Connect with us

Artikel Top Peluit

Banyak Diprotes, Piala Dunia 2022 di Qatar akan Diboikot?

Mengapa Banyak Protes?

Banyak tim nasional yang mulai menyuarakan protesnya terhadap kejahatan hak asasi manusia terkait gelaran Piala Dunia 2022 nanti di Qatar.

Menurut laporan terbaru dari The Guardian pada Februari 2021 lalu, setidaknya ada 6.500 pekerja yang meninggal dalam pembangunan untuk ajang Piala Dunia.

Sejak Qatar memenangkan tender untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia pada tahun 2010 lalu, para pekerja dari Bangladesh, India, Nepal, Pakistan dan Sri Lanka sudah meninggal dunia sejumlah lebih dari 6.751 jiwa, terhitung sampai Februari 2021 lalu.

Meskipun, jumlah tersebut tidak dikategorikan sebagai kematian akibat pekerjaan, namun Nick McGeehan, direktur di FairSquare Projects (kelompok advokasi untuk hak-hak tenaga kerja di Teluk) mengatakan bahwa ada kemungkinan yang sangat tinggi bahwa para pekerja ini meninggal akibat pembangunan Piala Dunia 2022.

“Ada peningkatan yang sangat signifikan tentang banyaknya pekerja migran yang meninggal sejak tahun 2011, hanya berada di dalam negeri karena Qatar memenangkan hak untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia,” kata McGeehan.

Tabel jumlah korban jiwa dari pekerja imigran di Qatar sejak menang tender Piala Dunia, tahun 2010

NegaraJumlah korban jiwa
Bangladesh2.711
India1.641
Nepal1.018
Pakistan824
Sri Lanka557

Menurut Guardian, 69% jumlah kematian dari orang India, Nepal dan Bangladesh dikategorikan sebagai kematian alami.

Banyak kasus kematian yang alami namun tidak wajar dialami oleh para pekerja ini.

Contohnya pada kasus Madhu Bollapally, pekerja dari India.

Sehat bugar dan tidak punya riwayat penyakit, pekerja yang sudah berada di Qatar sejak 2013 ini tiba-tiba meninggal pada 2019 di asramanya.

Bollapally ditemukan oleh rekan satu kamar tergeletak di lantai dan dinyatakan terkena serangan jantung.

Selain itu, 12% kematian diakibatkan oleh kecelakaan jalanan, 7% akibat kecelakaan di tempat kerja dan 7% lainnya akibat bunuh diri.

Siapa Saja yang Melakukan Protes?

Norwegia, Belanda dan Jerman sudah memulai protes atas catatan hak asasi manusia sebelum kualifikasi Piala Dunia 2022 pada bulan Maret ini.

Norwegia adalah negara pertama yang melakukan protes dalam pertandingan melawan Gibraltar pada 24 Maret dengan mengenakan baju yang bertuliskan: “Hak asasi manusia di dalam dan di luar lapangan” di saat pemanasan dan sebelum pertandingan dimulai.

Protes timnas Norwegia

Jerman menyusul dengan cara berdiri sejajar menggunakan baju bertulisan “HUMAN RIGHTS” atau “hak asasi manusia” sebelum mereka bertanding melawan Islandia.

Protes timnas Jerman

Belanda mengenakan kaos bertuliskan “FOOTBALL SUPPORTS CHANGE” yang memiliki arti “Sepak bola mendukung perubahan” sebelum laga melawan Latvia.

Protes timnas Belanda

“Aku rasa kita terlambat 10 tahun untuk memboikot Piala Dunia,” kata Joshua Kimmich.

“Saat ini, kita harus memanfaatkan peluang dan menggunakan publisitas kita untuk meningkatkan kesadaran akan hal-hal ini.”

“Akan tetapi, ini semua tidak hanya tergantung kepada kami, para pemain sepak bola, namun kita harus bekerja sama.”

“Sebagai pemain sepak bola, kami punya beberapa tanggung jawab, mengenai topik ini, kami mencoba dengan aktivitas di kaos yang sangat spontan.”

Apa kata FIFA?

FIFA, selaku badan sepak bola dunia, melalui juru bicara memberikan sebuah pernyataan resmi.

Kantor FIFA

“Dengan langkah-langkah kesehatan dan keselamatan yang ketat di lokasi, frekuensi terjadinya insiden di lokasi konstruksi Piala Dunia FIFA terbilang rendah apabila dibandingkan dengan proyek konstruksi besar lainnya di seluruh dunia.”

Namun, FIFA tidak memberikan bukti nyata tentang ucapan mereka itu.

Apa kata Qatar?

Supreme Committee for Delivery and Legacy (SC) Qatar yang bertanggung jawab untuk infrastruktur Piala Dunia 2022 telah memberikan sebuah pernyataan.

Para pekerja untuk Piala Dunia Qatar 2022

“Kami selalu transparan tentang kesehatan dan keselamatan para pekerja di lokasi proyek yang berhubungan langsung dengan Piala Dunia 2022 di Qatar. Sejak konstruksi dimulai pada 2014, sudah ada 3 kematian yang terkait dengan pekerjaan dan 35 kematian yang tidak terkait dengan pekerjaan. SC sudah menginvestigasi sebuah kasus dan belajar untuk menghindari hal tersebut terulang di masa depan. SC sudah mengungkapkan semua insiden melalui pernyataan publik dan atau Laporan Tahunan Progress Kesejahteraan Pekerja.

“Persiapan untuk Piala Dunia FIFA pertama yang digelar di Timur Tengah dan Arab sudah memberikan keuntungan yang signifikan untuk para pekerja di SC dan proyek non-SC di Qatar. Hal-hal ini sudah termasuk dengan fasilitas akomodasi yang ditingkatkan, penyediaan rekam jejak medis elektronik, pemeriksaan kesehatan yang komprehensif, rencana mitigasi heat stress yang inovatif, latihan lanjutan dan program peningkatan skill dan jaminan dari kontraktor SC untuk reimburse 30 juta dollar Amerika lebih dalam biaya perekrutan untuk 48.883 pekerja SC dan pekerja non-SC.

“Dengan kurang dari 2 tahun sampai turnamen ini dimulai, kami akan melanjutkan kesempatan ini untuk memberikan perubahan yang berkelanjutan dan meninggalkan warisan yang berarti dari tahun 2022.

4 Comments

4 Comments

  1. Pingback: Hancur Pada 2017, Kini Timnas Italia Bangkit Bersama Roberto Mancini

  2. Pingback: Timnas Italia Bangkit Bersama Roberto Mancini

  3. Pingback: Mauricio Pochettino Berkomunikasi dengan Harry Kane, Akan Reuni di PSG?

  4. Pingback: Wawancara Liga Super Eropa dari Presiden Real Madrid, Florentino Perez

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *