Kemudahan Regulasi Imigrasi, Tidak Seperti Negara Lain
Penutupan Bundesliga Jerman musim lalu melibatkan 7 pemain Amerika Serikat. Tiga pemain dalam diri John Brooks, Timothy Chandler dan Alfredo Morales adalah pemain yang lahir dan tumbuh besar di Jerman. Sisanya – Tyler Adams, Weston McKennie, Giovanni Reyna dan Josh Sargent adalah pemain yang dibawa dari sistem sepak bola muda Amerika Serikat.
Adams (RB Leipzig) adalah satu-satunya pemain yang pernah bermain di MLS di mana 3 pemain lain memulai karir profesional di Jerman. Alphonso Davies meskipun datang dari MLS, ia adalah pemain berkebangsaan Kanada.
Amerika yang bermain di Bundesliga Jerman sudah dimulai sejak beberapa puluh tahun yang lalu. Pemain seperti Eric Wynalda, Claudio Reyna, sampai Landon Donovan adalah sebagian kecil pemain tersebut. Jalur Jerman seperti itu, untuk zaman sekarang sudah umum ditempuh oleh pemain muda bertalenta asal Amerika.
Enam pemain tim nasional Amerika Serikat di Piala Dunia U-20 adalah pemain yang dikontrak oleh klub Bundesliga Jerman. Salah satu pemain yang bertalenta adalah Ulysses Llanez (saat ini pemain tim nasional senior Amerika), seorang pemain sayap di klub Wolfsburg.
Faktor yang membuat banyak pemain muda dari Amerika Serikat di Jerman ini terbagi menjadi faktor dalam lapangan dan luar lapangan. Hal pertama dan paling utama adalah hukum imigrasi yang mudah. Inggris mungkin akan dianggap tujuan yang lebih masuk akal mengingat penggunaan bahasa yang sama dengan Amerika Serikat, namun izin kerja di sana jauh lebih rumit. Jerman dikenal sebagai salah satu negara di Eropa dengan aturan yang paling mudah untuk para atlet muda berkarir. Para atlet muda ini tidak perlu memiliki izin tinggal. Syarat untuk bisa tinggal di Jerman bagi para atlet muda ini adalah berusia minimal 16 tahun, ada penghasilan dan dinilai kompeten sebagai atlet oleh badan olahraga milik pemerintah Jerman.
Sering Didatangkan Dengan Cuma-Cuma alias Gratis
Sebagian klub Bundesliga Jerman tidak mengeluarkan biaya sama sekali untuk pemain Amerika mereka. Christian Pulisic bergabung dengan Dortmund secara gratis di bulan Januari 2015. Empat tahun kemudian, Chelsea mendatangkan Pulisic dengan biaya 73 juta dollar atau sekitar Rp 1 Triliun. Dortmund bisa saja melakukan hal yang sama dengan Reyna yang datang secara gratis dari New York City FC tanpa menandatangani kontrak professional dan bergabung secara gratis dengan Dortmund pada Oktober 2018. Perjalanan Weston McKennie di Jerman juga punya cerita yang sama. Pemain Schalke 04 yang sekarang dipinjam Juventus ini didatangkan dengan gratis dari FC Dallas. Chris Richards (Bayern Munich) didatangkan secara gratis dari FC Dallas, tapi Bayern Munich berbaik hati untuk membayarkan 1,25 juta dollar sebagai biaya solidaritas.
Salah satu alasan mengapa klub-klub asal Amerika tidak menerima uang dari para pemain akademinya ke Jerman atau negara lain adalah karena MLS dan U.S Soccer baru membuat regulasinya di April 2019. Mereka mensinkronkan aturannya dengan sistem FIFA agar para klub berhak mendapatkan biaya kompensasi latihan atau biaya solidaritas. “Hal tersebut sudah menjadi masalah besar bagi tim MLS, meskipun salah satu alasan mengapa pemain Amerika sangat disukai adalah karena mereka gratis,” kata direktur olahraga Philadelphia Union, Ernst Tanner.
Talenta dan Kerja Keras adalah Kewajiban untuk Sukses
Meskipun jalur ke Bundesliga Jerman dari Amerika terlihat mudah karena peraturan imigrasi dan biaya transfer pemain terjangkau, hal itu tidak semerta-merta membuat mereka sukses karirnya di Bundesliga Jerman. Dengan talenta adalah faktor utama dari kesuksesan, bisa beradaptasi di dalam dan luar lapangan adalah faktor penting lainnya untuk mereka bisa sukses di papan atas Bundesliga Jerman.
Di luar lapangan, para pemain Amerika ini tetap bisa menggunakan bahasa Inggris di saat mereka belajar bahasa Jerman. Mereka juga bisa dengan cukup mudah beradaptasi dengan pelatih-pelatih asal Jerman karena secara karakteristik mirip dengan orang Amerika. “Ketika berbicara tentang Jerman, sepak bola di sini sangat terstruktur” kata mantan pemain, Cory Gibbs.
“Semua pemain tahu mereka harus berada di mana, para pelatih juga memiliki rencana bermain yang spesifik dan para pemain mengikuti rencana tersebut. Orang Amerika juga memiliki mental yang sama seperti itu” lanjut Gibbs.
Steve Cherundolo selaku mantan pemain Hannover asal Amerika memberikan pendapatnya mengenai pemain Amerika Serikat: “Kami membagi pemain menjadi 4 area umum: mental, fisik, teknik, dan taktik. Sebagian besar pemain Amerika sangat berkembang di 3 area, yaitu fisik, teknik, dan mental. Untuk kecerdasan taktik, pemain Eropa jauh lebih unggul. Banyak klub dari Jerman percaya bahwa mereka bisa mendidik para pemain dari segi taktik dan itulah mengapa mereka mencintai para pemain Amerika dan itulah juga mengapa mereka selalu cocok, karena sebagian dari mereka bisa belajar taktik.”
Talenta-talenta Amerika terkini di Bundesliga Jerman, dimulai dari Pulisic kemudian dilanjutkan oleh McKennie, Adams, dan Reyna sudah membuat atmosfer yang positif dari kedua negara. Anggapan bahwa pemain Amerika sulit untuk sukses di sepak bola perlahan mulai berkurang.
Di lain sisi, prospek cerah tentu terlihat secara jelas dari Amerika Serikat. Mereka akan dengan mudah mendapatkan kesempatan bermain di level tinggi di Jerman dibandingkan dengan liga-liga besar di Eropa lainnya. Bukan tidak mungkin, suatu saat tim nasional senior sepak bola pria Amerika Serikat bisa menyamai prestasi tim wanita untuk menjuarai piala dunia.
Pingback: T. Chong siap Bersinar di Bundesliga Jerman Bersama Werder Bremen
Pingback: Bayern dan Dortmund Kalah: Dominasi Jerman Berubah? - Peluit Panjang
Pingback: Kita Sambut Calon Juara Bundesliga Musim ini: Bayern Munchen!
Pingback: AS Roma vs Juventus: Duel Nasib Kontras Klub Besar Italia
Pingback: 7 Fakta yang Bikin Kamu Melongo Jelang FC Koln vs Bayern Munich
Pingback: Youssoufa Moukoko, Pemain Berusia 16 Tahun Terbaik di Dunia Saat Ini
Pingback: Malick Sanogo dari Union Berlin Siap Bersinar
Pingback: Harapan Baru Dalam Diri Matthew Hoppe
Pingback: Marco Rose adalah Pelatih yang Tepat untuk Borussia Dortmund
Pingback: Marco Rose adalah Pelatih yang Tepat untuk Borussia Dortmund
Pingback: Schalke Degradasi dan Diserang Fans, Bagaimana itu Bisa Terjadi?