Connect with us

Artikel Top Peluit

Inter Milan: Revolusi & Solusi dari Allenatore Simone Inzaghi

Akankah sang pelatih baru dari Lazio yang tampak cocok di I Nerazzurri ini mampu untuk melanjutkan kesuksesan Antonio Conte?

Inter Milan dan Simone Inzaghi seakan menemui kecocokan pada awal Serie A musim 2021-2022.

Bagaimana tidak, setelah kepergian mendadak Antonio Conte dari kursi kepelatihan I Nerazzurri, manajemen Inter Milan langsung bergegas.

Hasilnya, nama pelatih SS Lazio pada stagione 2020-2021, Simone Inzaghi langsung mendapatkan kepercayaan untuk mengisi kursi kosong tersebut.

Awalnya, Inzaghi setuju untuk memperpanjang masa baktinya bersama klub Elang Ibukota.

Akan tetapi, beberapa jam setelah kesepakatan terjalin, Inzaghi kemudian membuat pengumuman mengejutkan dengan menerima pinangan Inter Milan.

Inzaghi setuju untuk menandatangani perjanjian masa kerja hingga Juni 2023 di Giuseppe Meazza, stadion kebangaan Inter Milan.

Jadi, siapa sebenarnya Simone Inzaghi dan apa revolusi yang akan beliau lakukan untuk Inter Milan?

Awal Karir Simone Inzaghi

Inzaghi lahir di Piacenza pada 5 April 1976.

Kemudian, adik kandung dari Filippo Inzaghi ini memulai karir profesional di kampung halamannya, Piacenza.

Bersama Piacenza, Inzaghi muda bermain selama 5 musim.

Meskipun demikian, Inzaghi baru mampu menunjukkan kualitas permainannya di musim 1998-1999.

Saat Serie A musim 1998-1999, Simone sukses mengukir 30 penampilan dan mencetak 15 gol.

Hingga akhirnya di awal musim 1999, Lazio tertarik mendatangkan sang attacante.

Bersama Gli Aquilotti, Inzaghi berseragam biru langit selama 11 musim hingga tahun 2010.

Walaupun tidak menunjukan penampilan impresif seperti sang kakak, Filippo Inzaghi, tetapi Simone Inzaghi tetap layak mendapatkan gelar legenda di Lazio.

Kemudian, Inzaghi juga turut menyumbangkan 7 trofi, yaitu 1 Serie A, 3 Coppa Italia, 2 Supercoppa Italiana dan 1 UEFA Super Cup.

Selama berseragam Lazio, Simone Inzaghi bermain di 196 pertandingan dengan total 55 gol dan 5 assist.

Cedera serta masa peminjaman menyebabkan sedikitnya jumlah menit bermain Inzaghi selama 11 tahun di kota Roma.

Simone Inzaghi saat bermain untuk Lazio (Kredit: calcio.fanpage.it)

Simone Inzaghi saat bermain untuk Lazio (Kredit: calcio.fanpage.it)

Lepas bermain si kulit bundar, Inzaghi memutuskan untuk melatih tim akademi Lazio pada awal musim 2010-2011.

Inzaghi melatih bibit-bibit muda Lazio di sana hingga tahun 2016.

Pada tahun yang sama, yaitu tepatnya 3 April 2016, Inzaghi menerima tawaran sebagai caretaker atau pelatih sementara SS Lazio hingga musim berakhir.

Simone Inzaghi menggantikan posisi Stefano Pioli yang dipecat usai rentetan hasil buruk yang menimpa klub.

Pada musim 2016-2017, Lazio sempat menunjuk Marcelo Bielsa sebagai pelatih utama mereka, tetapi karena alasan pribadi, Bielsa mengundurkan diri.

Simone Inzaghi pun langsung mengisi kekosongan di kursi pelatih Lazio.

Pada akhir musim tersebut, Inzaghi membawa Lazio menempati peringkat kelima Serie A dan keluar sebagai finalis Coppa Italia.

Selama melatih Biancoceleste, Inzaghi berhasil memberikan dua gelar Supercoppa Italiana, yaitu pada tahun 2017 & 2019.

Hal yang lebih spesial, kala itu anak asuh Inzaghi sukses menundukan juara terbanyak sepanjang masa Serie A, Juventus.

Plus, satu gelar Coppa Italia pada akhir musim 2018-2019 berhasil mendarat ke pelukan Lazio setelah sukses mengalahkan Atalanta dengan skor 2-0 di Olimpico Roma.

Semua prestasi di atas sangatlah luar biasa untuk pelatih yang terbilang rookie.

Inter Milan & Simone Inzaghi

Simone Inzaghi, pelatih Inter Milan (Kredit: inter.it)

Simone Inzaghi, pelatih Inter Milan (Kredit: inter.it)

Simone Inzaghi datang ke kota Milan dengan kepercayaan yang luar biasa.

Modal besar selama menukangi SS Lazio adalah salah satu hal yang membuat Simone Inzaghi menerima pinangan I Nerazzurri di awal musim 2021-2022.

Salah satu alasan lain kenapa akhirnya Inzaghi menerima tawaran sebagai pelatih Inter adalah saat konferensi perdananya, beliau mengatakan bahwa Inter menginginkan kehadirannya.

Apalagi pattern formasi selama menahkodai Lazio hampir sama persis dengan apa yang dilakukan oleh Antonio Conte pada musim lalu.

Inzaghi sangat mengagungkan pola formasi 3-5-2 di mana Inzaghi terbiasa mengandalkan double pivot serta satu playmaker sebagai pendistribusi bola.

Selain itu, keberadaan dua wing-back yang rajin naik turun sangat keberadaannya di dalam skuat Simone Inzaghi

Pada musim 2021-2022 ini, kedalaman skuad Inter Milan jelas sangat mendukung formasi ideal dan favorit sang allenatore.

Walau kehilangan dua pemain penting musim lalu, yaitu Achraf Hakimi dan Romelu Lukaku, tetapi kedatangan pemain lain saat mercato ini membuat La Beneamata tetap solid.

Manajemen Inter bergerak cepat, hasilnya buruan utama sukses mereka dapatkan.

Kedatangan gelandang serang sekaligus mantan pengatur serangan tim rival, AC Milan, Hakan Calhanoglu pada 24 Juni 2021 adalah awal langkah dari para board.

Setelah itu, Inter berturut-turut berhasil datangkan Edin Dzeko dari Roma, Denzel Dumfries (right-back asal Belanda dari klub PSV Eindhoven) dan yang terakhir mantan anak asuh Inzaghi di Lazio, Joaquin ”Tucu” Correa.

Khusus nama terakhir, sang pemain asal Argentina akan mendapatkan peran khusus sebagai goal-getter klub untuk berduet dengan Lautaro Martinez atau Edin Dzeko.

Permainan fluid serta dinamis jelas akan tetap menjadi trademark ala Simone Inzaghi.

Hasil nyata langsung terlihat dalam dua giornata Serie A.

Pada 21 Agustus, Inter sukses menumbangkan Genoa 4-0 dan Hellas Verona 1-3 sepekan kemudian.

Revolusi Formasi Ala Inzaghi

Bicara revolusi yang berarti perubahan secara cepat, mungkin akan ada sedikit perubahan baik dari role ataupun peran dari setiap pemain Inter Milan.

Trio lini pertahanan I Nerazzurri masih akan diisi oleh Milan Skriniar, Stefan De Vrij dan difensore masa depan Italia, Alessandro Bastoni.

Mereka akan mengawal penjaga gawang Samir Handanovic yang tangguh di bawah mistar gawang.

Untuk sektor centrocampista, Hakan Calhanoglu akan mendapatkan peran sebagai gelandang serang dengan dukungan dari sang mezzala, Nico Barella dan regista andal mereka, Marcelo Brozovic.

Arturo Vidal dan Matias Vecino akan menjadi backup sepadan untuk para pemain inti apabila mereka tidak dapat turun ke lapangan.

Duet wingback akan diperankan oleh Matteo Darmian dan Ivan Perisic plus sokongan dari pemain baru mereka, Denzel Dumfries, kemudian Danilo D’Ambrosio dan Fede Dimarco yang tampil gemilang di masa peminjaman bersama Hellas Verona musim lalu.

Untuk sektor attacante, Lautaro Martinez tampaknya akan menjadi penyerang utama, dengan duet bersama big-man, Edin Dzeko.

Tucu Correa akan menjadi supersub jika Inter Milan kesulitan menembus pertahanan tim lawan.

Dengan kedalaman skuat yang luar biasa ini, Simone Inzaghi tampaknya akan mudah menemukan solusi jika Inter Milan dalam kesulitan.

Jelas, sepertinya akan menjadi sebuah langkah tepat dari manajemen dengan mendatangkan Simone Inzaghi apabila Inter sukses menyegel kembali Scudetto.

Antonio Conte vs Simone Inzaghi: Siapa yang Lebih baik di Inter Milan?

Memang masih terlalu dini untuk menilai dan membandingkan keduanya.

Serie A musim 2021-2022 baru berjalan 2 pertandingan.

Kemudian, apalagi, kualitas pemain Lazio terbilang berada di bawah Inter Milan, sehingga tidak bisa dibandingkan.

Akan tetapi, jelas kita bisa memprediksi bagaimana prospek I Nerazzurri ke depannya dengan beberapa aspek.

Secara penguasaan bola, Antonio Conte membawa Inter Milan juara dengan rata-rata 52,3% pada musim lalu.

Bagaimana dengan Inter Milan di bawah Simone Inzaghi? 58,5% per pertandingan.

Memang masih 2 pertadingan, namun apabila Inzaghi konsisten membawa angka tersebut sampai akhir musim, artinya Inter Milan mengalami peningkatan.

Kemudian, musim lalu, Antonio Conte membuat Inter Milan melepaaskan 459 operan akurat per laga dengan akurasi 87%, lebih banyak dari musim ini, yaitu 447 operan sukses per laga dengan akurasi 86%.

Meskipun menurun, angka tersebut masih terbilang tinggi untuk sebuah tim yang ingin berkompetisi di level top.

Dari segi produktivitas gol, Inter Milan musim lalu berhasil menyarangkan 89 bola ke gawang lawan atau 2,3 gol per laga.

Musim ini, Inter Milan sudah cetak 7 gol dari 2 laga (3,5 gol per laga).

Sekali lagi, memang masih belum bisa dibandingkan karena masih 2 laga.

Pasalnya, pada 2 pertandingan awal musim lalu, Inter Milan berhasil sarangkan total 9 gol ke gawang lawan!

Namun, pada periode awal yang sama, Inter Milan sudah kebobolan 5 gol, lebih buruk dari musim ini (kemasukan 1 dari 2 laga).

Secara statistik, keduanya punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Akan tetapi, satu hal yang pasti, kedatangan Simone Inzaghi adalah solusi dari masalah utama Inter Milan: finansial.

Dengan gaji yang tidak sebesar Antonio Conte, taktik Simone Inzaghi terbukti tidak kalah bagus dengan pelatih yang berhasil membawa Inter Milan juara Serie A musim lalu.

Forza, Inzaghi!

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P