tinggi.
Oleh karena itu, tim berjuluk Al ZaeemĀ alis Sang Bos ini memiliki kans yang lebih besar untuk menciptakan peluang melalui akurasi operan tinggi.
Terbukti, dalam 8 pertandingan awal Liga Qatar musim ini, Al-Sadd sapu bersih 8 kemenangan.
Tidak hanya itu, Santi Cazorla dkk bahkan menjadi tim paling produktif dengan total 33 gol atau rata-rata 4 gol tercipta per pertandingan.
Kemudian, dari segi pertahanan, Xavi dan Al-Sadd menerapkan apa yang selama ini Pep Guardiola lakukan untuk Barcelona, Bayern Munich dan Manchester City.

Al-Sadd ketika melakukan pressing (Kredit: YouTube The Coaches’ Voices)
Apabila tidak menguasai bola, tim ini akan langsung melakukanĀ pressingĀ tinggi kepada para lawan-lawannya, terutama 5 pemain terdepan dengan 4 sisanya melakukan penjagaan di belakang.
Semua itu mereka lakukan terkait dengan gaya permainan mereka: menguasai bola selama mungkin dan merebut kembali apabila kehilangannya.
Sedangkan, ketika Al-Sadd menguasai bola dan lawan melakukanĀ pressingĀ tinggi, Xavi punya solusi atas itu.
Dengan melakukan operan-operan pendek, Al-Sadd selalu bisa kabur dari tekanan lawan yang mana sangat jarang ditemui di Liga Qatar, hanya sekitar 10% sampai 5% saja menurut Xavi.
Secara keseluruhan, permainan tim Xavi sangatlah mirip dengan apa yang Pep Guardiola lakukan selama bertahun-tahun di level tertinggi sepak bola.
Xavi Menuju Barcelona
Ronald Koeman selaku manajer Barcelona baru saja mengalami pemecatan akibat rentetan hasil buruk.
Untuk sementara, Sergi Barjuan menjadiĀ manajer interim sampai Barcelona mendapatkan pengganti permanen.
Rumor berhembus kencang bahwa Xavi akan menjadi penerus Koeman di Barcelona.
Bak gayung bersambut, sang manager asal Spanyol tersebut juga dikabarkan sudah mengajukan pengunduran diri dari Al-Sadd untuk bisa pulang ke klub yang membesarkannya.
Klub Qatar tersebut saat ini masih berusaha sekuat tenaga untuk menahan agar hal tersebut tidak terjadi.
Sementara itu, pro dan kontra pun hadir dengan rumor ini.
Meskipun Al-Sadd berjaya di Qatar, namun level sepak bola negara tersebut jelas berbeda dengan Spanyol dan Eropa.
Walaupun, secara permainan, tentunya Barcelona akan sangat cocok dengan apa yang sudah Al-Sadd lakukan selama bertahun-tahun.
Berkaitan dengan Qatar, Xavi juga dinilai belum berpengalaman di level tinggi seperti Spanyol dan Eropa.
Namun perlu diingat, Pep Guardiola juga datang sebagai seseorang dengan pengalaman yang minim.
Guardiola hanya pernah melatih Barcelona C dan B sebelum akhirnya ke tim inti, tidak ada tim besar di kompetisi tertinggi.
Rumor semakin kencang berhembus dengan Xavi yang kemungkinan besar akan ke Barcelona.
Namun, Barcelona harus membayarkan sejumlah biaya kompensasi untuk kepergian manajernya.
MengingatĀ BlaugranaĀ sedang mengalami kondisi keuangan yang kurang baik, Xavi pun rela membayar dengan uangnya pribadi untuk bisa merealisasikan impiannya itu.
It looks like Xavi will travel to Barcelona on Friday, and he might pay his own release clause for the contract with Al Sadd.
ā @jotajordi13 pic.twitter.com/VhAQfPoOsn
ā BarƧa Universal (@BarcaUniversal) October 31, 2021
Oleh karena itu, akan sangat menarik menanti apakah Xavi akan pulang ke Barcelona dan menjabat manajer di sana untuk mengembalikan kejayaan klub seperti dulu kala.
