
Timnas Indonesia & AFF Cup
Timnas Indonesia akan memulai kampanye mereka kembali di turnamen paling bergengsi pada regional Asia Tenggara, yaitu AFF Cup.
AFF Cup atau Tiger Cup (sampai tahun 2004) akan menyelenggarakan turnamennya yang ke-13 pada akhir 2021 ini.
Sebenarnya, rencana penyelenggaraan AFF Cup 2020 adalah pada akhir tahun 2020, tetapi karena badai pandemi covid-19, akhirnya mundur hingga tahun ini.
Pada AFF Cup tahun ini, skuad asuhan Shin Tae-Yong akan tergabung dalam Grup B setelah pengundian resmi yang berlangsung Selasa (21/9).
Dalam fase grup, Indonesia akan berjumpa dengan Laos, Kamboja, Vietnam serta rival bebuyutan, Malaysia.
Any comments? 🤔 pic.twitter.com/N4nifyWkbV
— GARAGARABOLA (@garagarabola_) September 21, 2021
Di atas kertas, Indonesia kemungkinan akan mampu mengalahkan Laos serta Kamboja, tetapi tantangan sesungguhnya adalah Vietnam dan Malaysia.
Agar lolos ke babak semifinal, minimal Indonesia harus mendapatkan 10 poin yang artinya mereka harus menyapu tiga kemenangan.
Pelatih kepala Timnas Indonesia asal Korea Selatan tersebut berujar bahwa skuadnya akan berusaha sekuat tenaga agar mendapatkan hasil maksimal di semua laga.
For your information, Indonesia belum sekalipun menjadi juara AFF Cup sejak turnamen ini berjalan pada tahun 1996.
Prestasi terbaik Timnas Merah-Putih adalah runner-up pada 5 gelaran, yaitu pada tahun 2000, 2002, 2004, 2010 serta 2016.
Walau belum pernah mengangkat supremasi tertinggi di tanah Asia Tenggara, tetapi banyak momen memorable atau mengesankan yang berhasil Indonesia ukir.
Peluit Panjang merangkum beberapa momen terbaik Indonesia selama AFF Cup tersebut.
AFF Cup 2002
Turnamen AFF Cup yang kala itu masih bernama Tiger Cup menghadirkan Thailand sebagai juara setelah di final mengalahkan Indonesia.
Pada gelaran AFF Cup 2002, Indonesia dan Singapura terpilih menjadi host atau tuan rumah turnamen selama babak penyisihan grup.
Dalam laga yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) itu, Indonesia terpaksa mengakui keunggulan Tim Gajah Putih melalui adu penalti.
Laga tersebut sangat dramatis karena Thailand yang sempat unggul 2-0 di babak pertama melalui Chukiat Noosarung dan Therdsak Chaiman berhasil disamakan oleh Indonesia.
Adalah gol dari Yaris Riyadi pada menit 46 serta Gendut Doni di menit 79 yang membuat 100.000 penonton di SUGBK bergemuruh.
Selain kekalahan di Indonesia di partai puncak, ada satu kemenangan terbesar yang tercatat kemenangan terbesar Indonesia dalam sejarah.
Yaitu kemenangan 13-1 atas Filipina di babak penyisihan grup.
Kala itu, Bambang Pamungkas & Zaenal Arif menjadi bintang dengan torehan masing-masing 4 gol serta lesatan dari Budi Sudarsono, Bejo Sugiantoro (2 gol) dan Imran Nahumarury.
Selain 12 gol tersebut, Filipina melakukan gol bunuh diri Solomon Licuanan.
Sebuah hal yang mungkin sulit kita ulangi kembali ketika bertemu Filipina di berbagai ajang internasional saat ini.
Pasalnya, tim berjuluk The Azkals itu kini memiliki banyak pemain hebat untuk ukuran Asia Tenggara.
Sebut saja kiper Neil Etheridge yang kini membela tim EFL Championship (divisi kedua Inggris), Birmingham City.
Pada musim 2018-2019 silam, penjaga gawang bertinggi 188 cm tersebut menjadi pemain Filipina pertama yang bermain di Premier League.
Tercatat, lulusan akademi Chelsea ini bermain 38 kali untuk Cardiff City dari total keseluruhan 38 pertandingan Liga Inggris tersebut.
Sayangnya, pada musim tersebut tim yang bermarkas di Wales tersebut harus terdegradasi.
Selain Etheridge, ada pula Gerrit Holtmann, pemain VfL Bochum yang bermain di divisi tertinggi Liga Jerman, Bundesliga.
Pemain sayap yang lincah itu menjadi pemain Filipina dan ASEAN pertama yang berhasil mencetak gol di Bundesliga.
AFF Cup 2004
Indonesia kembali melaju hingga final di turnamen kali ini, tetapi lag-lagi kandas dari lawan tangguhnya kala itu, Singapura.
memori yang abadi kala itu adalah bagaimana Garuda menembus babak final.
Selain itu, ada pula kehadiran pemain muda berbakat.
Indonesia yang tergabung dalam Grup A bersama tuan rumah Vietnam, tim kuat Singapura serta Laos dan Kamboja, berhasil bermain spektakuler.
Kemudian, seperti yang sudah disebut sebelumnya, Indonesia kedatang bintang muda berbakat asal Papua, Boaz Solossa yang kala itu masih berusia 18 tahun dan belum memiliki klub.
Peter Withe, pelatih kepala Indonesia saat itu, melihat bakat besar Boaz saat PON 2004 di Palembang, Sumatera Selatan.
Boaz langsung mendapatkan kepercayaan sebagai penyerang sayap kanan Indonesia dan mendapatkan nomor punggung 7.
Kepercayaan tersebut berhasil Boaz jawab dengan elegan saat NKRI membungkam Vietnam 3-0 di My Dinh.
Saat itu, Bochi (panggilan akrab Boaz) berhasil menyarangkan satu gol ke gawang The Golden Star, Vietnam.
Tidak habis sampai di situ, kegemilangan paling memorable jelas saat Indonesia menghadapi Malaysia di babak semifinal Tiger Cup 2004.
Saat pertemuan pertama di SUGBK, Garuda Jaya harus menelan pil pahit setelah kekalahan 2-1 dari sang rival penuh sejarah, Malaysia.
Tahu harus menang di Bukit Jalil saat pertemuan kedua, Indonesia malah tertinggal 1 gol setelah Khalid Jamlus merobek jala gawang Hendro Kartiko.
Babak kedua seakan menjadi turning point Indonesia dan momen yang tidak akan pernah terlupakan bagi semua pecinta sepak bola Indonesia.
Indonesia menggila dengan lesatan 4 gol di mana Kurniawan Dwi Yulianto membuka keran gol Indonesia diikuti Charis Yulianto yang memanfaatkan sepak pojok.
Dua gol lain terjadi berkat kreasi Ilham Jaya Kesuma pada menit ke-77 serta Boaz Solossa 7 menit kemudian sebagai penutup pesta Indonesia.
Walaupun pada laga final mereka harus mengakui ketangguhan Singapura dengan aggregate 5-2, tetapi perjalanan Garuda terbilang sangat fantastis.
Ironi, Timnas Indonesia (AFF Cup 2010)
Pada gelaran turnamen tahun 2010 ini, Indonesia kembali menjadi tuan rumah Grup A dan bergabung bersama Thailand, Malaysia serta Laos.
Pertandingan pembuka dan kedua berhasil dilalui dengan sempurna.
Kala itu, Garuda Jaya berhasil mengalahkan Malaysia serta Laos.
Pertandingan seru terjadi ketika di pertandingan terakhir babak grup, yaitu Indonesia bertemu dengan Thailand.
Tim Gajah Putih yang membutuhkan kemenangan untuk lolos, menekan dari Tim Garuda sejak awal peluit panjang ditiup wasit.
Hasilnya? Suree Sukha sukses menaklukan Markus Horison pada menit 69.
Keberuntungan terjadi pada menit ke 80 ketika Gonzales dijatuhkan oleh bek Thailand di kotak penalti.
Wasit Ryuji Sato tanpa ampun menunjuk titik putih tanda penalti
Kemudian, Bambang Pamungkas yang maju sebagai algojo sukses menjalankan tugasnya.
Belum selesai di situ, Ryuji Sato kembali menunjuk titik penalti ketika tembakan Arif Suyono membentur tangan pemain Thailand.
Penalti dari Bambang Pamungkas kembali merobek gawang Thailand kawalan Sinthaweechai “Kosin” Hathairattanakool.
Indonesia menang dan meraih poin sempurna serta bertemu dengan Filipina pada babak semifinal.
Sayang, setelah berhasil melewati hadangan The Azkals, Indonesia gagal menjuarai AFF Cup 2010.
Pada final, Indonesia harus mengakui keperkasaan sahabat serumpun, Malaysia.
Sebuah perjalanan anti-klimaks dari anak asuh mendiang Alfred Riedl yang sangat diunggulkan menjadi juara di turnamen kala itu.
