Dunia sepak bola heboh dengan hadirnya klub kaya baru bernama Newcastle United.
Sejak awal, klub berjuluk The Magpies ini memang sudah termasuk besar di Inggris.
Buktinya, stadion mereka, St. James Park merupakan yang terbesar ke-7 (klub) di Inggris dengan kapasitas 52,404 penonton.
St. James Park hanya kalah dari Anfield-nya Liverpool di peringkat 6, kemudian Etihad Stadium (Manchester City), London Stadium (West Ham), Emirates (Arsenal), Tottenham Hotspur Stadium dan Old Trafford (Manchester United) di peringkat 1.
Selain itu, Newcastle juga merupakan klub dengan raihan trofi terbanyak ke-9 di Inggris dengan total 14 gelar juara dari berbagai kompetisi.
Kemudian, legenda Newcastle, Alan Shearer, adalah top skor sepanjang masa Premier League dengan 260 gol, unggul dari Wayne Rooney (260) di peringkat 2 dan Andy Cole di peringkat 3 (187 gol).
Oleh karena itu, pemilik baru Newcastle United dari Arab Saudi ini tidak sembarangan membeli sebuah klub baru.
Namun, ternyata, proses di balik semua ini terbilang cukup rumit dan melelahkan bagi semua yang terkait dengan Newcastle mulai dari pemain, pelatih, pendukung, sampai pekerja klub itu sendiri.
Berikut adalah kisah lengkapnya.
Daftar isi:
10 Kasus yang Membuat Fans Newcastle Benci kepada Pemilik Sebelumnya, Mike Ashley (1/2)
Ketika bos Sports Direct ini membeli Newcastle pada Mei 2007, semua penggemar saat itu bersukacita.
Ashley setidaknya menjanjikan 3 hal: membawa NUFC kembali berjaya seperti dulu, lebih sering minum-minum dengan penggemar dan mendatangkan Kevin Keegan sebagai pelatih.
Sayangnya, selama 14 tahun ini, penggemar Newcastle justru lebih banyak kesal kepada Ashley.
Kasus pertama yang menggemparkan fans Newcastle adalah ketika nama stadion mereka sejak 1892, St. James Park, diganti menjadi Sports Direct Arena, walaupun kini sudah kembali menjadi St. James Park.
Kemudian, ada kasus antara legenda klub, Kevin Keegan, dengan Mike Ashley dan Dennis Wise selaku Direktur Sepak Bola.
Dengan perlakuan yang buruk kepada sang legenda, Keegan berhasil menang 2 juta poundsterling atas tuntutan ganti rugi.
Tidak kalah anehnya, Ashley juga pernah mengontrak Alan Pardew selama 8 tahun sebagai pelatih.
Seperti yang kita tahu, Alan Pardew, sekarang bekerja untuk CSKA Sofia sebagai penasihat.
Tidak sampai di situ, Mike Ashley masih saja membuat keputusan-keputusan buruk terkait dengan pelatih atau manajer.
Kemudian, ada lagi penunjukkan Joe Kiennar, pelatih yang sudah menganggur 5 tahun dan terakhir kali sukses pada tahun 1990an.
Bahkan, Kinnear membuat ulah dengan menyebut Charles N’Zogbia menjadi “Charles Insomnia” dan Yohan Cabaye menjadi “Yohan Kebab”.
Ada lagi masalah dengan Rafael Benitez yang kontraknya tidak Mike Ashley perpanjang.
Padahal, pelatih legenda yang pernah menjuarai Champions League dan Europa League ini rela bertahan di St. James Park meskipun timnya terdegradasi.
Tidak selesai sampai di situ, Ashley juga memperlakukan Alan Shearer, legenda Newcastle, dengan sangat buruk.
Shearer yang saat itu masih belum berpengalaman, membuat Newcastle terdegradasi.
Saat itu, Ashley dikabarkan berkata masih percaya dengan Shearer, namun rumor beredar bahwa itu adalah kali terakhir keduanya berbicara.
Padahal, Shearer ini adalah top skor sepanjang masa (206 gol) sekaligus legenda NUFC.
Bahkan, Ashley menolak untuk membangun patung Shearer.
10 Kasus yang Membuat Fans Newcastle Benci kepada Pemilik Sebelumnya, Mike Ashley (2/2)
Kembali lagi dengan manager, kali ini adalah giliran Chris Hughton.
Dengan segala kemampuannya, pelatih tersebut berhasil membawa Newcastle promosi di musim pertama kemudian mendapatkan gelar pelatih terbaik Premier League di bulan Agustus, September dan November.
Start Newcastle bersama Hughton adalah yang terbaik sepanjang masa klub di Premier League.
Namun, musim depannya, yaitu 2010-2011, Hughton dipecat dan menyebabkan para pendukung Newcastle tidak puas.
Tidak hanya pelatih, namun pemain pun kena imbasnya.
Jonas Gutierrez, mantan pemain Newcastle asal Argentina ini berhasil mengalahkan kanker dan menjalankan kemoterapi.
Setelah sembuh, bahkan Gutierrez berhasil mencetak gol kedua sehingga Newcastle menang 2-0 atas West Ham.
Berkat gol di pekan terakhir Premier League musim 2014-2015 itu, Newcastle berhasil tidak terdegradasi.
Sayangnya, Gutierrez harus dilepas dari Newcastle pada musim yang sama.
Bahkan, bonus dari kontrak Gutierrez sempat tidak mau Newcastle bayar karena statusnya sebagai disabilitas.
Namun, Gutierrez berhasil menang di pengadilan.
Perlakuan tidak baik dari pihak klub sempat membuat ibu dari Gutierrez ingin bunuh diri.
Sampai hari ini, Gutierrez masih dicintai oleh fans Newcastle.
Kemudian, selama sejarah Newcastle, klub ini sudah 6 kali terdegradasi.
Dua degradasi di antaranya datang dari era Ashley.
Klub dengan stadion terbesar ke-9 (kapasitas 52,404 penonton) di Inggris ini terlalu besar untuk bisa turun kasta.
Terakhir, pada saat Newcastle pertama kali terdegradasi di era Ashley (musim 2008-2009), fans sebetulnya sudah meminta untuk klub agar dijual.
Sayangnya, dengan permintaan sebesar 100 juta poundsterling saat itu, tidak ada yang berminat untuk membeli.
Faktor utama menjadi mediokernya Newcastle adalah keengganan Ashley untuk investasi dari segi pemain, tempat latihan dan juga akademi alias pelit.
Dengan banyaknya masalah yang Ashley timbulkan, plus faktor utama di atas, tidak heran sebagian penggemar Newcastle senang dengan era baru kepemilikan Arab Saudi ini.
Arab Saudi Menutupi Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi dengan Pembelian NUFC?
Pada 2 Oktober 2018, Jamal Khashoggi, seorang jurnalis yang tinggal di Amerika Serikat dan kritikus pemerintahan Arab Saudi, masuk ke konsulat Saudi di Istanbul dan dibunuh di sana.
Khashoggi berada di sana untuk mendapatkan dokumen bahwa sudah bercerai sehingga bisa menikahi pasangannya yang berasal dari Turki bernama Hatice Cengiz.
Jamal Khashoggi adalah seorang jurnalis senior yang meliput banyak kasus besar, seperti invasi Soviet di Afghanistan dan pemimpin Al-Qaeda, Osama Bin Laden.
Liputannya banyak ia berikan untuk banyak badan berita Saudi.
Berkat itu, Khashoggi menjadi dekat dengan kerajaan Arab Saudi.
Namun, pada 2017, kedua pihak mengalami keretakan hubungan.
Selepas dari sana, Khashoggi kerap menulis kritik tentang perlakuan tidak menyenangkan dari Pangeran Saudi, Mohammed bin Salman, anak dari Raja Salman.
Namun, seperti yang kita tahu, Khashoggi harus meregang nyawanya di tangan sekitar 5 orang pada 2 Oktober 2018.
Sebuah laporan dari PBB di tahun 2019 menegaskan bahwa “Kerajaan Arab Saudi bertanggung jawab akan kematian Jamal Khashoggi.”
Persidangan kasus ini pun berjalan secara tertutup dan menurut Human Rights Watch, tidak memenuhi standar internasional.
Namun, Saudi belum benar-benar menjawab pertanyaan tentang di mana tubuh Khashoggi, siapa yang merencanakan pembunuhan ini, dan lainnya.
Oleh karena itu, belum selesainya kasus Jamal Khashoggi ini menjadi sorotan dunia internasional ketika Arab Saudi mengakuisisi Newcastle United.
Proses Akuisisi Terhambat Akibat Konflik Qatar (beIN SPORTS) dengan Arab Saudi Terkait Pembajakan Siaran Sepak Bola
Selain kasus kemanusiaan yang menghantui, Arab Saudi ternyata juga memiliki masalah terkait pembajakan siaran.
Perusahaan penyiaran asal Qatar, beIN SPORTS, membuat klaim bahwa BeoutQ, jaringan asal Arab Saudi, telah membajak siaran mereka.
Menurut klaim, pembajakan siaran pertandingan Premier League tersebut sudah berlangsung selama bertahun-tahun.
Total kerugian yang beIN SPORTS tanggung memiliki perkiraan sebesar 1 miliar US dollar atau sekitar Rp 14 triliun.
Sebelumnya, kedua negara Timur Tengah ini memang sudah cukup lama berseteru.
Ketegangan antara Arab Saudi dengan Qatar sudah bermula sejak perselisihan diplomatik dari 2017.
Padahal, andai tidak ada konflik ini, akuisisi Newcastle sudah terjadi di pertengahan 2020 lalu.
Namun, pada Januari 2021 ini, Mohammed bin Salman dan Qatari Emir Tamim bin Hamad Al Thani sudah bertemu, berpelukan dan berjabat tangan di kota al-Ula.
Tujuannya? Menandatangani kesepakatan “solidaritas dan stabilitas”.
Berkat akuisisi ini, Newcastle resmi menjadi klub dengan pemilik terkaya di dunia.
Oleh karena itu, para penggemar Newcastle langsung bersukacita, pesta di St. James Park sana ketika akuisisi ini resmi menjadi kenyataan.
Amanda Staveley memiliki jasa besar dalam kesepakatan ini.
Pebisnis Inggris ini memiliki koneksi yang luas dengan investor dari Timur Tengah.
Berkat negosiasinya, Staveley mampu membuat Arab Saudi mengambil alih Newcastle.
Saat ini, Staveley memiliki saham sebesar 10% dari Newcastle.
Bagi Newcastle United, jelas ini adalah era baru yang akan penuh dengan harapan.
Untuk penggemar Newcastle United di Indonesia sendiri, ada Indo Toon Army yang sudah mendukung The Magpies sejak 1997.
Profil PIF Selaku Pemilik Newcastle United
Newcastle United adalah salah satu klub terbesar di Inggris.
Namun, posisi tawar mereka kini sedang rendah: berada di peringkat 19 dan selalu tampil buruk dalam beberapa musim terakhir di Premier League.
PIF berhasil mengakuisisi klub ini dengan biaya hanya 300 juta poundsterling (Rp 5,8 triliun).
Coba bandingkan dengan Liverpool yang notabene adalah klub besar dan sedang banyak prestasi dalam beberapa musim terakhir: 3 miliar poundsterling, 10 kali lipat harga Newcastle.
Oleh karena itu, pembelian The Magpies oleh PIF dinilai sebuah langkah yang cerdas.
Sebelum ke sana, tentunya kita bertanya-tanya: siapa PIF yang cerdas ini?
PIF atau Public Investment Fund adalah perusahaan yang bertugas menjadi rekening tabungan bagi pemerintahan Kerajaan Arab Saudi.
Seperti yang kita semua tahu, sebagian besar dana yang masuk ke sana merupakan hasil penjualan minyak yang mereka jual kepada seluruh negara di dunia.
Akan tetapi, minyak tidak akan bertahan selamanya sehingga Arab Saudi harus mulai mencari sumber penghasilan lainnya.
Arab Saudi mencoba untuk mendiversifikasi ekonomi mereka dari pendapatan minyak serta gas.
Begitu kata pakar finansial sepak bola, Professor Simon Chadwick, selaku direktur Eurasian Sport di Emlyon Business School.
Mereka mencari aliran pendapatan baru yang berarti Arab Saudi tidak mau terlalu bergantung pada minyak.
Apa yang Arab Saudi lakukan adalah membuat aliran pendapatan baru, mengurangi ketergantungan kepada minyak.
Sejauh ini, PIF sudah melakukan investasi besar di banyak perusahaan seperti Uber, Facebook, Pfizer, Starbucks dan Disney.
PIF memang mengakuisisi Newcastle secara 100%, namun badan tersebut membagi 20% sahamnya kepada 2 pihak.
Kedua pihak itu adalah RB (Reuben Brothers) Sports & Media (10%) dan PCP Capital Partners (10%) yang mengambil bagian dari proyek jangka panjang nan ambisius ini.
PCP Capital Partners adalah perusahaan investasi yang Amanda Staveley miliki.
Sementara itu, RB Sports & Media adalah perusahaan Britania Raya.
Arab Saudi Melakukan “Sportswashing”? (1/2)
Arab Saudi melalui PIF dituding melakukan praktik sportswashing dengan pembelian Newcastle United Football Club ini.
Sportswashing adalah praktik seseorang, kelompok, perusahaan atau negara yang menggunakan ajang, kompetisi, tim atau yang terkait dengan olahraga internasional bergengsi di dunia untuk meningkatkan reputasi.
Hal tersebut bisa mereka lakukan melalui penyelenggaraan acara olahraga, melakukan sponsor tim olahraga, membeli tim olahraga atau dengan ikut berpartisipasi dalam olahraga itu sendiri.
Dengan catatan kasus Jamal Khashoggi, tentunya tuduhan tersebut sangat masuk akal.
Pemilik Manchester City pun tidak lepas dari tuduhan ini.
Pasalnya, City Football Group, perusahaan induk Manchester City, memiliki catatan miring mengenai hak asasi manusia.
It’s that time again! 🤩
Vote for your September Goal of the Month! ➡️ https://t.co/VuX24bT7b7
⚽️ @nissansports
🔷 #ManCity | https://t.co/axa0klD5re pic.twitter.com/cuKeigMNyB— Manchester City (@ManCity) October 11, 2021
Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan selaku pemilik perusahaan tersebut, merupakan putra mahkota Kerajaan Abu Dhabi di Uni Emirat Arab.
Keluarga kerajaan tersebut, menurut Amnesty International and Human Rights Watch, telah semena-mena menangkap 94 orang yang kemudian disiksa di penjara Abu Dhabi, tanpa peradilan yang adil.
Lalu, negara UAE ini pun terkenal akan pemerintahan yang anti kritik dan tidak segan-segan untuk menangkap warganya sendiri andai bersuara.
Untuk membuat organisasi pun, UAE hanya memberikan sedikit izin.
Selain itu, hanya segelintir populasi UAE yang boleh memilih ketika pemilu.
Bahkan, keluarga Sheikh Mansour sudah menjadi penguasa UAE selama berabad-abad.
Arab Saudi Melakukan “Sportswashing”? (2/2)
Hal tersebut tidak berbeda dengan pemilik Paris Saint-Germain, Nasser Al-Khelaifi.
Alih-alih ingin membuat citra yang baik untuk Qatar di mata dunia, nyatanya praktiknya tidak semudah itu.
Nasser Al-Khelaifi adalah chairman beIN Media Group dan Qatar Sports Investments (QSI).
QSI adalah anak perusahaan dari QIA (Qatar Investment Authority), perusahaan negara yang konsepnya sama seperti PIF dari Arab Saudi.
Melalui dana QSI, PSG berubah menjadi klub kuat di Perancis dan Eropa berkat pembelian pemain-pemain top.
Nasser adalah organizing committee yang ikut membantu Qatar menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.
Namun, Nasser Al-Khelaifi harus berurusan dengan hukum akibat usaha menyuap terkait hak siar Piala Dunia 2026 dan 2030 di wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara.
Tuntutan 28 bulan dari Al-Khelaifi berhasil diselesaikan dengan pembayaran kepada FIFA.
Kemudian, rekan senegara Qatar dari Nasser, yaitu Mohammed bin Hamad bin Khalifa Al Thani, juga memiliki catatan miring mengenai HAM.
Putra mahkota kerajaan Qatar ini adalah ketua komite penawaran atau bidding Piala Dunia 2022.
Penetapan Piala Dunia 2022 di Qatar sudah terjadi sejak 2 Desember 2010.
Pembangunan pun Qatar jalani guna mendukung Piala Dunia, mulai dari infrastruktur dan lain-lain.
Namun, Amnesty International membuat laporan mengenai buruknya Qatar dalam menjalankan pembangunan tersebut.
Qatar mendatangkan pekerja dari Bangladesh, India dan Nepal.
Setidaknya ada 8 poin dari catatan tersebut.
Pertama, para pekerja harus membayar biaya agen yang mahal dari negara asal mereka.
Kemudian kedua, para pekerja ini tinggal di tempat yang tidak layak.
Ketiga, para pekerja ini dibohongi mengenai angka gaji mereka.
Selain berbohong, gaji pun kerap telat dibayarkan kepada pekerja ini.
Lalu, ke-5, para pekerja ini tidak boleh pergi dari tempat pekerjaan mereka atau penjara hukumannya.
Ke-6, para pekerja ini tidak boleh keluar dari Qatar atau mengganti pekerjaannya.
Lalu, ke-7, para pekerja ini selalu menerima ancaman dan intimidasi dari atasan mereka andai mencari pertolongan kepada pihak lain.
Terakhir, ke-8, para pekerja harus melakukan kerja paksa, kalau menolak, mereka tidak akan menerima gaji.
Bagaimana dengan Nasib Para Pemain dan Pelatihnya Sekarang?
View this post on Instagram
Saat akuisisi itu terjadi, Newcastle berada di zona degradasi, tepatnya peringkat 19.
Musim 2021-2022 ini, mereka belum sekalipun menang.
Total, dalam 7 pertandingan, mereka kalah 4 kali dan seri 3 kali sehingga hanya mengantongi 3 poin.
Faktor kualitas pelatih dan pemain jelas menjadi alasan utama terseok-seoknya The Magpies di awal musim ini.
Pertandingan melawan Tottenham Hotspur di St. James Park menandai era baru Newcastle ini.
Menurut banyak rumor yang beredar, kabarnya Steve Bruce bahkan akan dipecat dari jabatannya sebelum pertandingan tersebut.
Untuk pelatih selanjutnya, nama seperti Lucien Favre, Brendan Rodgers, Steven Gerrard, Paulo Fonseca, Eddie Howe, Roberto Martinez, Antonio Conte dan Graham Potter masuk dalam bursa.
Untuk para pemainnya, sangat sedikit yang kemungkinan selamat untuk beberapa tahun ke depan.
Dari 25 pemain senior yang ada, mungkin hanya Allan Saint-Maximin, Callum Wilson, Joe Willock dan Miguel Almiron yang berpeluang bertahan melihat dari kualitas individunya.
Artinya, 84% pemain Newcastle terbilang tidak layak untuk bisa langsung membawa Newcastle meroket dan bersaing di papan atas.
Menurut rumor, setidaknya ada 4 pemain Manchester United yang menjadi incaran di jendela transfer Januari 2021, yaitu Anthony Martial, Eric Bailly, Jesse Lingard dan Donny van de Beek.
Kemudian, ada pula nama Gareth Bale dari Real Madrid dan Alexandre Lacazette-nya Arsenal yang masuk daftar target.
Bahkan, Philippe Coutinho (Barcelona) dan Mauro Icardi (PSG) pun juga masuk radar The Magpies.
Tidak hanya itu, gelandang Juventus, Aaron Ramsey pun juga bisa saja merapat ke St. James Park.
Belum sampai di situ, Newcastle juga berpeluang mendapatkan Dele Alli dari Tottenham dan Kalidou Koulibaly dari Napoli.
Namun, ternyata, Newcastle lebih menginginkan direktur olahraga dalam diri Ralf Rangnick yang sangat berpengalaman.
Dari Rangnick , kemudian Newcastle bisa lebih menyusun rencana jangka panjang dan pendek berupa perekrutan pelatih dan pemain.
Prospek Newcastle United di Masa Depan
Para pemilik klub asal Timur Tengah, biasanya tidak terlalu mementingkan keuntungan seperti pemilik klub dari wilayah lain.
Buktinya, mereka selalu berani mengeluarkan dana besar untuk investasi pemain, klub, fasilitas, akademi dan semua hal yang menyangkut sepak bola.
Selain Newcastle United, ada 2 pemilik lain klub besar Eropa yang berasal dari Timur Tengah, mereka adalah Nasser Al-Khelaifi (PSG) dan Mansour bin Zayed Al Nahyan (Manchester City).
Kedua klub tersebut terbukti dalam beberapa tahun ini sudah mengucurkan dana hingga ratusan bahkan milyaran juta euro untuk investasi klub.
Kebanyakan, para pemilik asal Timur Tengah ini mengincar image, gengsi atau prestise dari kepemilikan sebuah klub.
Pasalnya, mereka sudah memiliki bisnis lain yang lebih menguntungkan, dengan minyak menjadi komoditas utama selama bertahun-tahun.
What a team this would be! 🔥🔥
Newcastle have been rumoured with a lot of talent since their takeover – what position would this starting XI get them in the table? #bbcfootball pic.twitter.com/WlePOSgznl
— Match of the Day (@BBCMOTD) October 11, 2021
Dengan profil yang sebegitu bagusnya, tidak heran apabila banyak pendukung tim-tim lain iri dengan akuisisi ini.
Apabila direktur sepak bola atau olahraga Newcastle yang baru nanti berada di tangan yang tepat, maka visi jangka pendek dan jangka panjang pun bisa berjalan dengan luar biasa.
Dari sang direktur tersebut, Newcastle bisa mendatangkan pelatih dan pemain berkualitas yang sesuai dengan kriteria klub.
Oleh karena itu, berbahagialah para pendukung Newcastle United karena sang pemilik berkemungkinan sangat besar akan mengeluarkan dana tidak terbatas untuk klub guna mewujudkan kejayaan yang dulu pernah ada.