
Bisakah Bernasib Seperti Atalanta?
Jurnalis Alberto Cerruti klaim bahwa AC Milan tidak memiliki kedalaman skuad atau pengalaman untuk secara realistis bisa bersaing di Champions League 2021.
I Rossoneri baru saja kembali ke kompetisi antar klub terbesar di Eropa setelah absen 7 tahun.
Namun, dari total 3 pertandingan fase grup, semua berakhir dengan kekalahan.
Kalah melawan Liverpool (3-2), Atletico Madrid (1-2), serta FC Porto (1-0) adalah harga yang harus dibayar dengan ketidaksiapan tim.
Pada pertandingan terbaru, padahal Milan terbilang lebih baik dari FC Porto.
Sayangnya, kemenangan gagal pasukan Stefano Pioli peroleh.
Gol Luis Diaz di menit 65 menjadi kepastian 3 poin bagi tim asal Portugal tersebut.
Padahal, andai klub tersukses kedua (7 trofi) di UCL tersebut berhasil menang, kini mereka hanya berjarak 1 poin dari Atletico Madrid di peringkat 2.
Saat ini, Liverpool memimpin Grup B dengan 9 poin dari 3 kemenangan di 3 pertandingan, kemudian disusul oleh Atletico Madrid (4), Porto (4) dan Milan (0).
Tersisa 3 pertandingan, AC Milan setidaknya harus bisa menang 2 kali supaya bisa lolos ke fase gugur.
Secara teori, semua masih mungkin terjadi dan Atalanta sudah membuktikannya 2 tahun yang lalu.
🥅 A Halloween treat from Zlatan 🎃
🇸🇪 The Swede fires home a perfect free-kick for his 400th league goal, including 150 in @SerieA_EN 👏@Ibra_official | @acmilan pic.twitter.com/SCryjDdci6
— FIFA.com (@FIFAcom) November 1, 2021
Pada saat itu, klub asal Bergamo langsung kalah di 3 pertandingan pembuka fase grup dari Dinamo Zagreb, Shakhtar Donetsk dan Manchester City.
Namun, pasukan Gian Piero Gasperini tetap bisa berhasil lolos dengan 7 poin berkat hasil imbang dengan City dan kemenangan melawan tim asal Kroasia dan Ukraina.
Terlebih lagi, hasil antar 3 klub lain juga membantu kelolosan La Dea.
Pada Champions League 2021, Milan Kesulitan Bersaing
Dua hari setelah pertandingan di Estádio do Dragão, Cerruti langsung menuliskan pendapatnya melalui kolom Calcio Mercato.
Kenyataannya, Ibrahimovic memiliki mental juara serta pengalaman. Sementara itu, para rekan setimnya, selain Giroud, tidak pernah berlaga di Champions League dan di level Eropa seberat ini.
Kemudian, kenyataan lainnya yang lebih penting adalah, selain 11 pemain inti, tidak ada pengganti yang bisa menggantikan. Untuk bisa bermain di liga adalah suatu hal, namun berbeda ketika tampil di Eropa.
Selain Florenzi yang absen karena cedera hanya ada Kalulu dan Ballo-Toure. Lalu, Krunic dipaksa bermain di posisi gelandang serang karena kegagalan mencari pengganti Calhanoglu.
Calabria, Theo Hernandez dan Diaz belum terbukti, termasuk dengan Bakayoko dan Daniel Maldini.
Tanpa meremehkan kemampuan menyerang, namun Ibrahimovic saat ini lebih berguna sebagai motivator ketimbang pemain, Giroud selalu berada di tengah (statis) dan Pellegri bahkan tidak masuk dalam daftar UEFA.
Oleh karena itu, ada baiknya menghindari harapan-harapan palsu mengingat Pioli tidak percaya akan alasan absennya para pemain.
Dengan semua opini Cerruti di atas, maka permasalahan utama dari Milan yang harus dibenahi adalah kedalaman skuad.
Januari nanti adalah kesempatan yang bagus untuk mendatangkan para pemain baru.
Pasalnya, sayang apabila melihat Rade Krunic dan Daniel Maldini yang sejatinya adalah gelandang serang, terpaksa harus bermain di berbagai posisi guna menutupi kekurangan pemain.
10/11 – AC Milan have become the 4th team in Serie A history to win 10 of the first 11 games of the season, after Roma, Juventus (twice) and Napoli (twice). Frenzied.#RomaMilan pic.twitter.com/MlztrrPQdx
— OptaPaolo 🏆 (@OptaPaolo) October 31, 2021
Musim ini, sebetulnya Milan mendatangkan seorang gelandang serang untuk pengganti Calhanoglu, yaitu Yacine Adli.
Namun, pemain muda Perancis tersebut dipinjamkan kembali ke klubnya, Bordeaux.
Selain kedalaman skuad serta pengalaman level Eropa yang kurang, sebetulnya kualitas pemain inti pun juga terbilang belum bisa bersaing dengan klub-klub sebesar Liverpool dan Atletico Madrid.
Menjadi The Next Inter Milan?
AC Milan berkemungkinan kecil untuk bisa lolos ke fase gugur Champions League, padahal turnamen itu adalah yang mereka tunggu di 2021.
Meskipun begitu, mereka tidak boleh menyerah begitu saja.
Pasalnya, setiap poin di Champions League memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Apabila Milan meraih kemenangan, maka uang sebesar €2,800,000 euro atau sekitar Rp 54 miliar akan menjadi hadiahnya.
Naun, andai seri sekalipun, uang sebesar €900,000 euro atau Rp 17,5 miliar akan ditransfer ke San Siro.
Sayangnya, tidak ada hadiah uang apabila tim kalah di fase grup.
Bagaimana apabila finish di peringkat 3 dan bermain di Europa League?
Meskipun tetap mendapatkan uang di sana, namun bermain di Kamis malam akan sangat mengganggu ritme permainan Milan di Serie A.
Hal tersebut terbukti dengan Inter Milan 2 musim lalu yang fokusnya terpecah akibat bermain di Europa League dan Serie A.
🎶 We’ll fly with you! 🎶 #RomaMilan #SempreMilan pic.twitter.com/ba6asPbEfx
— AC Milan (@acmilan) November 1, 2021
Pada ajang Serie A, Inter Milan harus puas berada di peringkat 2 klasemen akhir, hanya berselisih 1 poin dengan Juventus sang juara.
Sementara itu, I Nerazzurri harus kalah di final Europa League dari Sevilla.
Maka dari itu, bukan hal yang mudah untuk bisa bermain di kedua kompetisi tersebut di waktu bersamaan.
Bagaimana dengan tahun depannya?
Inter Milan sukses lolos ke Champions League, namun terseok-seok hingga gugur dari turnamen tersebut, bahkan tidak lolos Europa League.
Kemudian kita semua tahu apa yang terjadi setelahnya: Inter Milan fokus di Serie A dan berhasil meraih trofi pada akhir musim.
Sejarah mana yang akan terulang bagi Milan? Apakah Atalanta yang tetap lolos ke babak gugur Champions League, atau Inter yang meraih Scudetto?
