Connect with us

Artikel Top Peluit

Max Allegri Selalu Teringat Gelar Juara Bersama US Sassuolo & AC Milan

Meskipun Allegri banyak mendapatkan gelar bersama Juventus, tapi sang allenatore selalu ingat gelarnya bersama Sassuolo & AC Milan.

Max Allegri Selalu Teringat Gelar Juara Bersama US Sassuolo & AC Milan

Allegri mungkin telah memenangkan sebagian besar trofinya di Juventus.

Akan tetapi, pencapaiannya saat di Sassuolo dan Milan akan selalu teringat dalam benak Massimiliano Allegri.

Massimiliano Allegri mengingat betul kesuksesan perdananya bersama Sassuolo dan Milan selain prestasinya bersama Juventus.

Sassuolo membuat sejarah di bawah Allegri pada musim 2007-2008.

ketika itu, ia memimpin I Neroverdi meraih gelar Serie C dan promosi ke kasta kedua untuk pertama kalinya.

Max Allegri kemudian hijrah ke Cagliari (2008-2010) dan mengambil alih kemudi manajer Milan menjelang musim 2010-11. 

Pria kelahiran Livorno membimbing I Rossoneri meraih Scudetto pertama dalam tujuh tahun terakhir.

Allegri dan Scudetto Serie A bersama AC Milan

Allegri dan Scudetto Serie A bersama AC Milan (kredit foto: adnkronos.com)

Allegri hanya menambahkan Supercoppa Italiana untuk klub yang bermarkas di San Siro sebelum pindah ke Juventus pada tahun 2014.  

Pelatih bertinggi 186 cm ini membawa Bianconeri meraih lima gelar Serie A berturut-turut – empat yang pertama adalah ganda domestik berkat kesuksesan di Coppa Italia – dan dua final Liga Champions, yang keduanya berakhir dalam kekalahan.

Gelar Juara & Peran Pemain Senior Sebagai Inti Pola Permainannya

Terlepas dari rekor luar biasa yang ia miliki selama tugas pertamanya di Juve, kemenangan di tahap awal karirnya lah yang ia ingat sangat jelas.

“Semua gelar itu indah, saya tidak bisa memilih. Yang paling saya ingat adalah gelar Serie C bersama Sassuolo dan gelar Serie A pertama bersama Milan,” kata Allegri.

“Kekalahan, di sisi lain, semuanya buruk – beberapa lebih dari yang lain karena pertanyaannya tetap ada pada Anda tentang apakah Anda bisa melakukan sesuatu yang lebih baik.”

Juve mengalami awal yang lamban untuk musim ini dalam periode kedua Allegri.

Jarak Juve ke pucuk capolista terpaut delapan poin dari pemimpin klasemen Milan dengan tujuh pertandingan tersisa.

Allegri mendapat kritik karena kurangnya kemauan untuk mencoba pemain muda.

Sikap yang diyakini banyak orang sebagai salah satu faktor signifikan dalam kegagalan Gli Azzurri lolos ke Piala Dunia 2022.

Pria berusia 54 tahun itu menjelaskan mengapa dia mungkin tampak enggan menaruh kepercayaan pada pemain mudanya.

“Selama beberapa tahun di Italia, ada kecenderungan untuk menganggap anak-anak muda sebagai juara setelah dua atau tiga pertandingan,” katanya.

“Akan tetapi, itu mendorong mereka lebih cepat tumbuh dari semestinya, pada usia 20 tahun, seorang pesepakbola tidak dapat memiliki kedewasaan seperti seorang pemain berusia 28 tahun.” 

Hal tersebut membuat Max Allegri memiliki kecenderungan untuk menjadikan pemain-pemain senior sebagai inti permainan. 

Cara yang sudah Allegri lakukan kala membesut Sassuolo, Cagliari, AC Milan bahkan hingga saat ini bersama Juventus.

Sebuah fenomena yang kemudian banyak ditiru oleh pelatih klub-klub Serie A.

Dengan ide brilian seorang Lorenzo Casini (presiden Lega Serie A), para pemain-pemain muda dapat bertanding dalam atmosfer kompetisi yang kompetitif untuk tim cadangan atau tim kedua dari klub Serie A.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P