Connect with us

Artikel Top Peluit

Sosok Jenius Penyelamat Manchester United itu Bernama Ralf Rangnick

Mentor bagi Jurgen Klopp, Thomas Tuchel dan Julian Nagelsmann ini semakin dekat dengan Old Trafford. Seberapa hebat memang dirinya?

Pencarian manager baru Manchester United sudah mencapai titik terang: Ralf Rangnick.

Berjuluk sebagai Godfather-nya sepak bola Jerman, ia diproyeksikan menjadi pelatih interim selama 6 bulan dan konsultan klub di 2 tahun ke depan.

Ralf Rangnick, Penemu Gegenpressing

Semua tim seakan saling mencoba bermain tiki-taka setelah Barcelona sukses memainkannya.

Namun, tiba-tiba muncul suatu filosofi bermain alternatif yang tidak kalah hebatnya.

Gegenpressing, begitu publik sepak bola menyebutnya.

Adalah Jurgen Klopp, manajer Borussia Dortmund kala itu yang mempopulerkan ide bermain ini.

Usut punya usut, ternyata gegenpressing merupakan ide dari Ralf Rangnick.

Memang, bagaimana gaya bermain gegenpressing ini?

Dalam waktu 8 detik, sebuah tim harus berhasil merebut kembali bola dari lawannya.

Ketika sudah mendapatkan bola, suatu tim ini sudah harus mencapai gawang lawan dalam 10 detik.

Lebih tepatnya, melepaskan tembakan ke arah gawang lawan.

Apabila gagal merebut bola, maka tim ini tetap harus melakukan pressing atau menekan lawan di daerah mereka sendiri sembari terus menjaga kekompakan formasi.

Semua itu berawal pada tahun 1983, ketika Rangnick menjadi pelatih sekaligus pemain FC Viktoria Backnang, sebuah tim amatir di Jerman.

Ralf Rangnick sendiri tidak diberkati dengan bakat menawan sebagai pemain, tapi brilian dalam menganalisa permainan.

Pada 1983, Rangnick mengunjungi pemusatan latihan Dynamo Kyiv besutan Valeriy Lobanovskyi yang amat masyhur.

Saat itu, ia seakan mendapatkan pencerahan dari segi permainan tim Ukraina itu: mendominasi pressing dengan amat begitu dahsyat.

Pada zaman tersebut, peran sweeper dan libero masih ada dalam sosok bek tengah suatu tim.

Manajer legendaris AC Milan, Arrigo Sacchi, saat itu membuat strategi baru, yaitu meniadakan 2 peran bek tengah tersebut.

Rangnick juga terinspirasi dengan ide dari Sacchi, hingga gegenpressing menjadi sedemikian rupa sampai hari ini.

Mentor Bagi Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, Julian Nagelsmann dan Masih Banyak Lagi (1/2)

Sebagian besar karir Rangnick berputar di tim-tim divisi bawah Jerman.

Saat itu, Rangnick terbilang masih muda (27 tahun) ketika memulai karir kepelatihannya.

Terlebih lagi, CV-nya sebagai pemain sepak bola pun tidak ada bagus-bagusnya.

Mau tidak mau, Rangnick harus bersabar dalam mengembangkan karirnya.

Pada 1985, Rangnick memulai lembaran baru di tim muda Stuttgart (U19).

Hasilnya pun memukau: juara Bundesliga U19 musim 1990-1991.

Stuttgart sendiri terkenal dengan julukan “Stuttgart School” karena kerap menghasilkan banyak pelatih hebat.

Rangnick banyak malang melintang di klub-klub divisi bawah Jerman.

Momen paling berkesan darinya tentu ketika membawa SSV Ulm (kini berada di divisi 4 Jerman), promosi ke Bundesliga untuk pertama kalinya dan satu-satunya sepanjang sejarah.

Ketika menjadi pelatih kepala SSV Ulm saat di divisi 3 Jerman, Rangnick melatih salah satu pemain yang kini menjadi juara Champions League: Thomas Tuchel.

Musim 1999-2000, Rangnick membawa Ulm promosi ke Bundesliga, dan saat itu pula ia langsung pindah ke Stuttgart.

Saat menjadi pelatih kepala Stuttgart, Rangnick memberikan kesempatan kepada Tuchel muda untuk menjadi pelatih kepala tim U-15 Stuttgart.

Rangnick mengajarkanku permainan yang berorientasi kepada bola.

Begitu kenang Tuchel saat itu.

Selama di Stuttgart, Tuchel banyak belajar dari Rangnick.

Mentor Bagi Jurgen Klopp, Thomas Tuchel, Julian Nagelsmann dan Masih Banyak Lagi (2/2)

Beda Tuchel, beda pula dengan Klopp.

Jurgen Klopp justru harus merasakan kehebatan taktik Rangnick, tidak dengan menjadi mentor secara langsung seperti Tuchel.

Tim Hoffenheim besutanku bermain melawan Borussia Dortmund-nya Jurgen Klopp pada 2008 silam.

Kami mengalahkan mereka 4-1 dan Jurgen Klopp bilang permainan kami adalah sepak bola yang ingin ia mainkan dengan Dortmund.

Dalam waktu 2 tahun, Klopp sudah membuat transformasi kepada timnya dan sudah bermain dengan gaya seperti itu.

Seperti yang kita tahu, Klopp bersama Dortmund berhasil mengangkat tim papan tengah tersebut menjadi juara Bundesliga dan runner-up Champions League.

Saat ini, Dortmund sudah berubah menjadi tim papan atas Jerman, bahkan Eropa dan dunia berkat Klopp yang belajar secara tidak langsung dari Rangnick.

Tidak hanya itu, Rangnick juga menjadi inspirasi dari pelatih muda berbakat, Julian Nagelsmann yang saat ini menangani Bayern Munich.

Ralf [Rangnick] punya cara istimewa ketika melihat sepak bola.

Aku menggunakan filosofi Ralf di Hoffenheim: counter-pressing adalah topik yang sangat penting.

Selain 3 nama besar di atas, masih banyak lagi sosok sepak bola yang mendapatkan ilham berkat filosofi Ralf Rangnick.

Contoh nama-nama lain yang pernah bekerja bersama Ralf Rangnick adalah Marco Rose (pelatih kepala Borussia Dortmund), Adi Hutter (pelatih kepala Borussia Monchengladbach), Jesse March (pelatih kepala RB Leipzig), Roger Schmidt (pelatih kepala PSV Eindhoven), Ralph Hasenhüttl (manager Southampton), David Wagner (manager BSC Young Boys), Oliver Glasner (manager Eintracht Frankfurt) dan Paul Mitchell (direktur olahraga AS Monaco).

Warisan Ralf Rangnick ke Beberapa Klub Bundesliga

Dari Stuttgart, Ralf Rangnick malang-melintang di Jerman.

Hannover, Schalke dan Hoffenheim adalah klub yang pernah ia singgahi.

Bersama Hannover, ia berhasil membawa klub tersebut juara Bundesliga 2 dan promosi ke Bundesliga untuk yang pertama kalinya dalam 13 tahun.

Kemudian, Rangnick pindah ke Schalke di mana 2 periode ia jalani di sana.

Pada periode pertama (2004-2005), ia mempersembahkan dua runner-up, baik di DFB-Pokal dan Bundesliga.

Selain runner-up, gelar DFL-Ligapokal (kini turnamen tersebut sudah tidak ada) 2005 juga hadir untuk Schalke.

Periode kedua Schalke datang pada tahun 2011, bertahan 6 bulan saja dari Maret sampai September karena Rangnick mengalami sindrom kelelahan kronis.

Dalam masa singkat kedua itu, Rangnick mempersembahkan 1 gelar DFB-Pokal dan semifinal Champions League pertama Schalke sepanjang sejarah ketika mengalahkan Inter Milan dengan agregat 7-3 di babak 8 besar.

Setelah selesai dari Schalke periode pertama, Rangnick langsung pindah secara ekstrim ke Hoffenheim yang saat itu berada di Regionalliga Süd pada musim 2006-2007.

Musim pertama, Hoffenheim langsung promosi ke 2. Bundesliga untuk pertama kali sepanjang sejarah.

Kemudian, musim depannya lagi, Hoffenheim kembali promosi dan masuk ke Bundesliga, divisi teratas Liga Jerman.

Pada musim ke-4 di Hoffenheim atau 2010, Rangnick mengundurkan diri dari jabatan pelatih kepala.

Pasalnya, pihak klub tidak menginformasikan kepada Rangnick bahwa mereka menjual gelandang bertahan muda dan penuh potensi mereka, Luiz Gustavo, ke Bayern Munich.

Dari beberapa periode singkat Rangnick di Bundesliga, semua memiliki kesan tersendiri yang penuh arti.

Berjasa Besar Bagi Klub-Klub Red Bull

Tahun 2012 tidak mungkin dilupakan oleh seorang Ralf Rangnick.

Pada saat itu, ia mendapatkan pekerjaan baru sebagai direktur sepak bola di klub sepak bola milik perusahaan minuman Red Bull.

Tidak hanya 1, Rangnick bahkan menjadi direktur sepak bola di 2 klub Red Bull: RB Salzburg di Austria dan RB Leipzig di Jerman.

RB Leipzig saat itu baru berdiri pada 2009 dan berada di divisi 4 sepak bola Liga Jerman.

Sementara itu, RB Salzburg memang cukup berjaya di Austria, namun memiliki skuad yang tua dengan rata-rata 30 tahun ke atas dan bermain sepak bola yang kurang menarik.

Pada 2018, akhirnya RB Leipzig berhasil promosi ke Bundesliga, divisi teratas Liga Jerman.

Selain itu, pada saat yang bersamaan, RB Salzburg pun sudah beberapa kali juara Liga Austria, Piala Austria dan menjadi langganan kompetisi Eropa baik UEFA Champions League atau Europa League.

Tahun depannya (2019), Ralf Rangnick pun naik jabatan menjadi direktur olahraga di semua klub Red Bull, yaitu dua klub sebelumnya plus New York Red Bull di Amerika Serikat dan Red Bull Bragantino di Brazil.

Selama masanya di Red Bull, total nilai pasar 4 klub naik dari 120 juta euro menjadi 1,2 miliar euro.

Meskipun begitu, dengan rumor Ralf Rangnick akan merapat ke Manchester United, keraguan jelas datang.

Pasalnya, Rangnick belum pernah berada di klub sebesar Manchester United.

Belum lagi, Rangnick juga belum pernah berurusan dengan ego besar seperti Cristiano Ronaldo, Paul Pogba, Bruno Fernandes, Marcus Rashford, Mason Greenwood, David De Gea, Raphael Varane, Harry Maguire dan lain-lain.

Membawa RB Leipzig dari Divisi 4 Liga Jerman ke Semifinal Liga Champions dengan “3C”

Selain menjadi direktur olahraga, Rangnick juga 2 kali pernah menjabat sebagai pelatih kepala RB Leipzig.

Total 88 pertandingan dalam 2 periode tersebut berhasil ia lakoni dengan persentase kemenangan 56.81% (50 pertandingan).

RB Leipzig yang baru terbentuk pada 2009 dan baru promosi ke Bundesliga pada 2016 pun mendadak menjadi kekuatan yang mengerikan di Jerman dan juga Eropa.

Bagaimana tidak, musim pertama RB Leipzig di Bundesliga saja langsung berakhir menjadi runner-up alias peringkat 2 di bawah Bayern.

Selain itu, prestasi terbaik RB Leipzig di kancah Eropa datang pada musim 2019-2020 lalu.

Pada ajang UEFA Champions League, RB Leipzig bisa melaju sampai babak semifinal, namun harus kalah dari PSG 3-0.

Saat itu, Champions League memainkan format darurat dengan 1 pertemuan saja di babak gugur setelah liga sepak bola di dunia berhenti akibat merebaknya pandemi virus corona.

Rahasia di balik itu semua adalah 3 C.

C yang pertama adalah “concept” atau konsep.

Suatu klub harus memiliki filosofi bermain yang jelas.

Dalam konteks Rangnick, semua klub Red Bull bermain dengan gegenpressing.

Untuk bisa bermain seperti itu, Rangnick membuat kebijakan pembelian pemain di bawah usia 23 tahun agar fisiknya masih bagus dan bisa terus berkembang.

C yang kedua adalah “competence” atau kompetensi.

Semua posisi staf di klub, mulai dari pelatih, fisioterapi, analis, pemandu bakat, dan lain-lain, harus orang dengan kemampuan terbaik.

Kemudian, C yang terakhir atau yang ketiga adalah “capital” alias modal.

Semua hal di atas tentu ada kaitannya dengan modal yang tinggi.

Namun, jika ketiganya berjalan beriringan, bukan tidak mungkin keuntungan bisa datang kepada klub.

Hal tersebut sudah terbukti dari naiknya nilai pasar klub sepak bola Red Bull sebesar 10 kali lipat alias 1000% ketika masa Rangnick menjabat.

Saat ini, Ralf Rangnick menjabat sebagai Kepala Bidang Olahraga dan Pengembangan dari klub Rusia, Lokomotiv Moscow.

Negosiasi dengan Manchester United kemungkinan besar akan terjadi menurut banyak laporan media.

Dengan semua pencapaiannya di atas, bisakah Ralf Rangnick menyelamatkan Manchester United dari masa sulitnya?

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P