Connect with us

Artikel Top Peluit

Kisah Inspiratif Gianluca Vialli: Perjuangan Mengalahkan Kanker

Munculnya Tumor di Pankreas sang Legenda Serie A Italia

Mantan penyerang Juventus dan tim nasional Italia, Gianluca Vialli menyatakan bahwa ia sangat sehat sesudah mengalahkan kanker. Meskipun begitu, ia mengaku masih sangat takut suatu saat penyakit tersebut datang kembali.
Vialli dinyatakan sehat oleh dokter bulan lalu setelah 2 tahun bertarung melawan kanker pankreas. Mantan pemain Chelsea yang saat ini berusia 55 tahun ini juga sudah merilis buku berjudul “Goals: Inspirational Stories to Help Tackle Life’s Challenges” yang menceritakan kisah hidupnya termasuk saat melawan kanker ini. “Kamu bisa saja tidak akan merasakan sakitnya selama bertahun-tahun tanpa gejala” katanya kepada koran The Times.

“Secara kebugaran, saya merasa sehat. Otot saya sudah membaik. Saya selalu berolahraga bersama istri. Namun, saya masih takut sekali dan sangat bersemangat,” terang Vialli yang dulu adalah kapten Juventus saat mereka menjuarai Liga Champions musim 1995-1996. Mantan penyerang dengan torehan 257 gol dari 666 total penampilan ini mengenang Kembali rasa takutnya: “sesuatu yang lama untuk dihilangkan adalah perasaan itu, kapanpun kamu bangun atau ingin tidur dengan kram perut atau pusing atau sedikit demam, ‘ya Tuhan, ini kembali.’ Kamu sangat rentan.”

Pemain sepak bola identik dengan orang-orang yang kuat. Meski begitu, peraih 2 gelar Serie A Italia dan 1 UEFA Cup (sekarang Liga Eropa) ini menyadari realitanya: “saya sadar bahwa pemain sepak bola tidak selalu kuat, saya ini manusia. Tak ada orang yang mau tertimpa [kanker] ini tetapi ketika itu terjadi, kamu harus melihat itu adalah peluang untuk memahami dirimu lebih baik – sebagaimana dirimu, apa adanya dan keinginanmu untuk menjadi seperti apa di masa yang akan datang. “Untuk mengetahui tentang dirimu yang sebenarnya adalah sebuah keharusan. Ada banyak hal yang saya sadari untuk saya perbaiki, dan tingkatkan” lanjut Vialli.

Meditasi Membantu Vialli Menjadi Lebih Baik

Mantan manajer Chelsea dan Watford ini juga kehilangan rambut di seluruh badannya semasa penyembuhan kanker, termasuk jenggot dan alis. Meskipun begitu, Vialli mengaku meditasi membantunya dalam ‘perjalanan itu’.
“Kemudian anak perempuan saya membantu, lalu istri saya menyarankan beberapa make up yang cocok untuk saya. Kami tertawa. Kamu harus tertawa. Kamu harus menemukan sisi lucu jika kamu bisa” kenang Vialli dengan selera humornya. Semasa menghadapi kanker, Vialli mencoba meditasi untuk pertama kalinya: “saya tidak pernah meditasi sebelumnya. Saya harap saya sudah memulainya ketika saya masih menjadi pesepakbola atau yang lebih penting ketika saya menjadi manajer. Mungkin hal itu bisa membantu saya tetap waras.

Pemain yang pernah meraih 2 gelar top skor (Serie A Italia 1990-1991 dengan 17 gol dan Coppa Italia 1988-1989 dengan 13 gol) ini belajar banyak tentang menjadi manusia: “tentu saja kita semua adalah manusia. Saya bisa saja kesal dengan sesuatu yang sepele. Namun, sekarang saya menjadi lebih perhatian, lebih sadar bahwa itu adalah hal sepele. Kesadaran penuh itu sangatlah penting. Tentu ini sangat berat di awal, tapi sekarang saya sangat menyukainya.” Pada suatu bencana, dapat dilihat sisi baiknya. Vialli jelas memahami hal itu: “saya dengar banyak orang bilang ‘bertarung melawan kanker’. Itu bukanlah sebuah pertarungan menurut saya. Hal tersebut lebih cenderung sebuah perjalanan. Saya melihat hal itu sebagai perjalanan yang tidak diinginkan dengan teman yang tidak disukai dan saya ingin pergi darinya.”

“Saat di dalam bus, musik berderu keras, memeluk semua pemain sebelum pertandingan, lagu nasional, kegembiraan setelahnya” kenang Vialli. Vialli tidak bisa menahan kerinduan akan sepak bola: “saya merindukan sepak bola dan tidak tahu betapa rindunya. Apa yang bisa saya katakan kepada pemain [saat ini] adalah bahwa masa-masa ini adalah masa di mana kamu bisa mengetahui lebih banyak tentang dirimu jauh dari sebelumnya.”
Pandemi virus corona ini membuat sepak bola dimainkan dengan tanpa penonton. Vialli menganggap ini adalah ujian mental untuk para pemain: “kamu harus melihat ini dengan rasa ingin tahu. Apakah bermain tanpa penonton ini akan mempengaruhi saya? Apa saja tantangan secara mentalnya?.

Saat ini, Vialli bekerja sebagai kepala delegasi tim nasional Italia. Vialli bekerja dengan mantan rekan duet maut penyerang saat dulu memperkuat Sampdoria, Roberto Mancini yang juga bekerja di tim nasional Italia sebagai manajer.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P