
Berawal dari Tragedi Doha 1993
Sepak bola dinilai bukan olahraga yang mahir dimainkan oleh orang Asia.
Benua Eropa dan Amerika Latin, kemudian Afrika masih dianggap lebih superior ketimbang benua yang ditempati Indonesia ini.
Namun, nama Jepang muncul ke permukaan sebagai salah satu kekuatan baru di dunia sepak bola.
Bukan hanya Asia, melainkan mulai diperhitungkan di dunia.
Bagaimana bisa Jepang lahir menjadi kekuatan sepak bola yang patut diperhatikan?
Semua kemajuan sepak bola Jepang dimulai pada tahun 1993.
Pada grup kualifikasi zona Asia, terdapat 6 negara, yaitu Arab Saudi, Iran, Irak, Jepang, Korea Selatan dan Korea Utara.
Dua negara teratas dipastikan akan lolos ke Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.
Teknisnya, setiap negara akan bertemu di tempat netral, tempatnya di Doha, Qatar dengan masing-masing negara akan bertemu satu kali.
Saat itu, kemenangan masih dihargai 2 poin, belum 3 poin seperti saat ini.
Namun, hasil seri sudah dihargai 1 poin dan kekalahan 0 poin.
Pada matchday 4, Jepang memimpin klasemen sementara dengan perolehan 5 poin (selisih gol +3), sama dengan Arab Saudi (selisih gol +1).
Pada peringkat 3 sampai 5 ditempati oleh Korea Selatan (selisih gol +2), Irak (selisih gol 0) dan Iran dengan 4 poin (selisih gol -2), di mana Korea Utara berada di peringkat terbawah (-4).
Kamis, 28 Oktober 1993, 3 pertandingan kualifikasi ini dilakukan serentak, yaitu pertandingan antara
Korea Selatan melawan Korea Utara, Arab Saudi berhadapan dengan Iran, serta pertemuan Irak dengan Jepang.
Semua pertandingan berjalan sengit, hujan gol terjadi di mana.
Laga derby Korea berakhir dengan skor 3-0 untuk keunggulan Taegeuk Warrior.
Saat peluit panjang ditiupkan, Arab Saudi menang tipis dengan skor 4-3.
Jepang tadinya sudah dipastikan lolos karena unggul 2-1.
Jepang memiliki misi besar: menang di pertandingan ini dan memastikan kelolosan ke kejuaraan Piala Dunia untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah mereka.
Namun, petaka terjadi di menit 90, di mana Jaffar Omran menyamakan kedudukan.
Alhasil, dengan semua hasil yang ada, Jepang finish di peringkat 3, kalah selisih gol dengan Korea Selatan.
Arab Saudi dan Korea Selatan berhak melaju ke Piala Dunia 1994.
Saat itu, media Jepang melabeli kejadian itu dengan The Agony of Doha atau Penderitaan Doha, sementara Korea Selatan menyebut berkah itu dengan Miracle of Doha atau Keajaiban Doha karena di menit-menit akhir membuat mereka lolos.
Tragedi Doha menjadi titik balik bagi sepak bola Jepang dan mereka anggap sebagai kesalahan terbesar atau trauma besar yang tidak boleh terulang di masa depan.
Serial Captain Tsubatsa dan manga atau budaya pop Jepang lainnya kerap membahas Tragedi Doha sebagai awal mula cerita kebangkitan tim berjuluk Samurai Blue.
Sebelumnya, Sudah Membuat Visi 100 Tahun
Sepak bola di Jepang bukanlah olahraga yang paling populer di kalangan masyarakat.
Melainkan adalah baseball yang menjadi kegiatan paling disukai di negeri matahari terbit.
Namun, sejak kemunculan Captain Tsubatsa di tahun 1981, perlahan sepak bola mulai menyaingi baseball sebagai olahraga nomor 1.
Ironisnya, pada tahun 1991, kasta tertinggi sepak bola Jepang masih berstatus sebagai amatir atau tidak profesional.
Alhasil, pada tahun 1992, dimunculkanlah visi sepak bola Jepang selama 100 tahun ke depan.
Mimpi besar Jepang melalui visi tersebut adalah memiliki liga sepak bola yang berkelanjutan, punya 100 kesebelasan sepak bola profesional dan setidaknya sudah memenangkan Piala Dunia pada tahun 2092.
Saat ini, kasta sepak bola profesional di Jepang memiliki 3 tingkatan, mulai dari J1 League (20 tim), J2 League (22 tim) dan J3 League (15 tim).
Jumlah tim dari tahun ke tahun terus bertambah dan akan terus bertambah.
Imbasnya, di kancah Asian Champions League (Setara UEFA Champions League), Jepang menjadi tim terbanyak kedua yang berhasil merengkuh gelar tersebut dengan 7 gelar, hanya kalah dengan klub dari Korea Selatan dengan 12 piala.
Hingga hari ini, J-League menjadi salah satu liga sepak bola terbaik di Asia.
Kompetitif Sejak Usia Dini
Meskipun sudah memiliki kompetisi profesional, namun Jepang tetap memiliki kompetisi amatir.
Kompetisi tersebut bernama All Japan High School Soccer Tournament atau yang dikenal dengan nama Winter Kokuritsu dalam bahasa Jepang.
Turnamen ini diadakan oleh Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA), All Japan High School Athletic Federation dan Nippon Television.
Turnamen ini berjalan selama periode liburan musim dingin sekolah selama 2 minggu dari akhir Desember sampai pertengahan Januari.
Turnamen ini jauh lebih tua ketimbang JLeague itu sendiri, yaitu sudah berdiri sejak tahun 1917.
Tim-tim yang sudah terpilih dari turnamen regional nantinya akan dikumpulkan untuk berkompetisi di wilayah ibu kota Jepang, yaitu Tokyo.
Sejumlah 48 tim akan bermain dalam sistem gugur di rentang waktu 2 minggu tersebut.
Dalam turnamen ini, para pemain ini akan diperlakukan layaknya pemain sepak bola profesional.
Mereka akan menginap di suatu hotel tertentu dengan latihan yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa dari pihak pelatih sekolah.
Nantinya, saat pertandingan, puluhan ribu penonton akan memadati stadion dan mendukung tim kesayangan.
Pertandingan semifinal dan final akan ditayangkan secara langsung di televisi nasional.
Bahkan, total penonton bisa sampai 10 juta pasang mata.
Tidak heran apabila para anak muda Jepang bersemangat untuk mengikuti turnamen ini dan melanjutkan jenjang karir profesional mereka.
Nasib Tim Nasional Jepang Dulu, Kini dan Nanti
Sampai tulisan ini dibuat, Jepang adalah tim dari Asia tertinggi di peringkat FIFA, menempati posisi 27.
Jepang dinilai menjadi salah satu tim terbaik dari Asia di dunia dari segi teknis permainan meliputi sentuhan pertama, umpan-umpan pendek, membangun serangan serta bertahan.
Sejak kegagalan di tahun 1994, Jepang selalu lolos ke 6 edisi Piala Dunia selanjutnya.
Jepang (6) hanya kalah dari Korea Selatan (10) dari segi keikutsertaan dalam Piala Dunia.
Pada Piala Dunia 2002, Jepang dan Korea Selatan menjadi tuan rumah.
Kompetisi tersebut menjadi yang pertama kalinya sepanjang sejarah yang diadakan di 2 negara sekaligus.
Sejak itu, sepak bola menjadi semakin populer di Jepang.
Pencapaian terbaik mereka adalah sampai babak 16 besar, termasuk di keikutsertaan terakhir di Rusia 2018.
Pada pertandingan melawan para pemain kelas dunia tersebut, Jepang bermain luar biasa.
Shinji Kagawa dkk sempat unggul 0-2 melalui permainan yang bagus dan mendominasi, sebelum akhirnya tim besutan Roberto Martinez tersebut bisa kembali dan mengalahkan Jepang 3-2.
Dalam kejuaraan Piala Asia, Jepang menjadi tim tersukses dengan perolehan 4 piala.
Suksesnya tim nasional Jepang tidak terjadi secara instan, melainkan melalui kerja keras dan usaha selama bertahun-tahun.
Mulai dari kompetisi lokal yang berkualitas dan pelatihan yang mumpuni berhasil menghasilkan para pemain yang hebat.
Belum lagi faktor X seperti etos kerja, disiplin, mental serta budaya kerja Jepang yang dinilai luar biasa, bahkan sebagai salah satu yang terbaik di dunia, akan semakin memicu majunya sepak bola di sana.
Tidak sedikit para pemain Jepang yang bisa berkompetisi di sepak bola Eropa yang dikenal sebagai kiblatnya sepak bola di dunia.
Nama-nama seperti Hidetoshi Nakata, Shinji Kagawa, Shunsuke Nakamura, Keisuke Honda, Shinji Okazaki, Yuto Nagatomo, Takumi Minamino, Takefusa Kubo dan masih banyak lagi peman Jepang yang memiliki karir bagus di Eropa, semakin meyakinkan bahwa sepak bola Jepang sudah berada di jalan yang benar.
Dengan melihatnya banyaknya faktor yang mendukung berjalannya sepak bola Jepang sampai hari ini, Samurai Blue punya dasar yang kuat untuk bermimpi meraih trofi Piala Dunia.

Pingback: Martin Ødegaard Selangkah Lagi Gabung Arsenal
Pingback: Bidone d’Oro, Penghargaan Pemain Terburuk di Serie A
Pingback: Yusuf Yazici Kunci Perburuan Gelar Ligue 1 Perancis
Pingback: 10 Pemain Sepak Bola dengan Bayaran Termahal di Tahun 2021
Pingback: Penjelasan Lengkap Sistem Liga Super Eropa, European Super League
Pingback: Juventus Harus Mewaspadai Mehdi Taremi
Pingback: 10 Hal Penting Barcelona vs Paris Saint-Germain yang Harus Kamu Tahu
Pingback: 20 Pemain Sepak Bola Pintar yang Memiliki Gelar Akademik Tinggi
Pingback: Arti Kata Borussia dan Sejarah di Klub Dortmund dan Mönchengladbach