Banyak Kesalahan yang Dilakukan Para Pemain di Lapangan
Manchester United dan Liverpool FC terpaksa menahan malu usai dibantai di ajang Premier League Inggris dini hari (05/10) lalu. Manchester United yang bermain dengan 10 orang dikalahkan Tottenham Hotspurs dengan skor 1-6 di Old Trafford, sedangkan Aston Villa berjaya di Villa Park dengan menghantam Liverpool 7-2.
Ole Gunnar Solskjaer selaku manajer United mengaku bertanggung jawab atas kekalahan ini. “Ini salah saya. Ini sangat memalukan. Ini melukai semua pemain dan saya sebagai manajer. Ini adalah hari terburuk saya” katanya dengan wajah pucat kepada The Guardian.
Manchester United sempat unggul melalui penalti Bruno Fernandes di menit 2. Kemudian, kemelut di depan gawang oleh Harry Maguire membuat Tanguy Ndombele bisa menyamakan kedudukan di menit 4. Tidak berhenti sampai di situ, kurang fokusnya lini belakang The Red Devils berimbas kepada gol Heung-min Son pada menit 7. Keadaan diperburuk usai Anthony Martial menerima kartu merah usai reaksinya terhadap Erik Lamela di menit 28. Harry Kane membuat The Lilywhites unggul di menit 30 usai memanfaatkan kesalahan Eric Bailly. Babak pertama ditutup dengan skor 4-1 usai Heung-min Son kembali membuat gol memanfaatkan buruknya koordinasi pertahanan antara Harry Maguire dan Luke Shaw di menit 37.
Babak kedua tidak berjalan terlalu berbeda. Pasukan Jose Mourinho yang sudah unggul terlihat tidak terlalu mengambil resiko untuk menyerang. Namun, di menit 51 Serge Aurier membuat Spurs unggul 5-1 melalui umpan-umpan kombinasi yang baik antar pemain. Paul Pogba sedikit terlibat dalam gol Aurier di mana dia tidak memotong umpan Pierre-Emile Højbjerg. Paul Pogba kemudian membuat pelanggaran yang tidak perlu di kotak penalti kepada Ben Davies. Gol ke-6 Spurs dicetak melalui titik putih oleh kapten Harry Kane di menit 79. Pertandingan berakhir dengan skor 6-1 untuk Spurs.
“Kami seperti kehilangan arah setelah 1-0” kata Jurgen Klopp ke BBC Sport. “Kami membuat terlalu banyak kesalahan dan yang pertama tentu saja. Itu dimulai dari gol pertama dan daerah sekitar gawang. Kami membuat kesalahan-kesalahan besar” lanjut manajer asal Jerman ini.
Aston Villa berhasil unggul di menit 4 lewat Ollie Watkins usai memanfaatkan kemelut yang dibuat oleh kiper Liverpool, Adrian. Ollie Watkins berhasil menambah golnya di menit 22 usai menerima umpan terobosan dari Jack Grealish dalam skema serangan balik. Mohamed Salah sempat mengecilkan skor menjadi 2-1 di menit 33. Dua menit berselang, John McGinn membuat skor menjadi 3-1 untuk Villa. Menerima bola muntah dari sepak pojok, tendangan dari luar kotak penalti McGinn menghantam Virgil van Dijk sehingga mengecoh Adrian. Ollie Watkins berhasil mencetak hat-trick melalui gol di menit 39. Memanfaatkan set-piece tendangan bebas, Ross Barkley mengirimkan umpan kepada Trezeguet. High defensive line Liverpool memberikan ruang kepada Trezeguet untuk mengirimkan umpan silang kepada Ollie Watkins yang berdiri bebas tanpa kawalan dan menyundul bola masuk. Babak pertama berakhir 4-1 untuk Aston Villa.
Tidak lama setelah babak pertama dimulai, Aston Villa kembali mencetak gol. Saat ini giliran pemain pinjaman asal Chelsea, Ross Barkley yang mencetak gol. Memanfaatkan kesalahan Joe Gomez dalam memberikan umpan pendek, Watkins memotong bola dan memberikannya kepada Ross Barkley. Dengan umpan 1-2 dengan Jack Grealish, Barkley mengakhirinya dengan tembakan dari luar kotak penalti yang arahnya berubah akibat terbentur Trent Alexander-Arnold. Mohamed Salah kembali mencetak gol untuk memperkecil ketertinggalan menjadi 5-2. Akibat dari kemelut di lini tengah Villa, Roberto Firmino berhasil mengirimkan umpan terobosan yang berhasil dieksekusi oleh Salah. Namun, Roberto Firmino membuat kesalahan yang berujung gol selanjutnya. Akibat kehilangan bola dari Firmino, Jack Grealish berhasil mencetak gol ke-6 Villa. Menerima umpan dari Watkins, Grealish mencetak gol dari luar kotak penalti usai tendangannya berbelok arah mengenai Fabinho. Gol penutup terjadi di menit 75 di mana Grealish berhadapan satu lawan satu dengan Adrian dari umpan terobosan McGinn di skema serangan balik. Pertandingan berakhir 7-2 untuk Villa.
Baca juga: Liverpool atau Manchester United? Inilah Klub Tersukses di Inggris!
Kedalaman Kualitas Skuad yang Memprihatinkan
Bukan menjadi rahasia apabila Manchester United hanya memanfaatkan pemain yang itu-itu saja. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan Liverpool. Apabila dibandingkan antara kualitas pemain inti dan pemain cadangan, kedua tim bisa dibilang cukup memprihatinkan.
Manchester United punya banyak masalah dalam kualitas pemain. Posisi bek tengah menjadi posisi yang paling rapuh. Victor Lindelof akhirnya dibangkucadangkan usai rentetan performa buruk. Eric Bailly yang biasanya bermain cukup bagus pun akhirnya tadi malam bermain buruk juga. Ramai dalam perbincangan tentang siapa yang pantas menemani Harry Maguire di bek tengah United, namun Maguire sendiri pun performa dan kualitasnya kini semakin dipertanyakan. Chris Smalling sudah dikabarkan akan pindah ke AS Roma. Hal tersebut akan menambah krisis bek tengah United. Belum lagi, serangan United sering terpaku di sisi kiri lapangan, di mana sisi kanan jarang sekali dimanfaatkan. Jadon Sancho yang diincar untuk posisi sayap kanan sampai saat ini belum ada kesepakatan dengan Dortmund. Kedatangan Edinson Cavani tentu akan bermanfaat untuk persaingan lini depan United ditambah dengan pengalaman dan kualitas penyerang tim nasional Uruguay ini. Kemudian, Alex Telles sebagai pemain baru United pun dinilai sebagai pembelian yang masuk akal dan baik.
Bertandingnya Liverpool ke Aston Villa tanpa dihadiri 3 pemain inti. Sadio Mane dan Thiago Alcantara sedang menjalani isolasi mandiri usai terpapar virus corona. Alisson Becker harus absen karena cedera bahu. Liverpool untuk saat ini dinilai tidak punya kiper pelapis yang ideal untuk Allison. Dalam beberapa kesempatan, Adrian terlihat kikuk saat bermain di lapangan dan kerap kali membuat kesalahan. Selain Virgil van Dijk, kualitas bek tengah Liverpool dianggap tidak ada yang sama atau mendekati levelnya dengan pemain asal Belanda tersebut. Untuk bek sayap pun demikian, para pemain pelapis seperti Kostas Tsimikas dan Neco Williams dinilai masih jauh untuk bisa menyamai level Andrew Robertson dan Trent Alexander-Arnold. Untuk lini tengah, tidak ada pemain yang dinilai benar-benar kelas dunia selain Thiago Alcantara. Trio lini serang pun demikian, pelapisnya juga tidak bisa diharapkan lebih.
Solusi untuk kedalaman skuat adalah dengan memiliki pemain-pemain berkualitas. Untuk bisa memiliki pemain-pemain tersebut, bisa dengan cara membeli pemain baru, promosi pemain akademi, atau pelatihan yang baik. Dalam konteks kasus ini, cara yang paling cepat adalah dengan membeli pemain baru. Namun, dengan jendela transfer yang akan ditutup pada Selasa (06/09) dinihari WIB, rasanya tidak banyak yang bisa diharapkan dari kedua tim di bursa transfer pemain.
Gaya Permainan yang Mulai Terbaca Lawan
Jurgen Klopp dikenal sebagai manajer yang mempopulerkan strategi gegenpressing. Strategi tersebut mulai dikenal dunia ketika Klopp menangani Borussia Dortmund. Sampai saat ini, strategi tersebut masih dipakai oleh Liverpool.
Gegenpressing adalah strategi menekan lawan dengan bola sesering mungkin. Hal tersebut membutuhkan banyak tenaga dan stamina untuk bermain 90 menit. Apabila bola sudah didapatkan, para pemain akan cukup sabar untuk membuka ruang pertahanan lawan dengan ball possession atau dengan diagonal pass antar sayap. Hasil dari gegenpressing di Liverpool adalah dominasi di kompetisi Inggris dan Eropa. Sejauh ini, Klopp sudah mendapatkan trofi UEFA Champions League, UEFA Super Cup, FIFA Club World Cup dan yang terbaru Premier League.
Namun, taktik dalam dunia sepak bola berputar seperti siklus. Dunia sempat heboh dengan tiki-taka ala Barcelona era Pep Guardiola. Lionel Messi, Andres Iniesta dan Xavi Hernandez menjadi aktor utama gaya permainan tersebut. Namun, dengan berkembangnya zaman dan strategi bermain, banyak tim yang mulai menemukan cara untuk melawan taktik tersebut. Hasilnya, dominasi Barcelona pun perlahan pudar. Hal tersebut juga sangat bisa terjadi di era Liverpool ini. Perlahan, Liverpool mulai banyak menelan kekalahan akibat dari ditemukannya penangkal strategi gegenpressing.
Lain halnya dengan Manchester United, Ole Gunnar Solskjaer dinilai belum punya gaya bermain yang jelas. Ketika berhadapan dengan tim 6 besar, The Red Devils sering bermain mengandalkan serangan balik yang mengandalkan lini serang Marcus Rashford, Anthony Martial dan Mason Greenwood. Namun, ketika menghadapi lawan yang sepadan atau tidak lebih baik, Paul Pogba dan kawan-kawan ini menguasai bola dan mengandalkan teknik individu para pemainnya tanpa pola yang jelas. Sama seperti Liverpool, lama kelamaan strategi Manchester United akan terbaca oleh lawan. Ditambah, Manchester United belum ada gaya bermain dan strategi yang jelas.
Pingback: Derby Merseyside Paling Beda dalam 30 Tahun Terakhir
Pingback: Solskjaer Diyakini akan Dipecat Jika MU Kalah Lawan Everton