
Sama seperti di sepak bola Eropa dan dunia, di Liga Indonesia juga terdapat one-man club atau sering disebut juga one-man team yang merupakan keadaan di mana sebuah tim yang mengandalkan satu atau beberapa pemain di skuat mereka.
Pemain tersebut adalah pemain yang benar-benar bisa hadir di segala momen dari berbagai posisi dalam permainan.
One-man club tidak hanya handal dalam menendang penalti, tendangan bebas, sepakan bola mati hingga mencetak gol, namun ada juga yang handal dalam bertahan.
Dalam sepakbola Indonesia, banyak tim yang memiliki pemain bergelar one-man club sejak era unifikasi, era di mana bersatunya dua kompetisi berbeda (Perserikatan & Galatama) ke dalam satu roda kompetisi yang sama.
Peluit Panjang merangkum daftar nama-nama tersebut, simak selengkapnya di bawah!
1. Boaz Solossa (Persipura)

Boaz Solossa, One Man Club Indonesia di Persipura Jayapura (Kredit: Goal)
Penampilan: 305
Gol: 182
Juara: 4 kali
Nama tersebut adalah andalan tim Mutiara Hitam sejak musim 2005.
Total empat gelar domestik sudah Boaz persembahkan untuk Persipura.
Tercatat musim 2005, 2008/2009, 2011 dan 2013 adalah tahun kejayaan “kaka Bochi”, panggilan akrab Boaz, bersama Persipura.
Selain itu, Boaz juga berhasil membawa Mutiara Hitam ke tangga juara Indonesia Soccer Championship A 2016.
Selain gelar untuk Persipura, gelar individu juga berhasil diraih.
Tiga gelar top skor pada musim 2009, 2011, 2013 sekaligus menggenapkan tiga gelar player of the year di tahun yang sama.
Jelas, gelar one-man club sejati nampaknya pantas datang kepada Boaz atas kinerjanya untuk tim Mutiara Hitam di Liga Indonesia.
Walau sang pemain sekarang sudah berpindah ke Borneo Samarinda (2021), tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat sang superstar akan pulang ke tanah Papua kembali.
2. Bambang Pamungkas (Persija)

Bambang Pamungkas, Legenda Persija yang Cetak 200 Gol (Kredit: Situs Resmi Persija)
Penampilan: 347
Gol: 200
Juara: 2 kali
‘’Bambang Pamungkas, macannya Persija Jakarta’’, begitulah chant atau lantunan lagu dari The Jakmania sejak dahulu.
Total 16 musim bersama Macan Kemayoran, Bepe –sapaan karibnya- berhasil sumbangkan dua gelar Liga Indonesia pada musim 2001 & dan di (hampir) penghujung karirnya, yaitu 2018.
Periode pertama Bepe bersama Persija (1999-2005) adalah periode keemasan beliau dengan Persija, satu gelar liga hingga gelar top skor berhasil tercapai.
Dalam periode ini, sang striker berhasil jaringkan 80 gol dalam 126 pertandingan.
Walau pernah berseragam EHC Norad, Selangor dan PBR, total 200 gol beliau sumbangkan untuk Persija dan menjadi legenda hidup Persija.
Kesibukan sang legenda sepanjang masa timnas Indonesia saat ini tidak jauh-jauh dari Persija dan sepakbola karena beliau menjabat sebagai manajer di tim kebangaan ibukota tersebut.
3. Safee Sali (Pelita Jaya)

Safee Sali di Pelita Jaya Karawang (Kredit: Detik)
Nama yang sangat famous di kalangan para suporter Indonesia dan Malaysia.
Sebuah transfer gila terjadi di ISL 2011, yaitu momen di mana setelah Safee membawa Malaysia juara AFF Cup 2010 dengan mengalahkan Indonesia di final.
Pelita Jaya Karawang saat itu mendatangkan sang mega bintang, Safee Mohd Sali ke Tanah Air.
Dana sebesar 30.000 USD adalah nominal transfer yang terjadi antara The Young Guns dan Selangor saat itu.
Akan tetapi, nilai tersebut terbilang cukup sebanding dengan penampilan serta kualitas dari sang pemain.
Dari dua musim bersama Pelita Jaya, Safee Sali membukukan 46 penampilan dengan total 27 gol. Produktif sekali!
Benar-benar one-man club sejati, sangat menguntungkan untuk Pelita Jaya karena Safee Sali sangat tajam dari segala macam kondisi baik ketika duel udara, one by one dengan goalkeeper ataupun tendangan penalti.
Salah satu golnya yang sangat memorable adalah saat salto di stadion Singaperbangsa, Karawang.
4. Cristian El Loco Gonzales (Persik 2006-2007)

Cristian Gonzales, One Man Club di Persik Kediri (Kredit: Pikiran Rakyat)
One-man club di Liga Indonesia selanjutnya adalah penyerang oportunis Indonesia kelahiran Montevideo, Uruguay, yaitu Cristian Gonzales.
Berjuluk El Loco yang berarti Si Gila membuktikan tidak warasnya El Loco di depan mulut gawang lawan.
Sebenarnya, adalah PSM Makassar yang berhasil mendapatkan jasanya pertama kali di musim 2003-2005, bahu membahu dengan Oscar Aravena di Juku Eja, sayang tidak ada gelar dari sang striker kala itu.
Baru saat pertama kali datang ke Persik Kediri, El Loco langsung persembahkan satu gelar Liga Djarum Indonesia 2006 untuk publik Kediri plus kemudian berbarengan dengan gelar pencetak gol terbanyak di musim tersebut.
Saking suburnya Gonzales, bola dari mana arahnya asal di dalam kotak penalti akan menjadi gol apabila disentuh oleh El Loco!
5. Bejo Sugiantoro (Persebaya)

Bejo Sugiantoro Muda di Persebaya Surabaya (Istimewa)
Libero kenamaan asal Surabaya ini identik dengan klub Persebaya Surabaya.
Walau sempat bergonta ganti klub, tapi nama Bejo Sugiantoro sangat harum di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari.
Pemain bertahan yang lahir di Sidoarjo ini berhasil membawa Bajul Ijo juara di musim 1996-1997 dan 2004.
Ban kapten yang selalu melingkar di lengan tangannya adalah bukti bahwa The Green Force sangat mengandalkan kualitasnya untuk menjaga pertahanan.
Sekarang, Bejo menjabat sebagai coaching staff Persebaya bersama legenda lain, Aji Santoso.
Dan uniknya sang anak, Rachmat Irianto mengikuti langkahnya sebagai pemain Persebaya dengan memiliki tipe permainan yang hampir sama plus ban kapten Persebaya Surabaya yang melingkar di lengannya.
6. Kurnia Meiga H. (Arema)

Kurnia Meiga, Mantan Kiper Nomor 1 Arema Malang dan Indonesia yang Sedang Sakit Misterius (Kredit: Goal)
Penampilan: 280
Juara: sekali
Kiper kelahiran Jakarta ini adalah andalan Arema FC sejak 2008.
Bahkan, adik dari Ahmad Kurniawan (eks Persita dan Arema) ini sukses membawa Singo Edan juara Indonesia Super League 2010.
Entong –sapaan akrabnya- juga berhasil mendapatkan gelar pemain terbaik di musim tersebut walaupun usianya yang baru menginjak 20 tahun saat itu.
Bersama timnas Indonesia, Entong menorehkan 48 penampilan sejak kelompok umur hingga senior.
Sayang, di usia yang baru 27 tahun, beliau mendapatkan cedera misterius hingga sekarang yang membuat dirinya harus menepi dari lapangan hijau.
7. Choirul Huda (Persela)

Mendiang Choirul Huda, Kiper, Kapten dan Legenda Persela Lamongan (Kredit: Goal)
Penampilan: 503
Salah satu kiper legendaris asal Jawa Timur dan sepakbola lokal yang seluruh karirnya untuk bumi Lamongan.
Total 18 musim adalah masa bakti CH1 –julukan dari Choirul Huda- kepada Lamongan sejak musim 1999 hingga 2017 dengan total 503 caps.
Kinerja apiknya membuat Laskar Joko Tingkir tidak pernah terdegradasi dari Top Flight di Indonesia.
Lima gelar Piala Gubernur Jawa Timur adalah sumbangsih nyata untuk klub kebangaan LA Mania ini.
Al-Fatihah untuk Cap!
8. Aldo Barreto Miranda

Aldo Barreto, Penyerang Produktif Paraguay di Indonesia (Kredit: Tribunnews)
Salah satu striker asing yang selalu menjadi one-man club di setiap klub yang dibelanya di Liga Indonesia.
Total ada tiga klub asal Kalimantan Timur yang mendapatkan jasanya.
Persisam Putra (2009), Bontang FC (2009-2010) & Persiba Balikpapan (2010-2012).
Tetapi karir memorable beliau adalah saat bersama Bontang FC & Persiba.
Bagaimana tidak, total 52 gol diciptakan dalam kurun waktu tiga musim.
Rinciannya 19 gol saat bersama Bontang dilanjutkan 33 gol dengan Beruang Madu, Persiba dalam dua musim.
Bahkan saking berpengaruh untuk kesebelasannya, Aldo Barreto selalu mengenakan ban kapten di lengannya.
