
Sadio Mane, Pria Bersahaja Asal Senegal Pemilik Gelar Bergengsi
Sadio Mane lahir di Bambali, Sédhiou, Senegal pada 10 April 1992 atau dengan kata lain Mane akan berusia 30 tahun pada 2022 ini.
Sebelum kita membahas jauh tentang prestasi seorang Mane, alangkah eloknya kita melihat bagaimana usaha luar biasa dari pria Senegal ini.
Mane kecil tumbuh berkembang di sebuah desa bernama Bambali, letaknya 402 kilometer sebelah selatan ibukota Senegal, Dakar.
Mane sudah mencintai sepakbola sejak masih kecil dan berhasrat menjadi seorang pesepakbola profesional suatu saat nanti.
Sang ayah saat itu melarang Mane untuk menekuni dunia ‘Si Kulit Bundar’ dan mengarahkan Mane fokus kepada sekolah formal.
Ayah Mane adalah seorang Imam Masjid di desa mereka tinggal, akan tetapi saat Sadio Mane berusia 7 tahun, sang ayah meninggal dunia.
Kehilangan sosok ayah tidak membuat Mane muda bersedih, sebaliknya Mane semakin bersemangat untuk menggapai mimpinya.
Semasa hidupnya sang ayahanda selalu berpesan agar Mane tidak pernah meninggalkan kewajibannya sebagai umat muslim.
Sang ayah juga selalu mengingatkan agar selalu berdoa kepada sang khalik, sehingga membuat Mane menjadi pribadi yang religius.
Tekad yang bulat membuat Mane meninggalkan bangku sekolah di usia 15 tahun dan memutuskan mengejar cita-citanya menjadi bintang lapangan hijau.
Mane tahu apabila dia hanya bermain sepak bola di sekitar desanya, tidak akan membuat pemandu bakat meliriknya.
Alhasil, Mane meninggalkan desanya untuk mencari akademi sepakbola di ibukota Senegal, Dakar.
Pada tahun 2009, saat Mane berusia 17 tahun dan sedang bermain di kota M’bour, potensi dan bakat Mane tercium oleh salah satu klub Liga Senegal bernama Generation Foot.
Mane mendapatkan pelatihan dan juga trial di Generation Foot selama satu musim, yaitu tahun 2010.
Setahun berselang atau tepatnya tahun 2011, sebuah langkah besar terjadi dalam hidup Sadio Mane.
🏆 Félicitations à Sadio Mané 🇸🇳 buteur hier soir contre la Roma et qualifié pour la finale de la @ChampionsLeague avec le @LFC 💪👏👏 #ROMLIV pic.twitter.com/yb9BX7u8ci
— Fc Metz ☨ (@FCMetz) May 3, 2018
Generation Foot yang memiliki afiliasi atau kerja sama dengan klub besar Perancis, FC Metz, mempromosikan Mane ke klub tersebut.
Menggapai Mimpi Setinggi Langit Oleh Mane
Mimpi menjadi pesepakbola profesional yang merumput di Eropa tampaknya benar-benar terealisasi.
Adalah pertandingan pada 14 Januari 2012, di mana Mane melakukan debut untuk FC Metz dalam pertandingan kandang melawan SC Bastia.
Sayang, dalam laga tersebut Mane yang bermain sebagai pemain pengganti tidak dapat berbuat banyak karena kesebelasannya mengalami kekalahan.
Dalam musim debutnya tersebut, Mane sukses bermain 23 kali bersama Les Grenats di Ligue 2 dengan torehan 2 gol serta 1 assists.
Pemain yang fasih beroperasi sebagai penyerang sayap ini nampak menikmati karir pro di dunia sepakbola, hal tersebut terbukti dengan perkembangan yang positif.
Pada jendela transfer musim panas 2012-2013, sebuah tawaran menggiurkan datang ke manajemen FC Metz.
Kala itu, Red Bull Salzburg menawarkan proposal transfer untuk pemain berkebangsaan Senegal dengan mahar 4 juta euro (Rp 65 miliar).
Angka tersebut terbilang cukup besar karena Mane baru satu musim bermain di Eropa.
Sadio Mane yang resmi bermain di Red Bull Salzburg langsung menunjukan kualitas yang sangat impresif.
Mane mencetak hattrick pertamanya dalam laga Piala Austria kala RB Salzburg bertemu dengan SC Kalsdorf pada 31 Oktober 2012.
Gol demi gol berhasil Mane dulang untuk Die Roten Bullen selama 2 musim masa baktinya di Red Bull Arena Salzburg.
#Fanfragen an Sadio #Mané? Dann her damit! #bulle12 #fcredbullsalzburg pic.twitter.com/deSvRxEstL
— FC Red Bull Salzburg (@RedBullSalzburg) November 19, 2013
Tercatat selama dua musim tersebut, total Mane bermain sebanyak 87 pertandingan di berbagai kompetisi resmi dengan torehan 45 gol plus 32 assists.
Sinar kebintangan yang terpancar tidak membuat Mane besar kepala, sebaliknya Mane tetap menjadi pribadi humble atau rendah hati seperti ajaran mendiang sang ayah.
Memasuki musim baru di 2014, giliran Southampton yang tertarik dengan Mane.
Tanpa pikir panjang, Manajemen Soton merekrut Mane dengan biaya 23 juta euro atau setara 378,6 miliar rupiah.
Nilai yang sangat bombastis untuk penyerang sayap bertinggi badan 1,74 meter tersebut.
Memasuki negara baru dengan salah satu kompetisi terbaik di dunia yaitu Premier League tak membuat Mane ciut secara mental.
Sebaliknya, Mane semakin bersemangat untuk memberikan prestasi untuk The Saints.
Karir Menanjak Bersama Liverpool
Sadio Mane berseragam Southampton selama dua musim, terhitung sejak 2014 hingga 2016.
Dalam dua musim tersebut, Mane bermain di 75 pertandingan resmi The Saints dengan torehan 25 gol dan 14 asis.
Grafik yang menanjak tersebut membuat Liverpool terkesima dengan penampilan sang winger lincah itu.
Tanpa basa-basi, musim panas 2016, Mane hijrah ke Anfield, markas besar Liverpool.
Nilai transfernya pun menyentuh 41,2 juta euro atau sekitar 678,5 miliar.
Nominal tersebut tampaknya sebanding dengan prestasi-prestasi yang kemudian Sadio Mane daratkan di Merseyside.
Betul saja, bersama kompatriotnya asal benua Afrika, Mo Salah, Mane berturut-turut membawa Liverpool menjuarai Liga Champions 2019 serta Premier League 2020.
Dua gelar yang sudah lama diidam-idamkan oleh suporter Liverpool, Liverpudlian.
Terutama gelar Premier League, Liverpool tercatat sudah berpuasa selama hampir 30 tahun untuk meraihnya kembali.
Terakhir bersama Timnas Senegal, Mane membawa Les Lions de la Teranga menjuarai Piala Afrika 2021 di Kamerun.
Hampir semua prestasi tertinggi berhasil Mane raih setelah melewati berbagai pengorbanan di masa kecil hingga berada pada titik teratas sebagai pesepakbola.
Kebaikan-Kebaikan Sadio Mane yang Bikin Takjub
Dengan segudang prestasi yang sudah Mane dapatkan baik bersama Timnas Senegal dan Liverpool tidak membuatnya menjadi arogan.
Sadio Mane tetap menunjukan menjadi pribadi yang baik dan santun.
Kendati mendapatkan gaji mencapai 2,8 miliar rupiah per pekan, gaya hidup seorang Mane terkesan sederhana.
Bahkan, Mane sering terlibat dengan berbagai kegiatan charity atau amal.
Mane sering menginisiasi kegiatan positif di desanya, Bambali.
Pembangunan rumah sakit sebesar 693 ribu US dollar (Rp 9,9 miliar), sekolah sebesar 350 ribu US dollar (Rp 5 miliar) bahkan stadion berhasil Mane lakukan untuk desa tercintanya.
Hal tersebut membuat Mane sangat dicintai oleh masyarakat Senegal, terutama di kampung halamannya.
Saat final Liga Champions 2019, Mane mendistribusikan 300 jersey Liverpool dengan namset dirinya agar para masyarakat Bambali bisa ikut mendukungnya dari layar kaca.
Selain itu, dalam kesempatan tugas internasional bersama Les Lions de la Teranga, Mane kedapatan ikut membantu staf Senegal membawa dus-dus yang berisi air mineral.
Kemudian, Sadio sering kali terlihat beraktivitas di Masjid kota Liverpool, tidak hanya sholat, namun juga membantu membersihkan tempat ibadah umat muslim tersebut.
Terbaru, Mane sudah menerbangkan sekitar 50 penggemar Senegal untuk menyaksikan laga semifinal AFCON antara negaranya melawan Burkina Faso.
Saat juara melawan Mesir di final AFCON 2022 ini pun ia juga mendatangkan lebih banyak masyarakat Senegal untuk menyaksikan malam bersejarah di mana Senegal akhirnya juara Piala Afrika untuk kali pertama sepanjang sejarah.
Kenapa aku harus punya 10 mobil Ferrari, 20 berlian, atau 2 pesawat? Aku membangun sekolah-sekolah, sebuah stadion, menyediakan pakaian, sepatu, makanan untuk orang-orang yang mengalami kemiskinan ekstrim. Aku lebih suka melihat rakyatku menerima sedikit dari apa yang aku terima di hidupku.
Sadio Mane – nsemwoha.com, 2019
Menjadi bintang sepak bola dunia tidak membuat Sadio Mane lupa akan orang-orang yang jauh lebih membutuhkan.
Kesahajaan Sadio Mane sangat terlihat dari apa yang ia lakukan dengan kelebihan yang ia miliki.
Hormat untuk Sadio Mane!
