
Masa Naik Daun di FC Porto
Berbicara karir Jose Mourinho, kita semua pasti akan ingat bagaimana kisah heroik sang pelatih bersama FC Porto di UCL 2004.
Pelatih kelahiran Setubal pada 26 Januari 1963 ini adalah salah satu pelatih legendaris asal Portugal yang namanya harum kala bersama FC Porto.
Akan tetapi, jauh sebelum menjadi pelatih di FC Porto, The Special One (julukan Jose Mourinho) sempat menjadi asisten pelatih di berbagai klub.
Mourinho juga sempat menjadi asisten pelatih untuk Sporting CP, FC Porto bahkan tim raksasa Catalan, FC Barcelona.
Peruntungannya membaik pada tahun 2000 kala menangani SL Benfica sebagai entrenador utama As Aguias.
Bersama klub asal Lisbon tersebut, karir melatih Mou hanya berlangsung sebentar.
Pada musim panas 2001, Mourinho akhirnya memutuskan berlabuh menuju salah satu klub Liga Portugal lainnya, União de Leiria.
Selama setengah musim bersama klub berjuluk Os Lis, kesuksesan seperti menghampiri nasib Jose Mourinho.
Selama kurun waktu tersebut, Mou membawa klub yang bermarkas di Estádio Dr. Magalhães berada di top 3 klasemen, hanya kalah dari Porto dan Benfica.
Hal tersebut membuat Mourinho mendapatkan bidikan dari beberapa klub di Eropa, tidak terkecuali dari kontestan Liga Portugal.
Sebuah keputusan menakjubkan datang ketika Jose Mourinho menerima pinangan FC Porto pada 23 Januari 2002 untuk menggantikan pelatih sebelumnya, Octavio Machado.
Membesut FC Porto, nama sang pelatih semakin melambung tinggi ke angkasa.
Dengan bekal para pemain terbaik seantero negara Portugal membuat The Special One dengan mudah menjadikan FC Porto klub terbaik di Portugal.
Bahkan, hanya dalam waktu setengah musim, Mou sukses mengawinkan dua gelar bergengsi sekaligus yaitu, Liga Premier Portugal dan Taca de Portugal atau Piala Portugal.
#NesteDia em 2004: José Mourinho foi eleito Treinador do Ano pela @UEFAcom_pt, após vencer a Taça UEFA pelo #FCPorto. pic.twitter.com/x5pfILiyAl
— FC Porto (@FCPorto) January 12, 2015
Bahkan gelar yang lebih masif akhirnya berhasil Mourinho raih bersama O Dragaoes satu musim berselang.
Salah satu gelarnya bahkan membuat namanya mendapat apresiasi dari publik dunia.
Puncak Karir Jose Mourinho (1/2)
Jose Mourinho sukses membawa FC Porto menuju tangga tertinggi pada kompetisi antar klub terbaik di benua Eropa, Liga Champions.
Kala itu, mayoritas skuad FC Porto berasal dari negeri Selecção de Quinas seperti Vitor Baia, Ricardo Carvalho, Costinha, Maniche, Paulo Ferreira, Nuno Valente dan tentu saja Deco Souza.
🐉 José Mourinho’s Porto saw off Monaco in the #UCLfinal 17 years ago today! 🔵⚪️#UCL | @FCPorto pic.twitter.com/J4SLUTvu6W
— UEFA Champions League (@ChampionsLeague) May 26, 2021
Dalam laga Final Liga Champions 2004 melawan AS Monaco, Mourinho berhasil mengantar anak asuhnya meraih trofi ‘Si Kuping Lebar’ melalui kemenangan 3-0.
Parabéns José Mourinho 🎊🎉#FCPorto pic.twitter.com/0JThc238aH
— FC Porto (@FCPorto) January 26, 2017
Tidak hanya kompetisi di Eropa, Mourinho sukses menyandingkan dengan juara Liga Premier Portugal di musim yang sama.
Kesuksesan tersebut membuat klub-klub besar Eropa gencar untuk mengamankan tanda tangan guna mendapatkan jasanya.
Adalah Chelsea yang menjadi pelabuhan baru Mourinho pada musim 2004-2005.
Saat konferensi pertama saat menjadi manajer Chelsea, Mourinho sudah menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang tinggi.
Jangan sebut aku arogan karena apa yang aku katakan adalah benar.
Aku adalah juara Eropa. Aku bukan salah satu dari orang yang menyia-nyiakan kesempatan.
Begitu katanya saat pertama kali dikenalkan ke publik Chelsea.
Aku pikir aku adalah A Special One (seorang yang istimewa).
Kemudian, media memelintir ucapannya menjadi The Special One, atau cenderung menjadi satu-satunya yang istimewa.
Bersama The Blues, Chelsea, Mourinho membesut klub asal London tersebut selama tiga musim hingga 2007.
Saat itu, core utama permainan Chelsea adalah para pemain bawaan Mou yang berasal dari Portugal.
Nama-nama tersebut adalah Carvalho, Valente, Ferreira bahkan hingga seorang Maniche.
Puncak Karir Jose Mourinho (2/2)
Belum lagi, deretan pemain top seperti Petr Cech, John Terry, Ashley Cole, Michael Essien, Frank Lampard dan Didier Drogba semakin melengkapi Chelsea yang hebat era Mou.
Berbagai trofi juara berhasil Jose Mourinho daratkan ke tanah London kala itu.
Tentunya yang paling memorable adalah dua musim berturut-turut memenangkan Premier League 2004-2005 dan 2005-2006.
Saat itu, Premier League berada di bawah dominasi Manchester United dengan sang gaffer legendarisnya, Sir Alex Ferguson.
Sayang, kemesraan antara Mourinho dan Chelsea hanya bertahan hingga September 2007.
Jose Mourinho dan Chelsea sepakat untuk menyudahi kerja sama mereka selama tiga musim belakangan.
Satu musim berselang atau pada awal musim 2008, Jose Mourinho berlabuh menuju salah satu klub besar Italia, Inter Milan.
The Special One meracik I Nerazzurri layaknya sebuah klub siap tempur dengan para pemain berkelas di dalamnya.
Sebut saja nama-nama seperti Julio Cesar, Javier Zanetti, Lucio, Maicon, Walter Samuel, Marco Materazzi, Dejan Stankovic, Esteban Cambiasso, Wesley Sneijder, Goran Pandev, Diego Milito, Samuel Eto’o, Ivan Cordoba, Cristian Chivu, Davide Santon, Thiago Motta, Sulley Muntari, dan Mario Balotelli.
Pada musim 2009-2010 mungkin bisa dikatakan sebagai musim terbaik dalam karir Jose Mourinho.
Bagaimana tidak, Inter berhasil meraih treble winners yaitu memenangkan tiga piala bergengsi yang tersedia.
Roma faces Inter today ⚔️
Throwback to Jose Mourinho’s treble-winning season in 2010 ⏮ pic.twitter.com/NPnxvvXdIC
— B/R Football (@brfootball) December 4, 2021
Hanya Inter Milan besutan Mourinho yang menjadi satu-satunya tim di Italia yang pernah meraih treble.
Scudetto, Coppa Italia dan trofi Liga Champions adalah piala yang berhasil Mou daratkan ke kota Milan sekaligus menasbihkan puncak karir dari Mourinho.
Nasib The Special One Saat Ini (1/2)
Selepas melatih Inter Milan, Mourinho menerima tantangan melatih di Real Madrid satu musim selanjutnya.
Los Blancos mendapatkan jasa dari Jose Mourinho selama tiga musim hingga 2013.
Hanya tiga trofi yang Mou dapatkan bersama klub asal ibukota Spanyol tersebut.
Deretan juara tersebut antara lain adalah trofi Copa del Rey 2010-2011, La Liga 2011-2012 dan Supercopa Espana 2012.
Kala itu, FC Barcelona menjadi momok menakutkan bagi anak asuh Jose Mourinho baik di La Liga maupun Liga Champions.
Walau tidak mengalami nirprestasi, tetapi grafik prestasi Mourinho mulai sedikit menurun, tidak seperti saat di Porto, Chelsea dan Inter Milan.
Sempat melakukan comeback dengan menangani Chelsea pada 2013 hingga 2015, nyatanya Mou masih sanggup memenangkan satu trofi EPL 2014-2015.
Mou sepakat tidak melanjutkan karir dalam periode keduanya bersama The Blues di Stamford Bridge.
Menganggur selama satu musim, tawaran akhirnya datang dari Manchester United.
Kesuksesan sebenarnya berhasil Mou berikan kepada Tim Setan Merah, sayangnya hal tersebut masih jauh dari kata puas untuk manajemen The Red Devils.
Musim terbaiknya adalah pada musim perdananya di Old Trafford, markas besar Manchester United.
Pada musim 2016-2017, Mourinho langsung mendatangkan 3 piala sekaligus untuk suporter setia Manchester United.
Piala tersebut antara lain Community Shield 2016, EFL Cup 2016-2017 serta Europa League pada musim yang sama.
Jose Mourinho won the Europa League with half of the Man United team on crutches.
Respect man, respect. pic.twitter.com/cXXyr2cQtA
— ESPN FC (@ESPNFC) May 27, 2021
Harapan dari pendukung Manchester United akan sosok manajer ideal pengganti Sir Alex Ferguson mulai membesar kepada Mourinho.
Akan tetapi, ibarat pepatah, “jauh panggang dari api”, lagi-lagi harapan sirna karena pada musim selanjutnya tidak ada prestasi mentereng yang kembali Mou berikan.
Alih-alih bisa menjuarai Premier League atau mengembalikan kejayaan MU di kompetisi kasta teratas antar klub benua Eropa, nyatanya United hanya mampu bersaing di 4 besar saja.
Performa anjlok United berjalan selama dua musim berturut-turut dan puncaknya pada 18 Desember 2018, Jose Mourinho mengalami pemecatan dari Manchester United.
Nasib The Special One Saat Ini (2/2)
Setelah sempat menganggur satu musim pasca melatih Manchester United, tawaran kembali datang dari salah satu kontestan Premier League lainnya, Tottenham Hotspur.
Jose Mourinho melanjutkan karirnya di salah satu klub London Utara tersebut mengisi kursi kepelatihan sepeninggalan Mauricio Pochettino pada 20 November 2019.
Pada akhir musim 2019-2020, Mou hanya sanggup membawa Spurs berada di tangga ke-6 Premier League dan berlaga di Europa League pada musim depannya.
Performa serta grafik prestasi menurun kembali Mourinho derita dengan hasil kurang memuaskan Tottenham pada musim berikutnya.
Pada 19 April 2021, pemecatan tidak terelakan bagi The Special One.
Menjelang musim baru, yaitu 2021-2022, kabar mengejutkan datang ketika Jose Mourinho menerima pinangan salah satu klub Serie A, AS Roma.
Sempat mengalami beberapa prestasi jeblok, ekspektasi tinggi menyelimuti para pemain AS Roma tidak terkecuali suporter setianya, Romanisti.
Lagi-lagi periode berat harus Mou rasakan bersama Il Giallorossi pada musim ini.
🟨 I primi passi a Trigoria di José Mourinho 🟥#ASRoma pic.twitter.com/b2NFjhEH8t
— AS Roma (@OfficialASRoma) July 2, 2021
Tammy Abraham dan kawan-kawan terdampar di tangga keenam Serie A dengan perolehan 28 punti dari 17 giornata.
Hal ini terbilang ironis mengingat target awal Mourinho di Roma adalah berhasil lolos ke Champions League.
Selepas kesuksesan bersama Inter Milan pada satu dekade lalu, grafik prestasi sang pelatih seperti menurun dan hampir selalu diakhiri dengan sebuah pemecatan.
Mourinho sudah tidak pernah lagi mengangkat trofi sejak 2017.
Selain itu, dari segi permainan, Mourinho yang dulu bukanlah yang sekarang.
Mou terkenal dengan permainan yang menyerang dan atraktif pada dahulu kala.
Namun, kini, ia terkenal dengan permainan super bertahan dalam istilah “parkir bus”.
Lantas apakah karir Jose Mourinho sudah tidak sespesial dahulu saat melatih Porto, Chelsea (pada periode pertama) serta Inter Milan?
Apakah Mourinho gagal beradaptasi dengan sepak bola akhir-akhir ini?
Nasibmu kini, Jose Mourinho..
