
Playmaker memiliki peran sentral dalam setiap kesebelasan, tidak terkecuali di sepak bola Indonesia.
Playmaker secara harafiah memiliki arti otak dari permainan tim tetapi lebih dari itu, adanya role atau peran untuk mengkreasi serangan dari sebuah tim sepakbola.
Di sepakbola Indonesia, sudah banyak playmaker terbaik yang pernah lahir di kompetisi lokal.
Tidak jarang para playmaker terbaik ini mendapatkan gelar bersama para timnya.
Berikut Peluit Panjang merangkum daftar nama playmaker terbaik di Liga Indonesia sejak era unifikasi Liga Indonesia:
1. Fakhri Husaini

Fakhri Husaini saat masih bermain untuk Indonesia ynag kala itu bertemu Sampdoria dan sedang bersalaman dengan Roberto Mancini
Nama Fakhri Husaini adalah yang pertama yang masuk ke dalam daftar playmaker terbaik di Indonesia.
Pria kelahiran Lhokseumawe 27 Juli 1965 ini berposisi sebagai gelandang serang
Beliau memulai karirnya bersama Bina Taruna lalu menuju Lampung Putra serta Petrokimia Putra
Turning Point Fakhri adalah ketika mendarat di Bontang untuk memperkuat Pupuk Kaltim, playmaker kenamaan ini mengantarkan Pupuk Kaltim hingga menjadi peringkat kedua Liga Indonesia 1999 setelah kalah di babak final dari PSM Makassar.
Grand Stage Fakhri dengan timnas adalah saat final SEA Games 1997 Jakarta.
Bersama timnas Indonesia, Fakhri sukses mencapai partai puncak setelah membantu mencetak gol ke gawang The Lions, Singapura dalam kemenangan 2-1 di babak semifinal.
Tetapi nahas bagi Fakhri dkk saat itu karena kalah dari Thailand di babak final (4-2).
Total Fakhri memperkuat timnas dalam 42 laga dan berhasil mencetak 13 gol.
Sebuah rekor yang bagus untuk Fakhri yang berposisi sebagai playmaker bukan attacking forward.
Tercatat Fakhri sekarang sibuk sebagai pegawai perusahaan Pupuk Kaltim di Bontang serta sempat melatih timnas Indonesia U-16 di AFC Cup U-16 2018.
2. Eduard Ivakdalam

Eduard Ivakdalam saat berseragam Persipura
Nama pemain satu ini jelas melegenda bersama Persipura Jayapura.
Pemain kelahiran Merauke 19 Desember 1971 adalah andalan Mutiara Hitam, Persipura selama 16 musim, terhitung dari musim 1994 hingga 2010.
Total mengemas 218 penampilan dan 21 gol adalah sumbangsih nyata sang playmaker terhadap klub kebanggaan Bumi Cendrawasih.
Setelah dari Persipura, Edu -sapaan akrab Eduard Ivakdalam– memilih Persidafon sebagai pelabuhan berikutnya selama 3 musim hingga 2013 lalu pensiun di Persiwa Wamena di usia 43 tahun.
Sayang karir bagus di Papua tidak berbanding lurus dengan prestasi di timnas Indonesia.
Tercatat hanya 11 pertandingan torehan Edu bersama timnas dengan mencatatkan 3 gol dalam rentang waktu 8 tahun.
3. Ponaryo Astaman

Ponaryo Astaman ketika membela tim nasional Indonesia melawan Singapura
Pemain kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur ini adalah satu gelandang bagus di sepakbola Indonesia.
Karirnya juga cukup mentereng, Popon -sapaan akrab Ponaryo- sempat memperkuat Telekom Melaka TMFC (Malaysia) pada musim 2006.
Selain pernah bermain di Malaysia, klub-klub yang pernah disinggahi sang pemain juga cukup mentereng.
Sebut saja PSM Makassar, Persija Jakarta, Sriwijaya hingga Borneo di Samarinda.
Sebuah pencapaian yang terbilang bagus terlebih posisinya adalah Central Defensive Midfielder tetapi memiliki peran sebagai pengkreasi.
Bersama timnas Indonesia, Popon memiliki 61 caps serta 2 gol.
Salah satu gol yang akan terkenang adalah tendangan rocket di Piala Asia 2004 kala menang atas Qatar 2-1. What A Sensational Strike!
Beliau sekarang memiliki kesibukan sebagai board dari mantan klub sebelum dia memutuskan untun pensiun, Borneo Samarinda.
4. Firman Utina

Firman Utina di tim nasional Indonesia
Pengatur serangan asal kota Manado ini jelas legenda di kompetisi sepakbola Indonesia.
Mengawali karir di Persma Manado, beliau mengikuti jejak sang ”ayah”, coach Benny Dollo untuk merapat menuju Persita Tangerang pada tahun 2001.
Bersama Pendekar Cisadane, Firman merengkuh gelar runner-up Liga Indonesia tahun 2002.
Di final mereka kalah dari Petrokimia Putra.
Tetapi ternyata itu adalah awal karir perjalanan yang cemerlang dari seorang playmaker tersebut.
Setelah lepas dari Persita, Firman membela panji kebesaran Arema.
Gelar Copa Dji Sam Soe 2005 berhasil datang ke bumi Arema saat itu.
Salah satu gol sensasionalnya yang akan terus teringat adalah ketika melakukan gerakan solo run untuk membelah lini pertahanan Persija Jakarta, Arema unggul 4-3 dalam laga final di stadion utama Gelora Bung Karno itu.
Gelar yang sama didapat juga oleh Firman bersama Arema di 2006.
Uniknya, gelar juara liga Indonesia baru didapatkan oleh Firman Utina tahun 2014 atau di usia ke-34.
Yaitu kala Persib berhasil mengalahkan Persipura di Palembang saat Liga Super Indonesia 2014.
Bersama timnas Indonesia, Firman berhasil catatkan 67 caps serta membawa timnas menjadi runner up Tiger Cup serta AFF Cup (2004 & 2010).
Kesibukan Firman Utina saat ini adalah sebagai Direktur Akademi dari Pesut Etam, Borneo Samarinda FC.
5. Evan Dimas Darmono

Evan Dimas di Bhayangkara FC
Pemain berikutnya adalah kreator lapangan tengah dari Surabaya yang sudah rutin menjadi andalan timnas U-19, Evan Dimas
Pemain yang sempat bermain di negeri jiran Malaysia itu adalah playmaker terbaik dan berbakat di kompetisi Indonesia.
Satu tempat di lini tengah seakan menjadi posisi yang nyaman untuk Evan guna memberikan penampilan cantiknya selama berkarir.
Memulai karir di klub internal Persebaya membuat kemahiran permainannya terbentuk.
Sempat mengikuti Nike Barcelona Challenge di usia 17 tahun lantas membuat Evan berhasil dipanggil oleh timnas U-19 asuhan coach Indra Sjafri.
Puncaknya saat AFF cup U-19 2013 di Sidoarjo, Evan berhasil menunjukan kiprah ciamiknya dengan satu gelar juara berhasil direngkuh.
Debut seniornya adalah ketika Alfred Riedl memanggilnya guna mengikuti AFF Cup 2014.
Di pertandingan terakhir Evan berhasil mencetak gol kemenangan Indonesia atas Laos (5-1).
Setelah itu karirnya semakin cemerlang baik di timnas maupun klub.
Sang pemain sekarang berhasil catatkan 28 penampilan serta 6 gol bersama timnas Indonesia serta memperkuat klub Bhayangkara Solo FC di musim 2021 ini.
