
Klub yang Dimiliki oleh Sebuah Negara
Pelatih Manchester City, Pep Guardiola mengatakan bahwa presiden La Liga, Javier Tebas harus belajar dari Premier League dan mencontoh hal-hal yang baik untuk membuat Liga Spanyol semakin kuat.
Sebelumnya, Tebas mengkritisi kekuatan finansial Manchester City di masa lalu, menuduh mereka melanggar aturan Financial Fair Play.
Selain itu, Tebas juga mengeluhkan tentang City yang notabene sebuah klub yang pemiliknya adalah sebuah negara.
Manchester City pernah mendapatkan larangan sementara waktu untuk bermain di Liga Champions karena melanggar peraturan FFP pada tahun 2020.
Akan tetapi, hukuman itu dibatalkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga setelah melakukan banding.
Dalam sebuah acara di Katalonia pada Senin (04/07) lalu, Pep Guardiola memberikan komentarnya mengenai La Liga dan Premier League.
Premier League, dari sudut pandang Asia, lebih baik ketimbang La Liga.
Pak Tebas harus belajar. Mungkin dia bisa menjual produknya lebih baik di beberapa negara.
Orang-orang komplain mengenai itu (klub berbelanja besar), namun berkat investasi tersebut, klub lain di negara lain bisa mendapatkan manfaatnya.
Mungkin, ini adalah satu-satunya bisnis yang melihat investasi sebagai hal buruk.
Aku tidak paham itu, padahal bisnis tersebut punya efek kepada klub di seluruh dunia.
Pemilik Manchester City saat ini adalah Abu Dhabi United Group, sebuah perusahaan milik Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan, anggota keluarga kerajaan dari negara Uni Emirate Arab atau UAE.
Dalam 5 tahun terakhir, Manchester City sudah menghabiskan dana sebesar 953 juta euro (Rp 16 T) dalam 5 tahun terakhir hanya untuk belanja pemain baru.
Respon Presiden La Liga
Tebas merespon Guardiola tidak lama kemudian di hari yang sama.
Melalui Twitter, Tebas memberikan pernyataannya.
Pep, aku belajar dari Premier League setiap hari.
Akan lebih baik apabila mereka mengajari kamu tentang ekonomi makro dalam sepak bola, tentang efek dari sebuah klub yang dimiliki oleh sebuah negara terhadap inflasi gaji, tentang demografi, tentang penyerapan hak siar televisi berbayar untuk tayangan tertentu, tentang China.
Kemudian, kami juga punya berita tentang pembebasan (Manchester City) di Pengadilan Arbitrase Olahraga.
Untuk informasi, banyak klub Spanyol yang merugi selama pandemi virus corona.
Barcelona saat ini masih kesulitan untuk memperpanjang kontrak Lionel Messi.
Selain itu, Blaugrana juga terancam tidak bisa mendaftarkan para pemain baru mereka seperti Sergio Aguero, Eric Garcia dan Memphis Depay akibat pembatasan gaji dari La Liga.
Klub asal Katalunya tersebut harus memotong gaji sampai dengan 200 juta euro untuk bisa mengakomodir Messi dan para pemain baru.
Sementara itu, para klub Premier League, tidak kunjung berhenti untuk berbelanja pemain dengan harga selangit.
Manchester United baru saja mendatangkan Jadon Sancho senilai 85 juta euro (Rp 1,4 T).
Sedangkan, Chelsea musim lalu menghabiskan dana sebesar 258 juta euro (Rp 4,4 T) untuk mendatangkan Kai Havertz, Timo Werner, Hakim Ziyech, Ben Chilwell, dan Edouard Mendy.
Kemudian, Manchester City musim ini sudah dikaitkan untuk mendaratkan Harry Kane dan Jack Grealish dengan mahar 100 juta euro lebih.
La Liga Harus Mencontoh Premier League?
Masih dalam acara yang sama, Guardiola juga memberikan pandangannya mengenai klub-klub besar di Inggris.
Apa masalahnya apabila United, City, Chelsea atau Liverpool, klub-klub yang secara kekuatan ekonomi kuat karena para pemiliknya ingin investasi, tidak ingin mencari uang dan memilih untuk tetap investasi sehingga para klub bisa berkembang untuk para penggemar?
Akan selalu ada pengawasan dari UEFA, seperti Financial Fair Play.
Jika kamu menjual sebuah produk yang lebih baik, maka orang akan membayar lebih untuk hak siar.
Pak Tebas, orang yang lebih tahu dari siapapun dan lebih bijak dari siapapun dan juga terlibat dalam bisnis lain, harus belajar tentang itu dan mengizinkan para pemilik klub untuk menyuntikkan dana.
Mungkin dengan cara itu, Barca, Madrid, Atletico dan Valencia bisa memiliki sumber daya lebih untuk investasi apa yang mereka butuhkan.
Jika kami melampaui batas, maka kami akan mendapatkan hukuman dan tidak bisa bermain di kompetisi tertentu.
Namun, bukan di situ masalahnya, biarkan orang melakukan apa yang mereka inginkan.
Bayangkan apabila kami ingin mendatangkan seorang pemain dari Barca atau Madrid seharga 100 juta euro, mereka berdua tentu tidak akan komplain.
Mereka akan senang dengan itu.
Perbandingan Uang di La Liga dan Premier League
Sudah menjadi sebuah rahasia umum apabila Premier League adalah liga dengan uang terbanyak di dunia.
Dengan segala daya dan upaya, liga asal Inggris ini menjadi mesin uang bagi banyak pihak.
Oleh karena itu, Pep Guardiola sebagai mantan pelatih sebuah klub di La Liga, Barcelona, ingin agar liga tersebut mencontoh Premier League.
Uang hadiah Sheffield United di peringkat 20 di Premier League musim lalu mendapatkan dana sebesar 105 juta euro (Rp 1,8 T), lebih banyak dari Sevilla di peringkat 4 La Liga (85 juta euro atau Rp 1,4 T).
Bahkan, Barcelona di peringkat 3 La Liga pun masih kalah jumlah uang hadiahnya (105 juta euro atau Rp 1,8 T) ketimbang West Brom di peringkat 19 Premier League (118 juta euro atau Rp 2 T).
Kondisi Barcelona saat ini menjadi semakin sulit.
Penyebabnya adalah pembatasan penyuntikan dana serta pembatasan gaji sehingga membatasi ruang gerak klub-klub La Liga.
Padahal, Barcelona bukannya tidak punya dana.
Mereka baru saja mendapatkan pinjaman sebesar 525 juta euro (Rp 9 T).
