
Béla Guttmann Untold Story
Béla Guttmann adalah sosok pelatih kawakan serta bertangan dingin asal Hungaria yang lahir di Budapest, 27 Januari 1899.
Guttmann lahir dari pasangan guru dansa asal kota Budapest.
Guttmann muda memang memiliki takdir sebagai pesepakbola hebat, awal karirnya ialah kala berseragam klub Törekvés SE asal kota kelahirannya.
Ketika aktif bermain, Guttmann sangat fasih bermain sebagai half-defender player atau saat ini pemain yang memiliki role seperti midfielder.
Pemain yang memiliki peran sebagai penghubung antara pertahanan, hal yang Guttmann lakukan juga bersama klub-klub yang pernah ia bela.
Salah satunya MTK Hungaria, SC Hakoah Wien, dan beberapa juga asal Amerika Serikat macam New York Giant, New York Hakoah hingga New York Soccer Club.
Guttmann juga termasuk ke dalam skuad Timnas Hungaria periode 1921-1924 dan ikut serta dalam Olimpiade 1924 di Paris, Prancis.
Di Olimpiade Paris 1924, Guttmann bermain 2 kali sepanjang turnamen, Guttmann juga berkata bahwa terlalu banyak official tim daripada pemain yang ada.
Selepas pensiun sebagai pemain, Guttmann memutuskan menjadi seorang pelatih, jalan yang tidak pernah salah Guttmann pilih di kemudian hari.
Tahun 1933 adalah tahun pertama Bela Guttmann berkarir sebagai pelatih, saat itu Guttmann masih berusia 34 tahun.
Total 25 klub Béla Guttmann latih hingga tahun 1973, karir perdananya adalah ketika menangani mantan klubnya, SC Hakoah Wien.
Guttmann adalah salah satu pelatih yang mempelopori pakem formasi 4-2-4 di mana double pivot (dua gelandang) memiliki peran sentral.
Gelar pertama sebagai pelatih hadir ketikan Guttmann mengasiteki salah satu klub di Liga Hungaria, Újpest FC pada musim 1938-1939.

Bela Guttmann (Kredit: lcfc.com)
Selain itu, Guttmann juga sukses membawa Újpest FC juara Mitropa Cup pada tahun yang sama.
Pola permainan yang diterapkan oleh coach Béla Guttmann adalah tentang penyerangan dan menyerang.
Selain itu, para pemain harus bisa dan fasih menerapkan sepak bola menyerang dalam kondisi bermain 90 menit.
Maka dari itu, Guttmann selalu membuat peraturan ketat yaitu diet, fitness serta latihan keras.
Prestasi Nyata Guttmann
Selepas melatih klub-klub lokal Hungaria dan beberapa klub lain di Eropa Timur lain macam Maccabi Bucuresti asal Romania, Guttmann mulai ekspansi.
Negara tujuan Guttmann saat itu adalah Italia, di negeri pizza itu Guttmann mencari peruntungan dengan melatih dua klub semenjana, Padova & Triestina.
Walau tidak mendapatkan prestasi bagus, Guttmann mendapatkan sorotan dari AC Milan, sebuah klub besar Italia yang merekrutnya pada 1953.
Sayang, bersama II Rossoneri, Guttmann gagal mendapatkan satu gelar pun, tetapi sang pelatih sukses mengorbitkan Gunnar Nordahl, Nils Liedholm dan Juan Alberto Schiaffino.
Setelah surat pemecatan keluar, Guttmann menuju ke beberapa klub sebelum menuju Brasil guna mengarsiteki Sao Paulo pada musim 1957.
Satu gelar berhasil dipersembahkan, yaitu kejuaraan Sao Paulo State pada tahun yang sama Guttmann tiba di Brasil.
Hanya bertahan selama semusim, pada tahun 1958 Bela Guttmann sepakat untuk gabung dengan FC Porto.
Lagi-lagi ‘tangan dingin’ Béla Guttmann membuat sebuah tim juara, kali ini sukses membuat FC Porto menjuarai Liga Portugal musim 1958-1959.
Puncak karir dan cerita unik Bela Guttmann sebenarnya ada di Benfica, bersama As Aguias, Guttmann banyak meraih gelar juara.
Dua gelar Liga Portugal musim 1960 & 1961 berhasil Guttmann daratkan ke markas Benfica kala itu.
Di Eropa? Guttmann sukses meraih European Cup atau Liga Champions pada musim 1960-1961 serta selang semusim berikutnya sehingga total berhasil meraih 2 trofi yang kini disebut UEFA Champions League.

Bela Guttmann merayakan kemenangan Piala Eropa pada tahun 1962 untuk Benfica bersama Eusebio dan Mario Coluna. Itu adalah kemenangan kedua berturut-turut mereka dan trofi Eropa terakhir Benfica (kredit: Reddit.com)
Pada akhir musim 1962, Guttmann juga berhasil memperoleh gelar Taca de Portugal atau Piala Portugal.
Cerita tidak habis di situ, setelah memenangkan kejuaraan Eropa 1962, Bela Guttmann meminta kenaikan gaji yang nilainya tidak besar.
Tapi sayang, manajemen Benfica saat itu menolak keinginan dari Béla Guttmann, sang pelatih pun meradang dan membuat sebuah ‘kutukan’.
Bela Guttmann & Kutukan 100 Tahun untuk Benfica
Tahu keinginan kenaikan gaji di Benfica mengalami penolakan, Guttmann marah bukan kepalang hingga mengucapkan sebuah kutukan legendaris.
Mulai dari sekarang (tahun 1962) hingga 100 tahun ke depan, tim ini (Benfica) tidak akan pernah juara di kejuaraan Eropa.
Begitu kutukan yang sangat terkenal hingga hari ini.
Mungkin, saat itu manajemen hanya tertawa dengan apa yang Guttmann katakan karena kala itu Benfica memiliki skuad yang luar biasa.
Tidak hanya di Portugal, tetapi juga untuk level Eropa.
Guttmann akhirnya meninggalkan Benfica dengan bergabung dengan klub legendaris Uruguay, Penarol.
Kesuksesan tetap menyertai Guttmann bersama Penarol & Panathinaikos (klub selanjutnya setelah Penarol).
Tetapi bagaimana dengan Benfica? Setelah tahun 1962, Benfica total bermain selama 8 kali di final kejuaraan Eropa hingga tahun 2014.
Benfica harus kalah di final European Cup (sekarang Champions League) di 5 edisi, sedangkan 3 sisanya adalah di UEFA Cup atau sekarang Europa League.

Patung Bela Guttmann di Estadio Da Luz, Stadion Benfica (Kredit: peakd.com)
Kutukan bermula pada final European Cup edisi 1963, 65 dan 68, di mana Benfica masing-masing kalah 1-2 dari AC Milan, 0-1 dari Inter Milan dan 1-4 dari Manchester United (perpanjangan waktu).
Kemudian, pada 1983, Benfica takluk di final UEFA Cup dengan skor 1-2 di 2 leg dari Anderlecht.
Sebelum era milenium dimulai, Benfica masih belum bisa menjuarai trofi di Eropa dengan kalah 2 kali di final European Cup pada 1988 (0-0, kemudian kalah adu penalti 5-6 dari PSV) dan 1990 (kalah 0-1 dari AC Milan).
Tidak sampai di situ, terbaru, pada 2 final beruntun Europa League tahun 2013 dan 2014, Benfica kalah 1-2 dari Chelsea dan adu penalti 2-4 setelah bermain 0-0 kontra Sevilla.
Memang Bela Guttmann sempat melatih Benfica kembali pada musim 1965-1966, tetapi saat itu Tim Elang Portugal tidak bermain di final kejuaraan Eropa.
Bahkan ketika menjelang laga final Piala Champions Eropa 1990 di Vienna, Austria, legenda lain Benfica, Eusebio sempat berdoa di tempat kremasi sang pelatih.
Jadi, apakah kutukan Béla Guttmann akan tetap bertahan hingga 2062 untuk Benfica?
