Manajer Baru West Brom
Sam Allardyce baru saja ditunjuk menjadi manajer baru West Bromwich Albion, menggantikan Slaven Bilic yang dipecat.
Allardyce terkenal menjadi salah satu manajer yang bisa menyelamatkan suatu klub dari ancaman degradasi.
Manajer berusia 66 tahun ini dikontrak selama 18 bulan yang mana akan berakhir pada akhir Juni 2022.
Musim ini, West Brom baru mengoleksi 7 poin dari 13 pertandingan di Premier League.
The Baggies hanya bisa menang 1 kali dan seri sebanyak 4 kali, sisanya 8 pertandingan berakhir dengan kekalahan.
Dalam kurun waktu tersebut, gawang Sam Johnstone sudah kebobolan sebanyak 26 kali, dengan rerata 2 gol kemasukan setiap pertandingan.
Tim yang bermarkas di The Hawthorns itu hanya bisa mencetak 10 gol.
Kisah Lucu Allardyce menjadi Manajer
Mulanya, Allardyce tidak terlalu yakin akan peluangnya menjadi manajer.
“Ketika aku memulai kursus kepelatihanku, aku pikir mungkin saja aku tidak akan berhasil [menjadi pelatih]” kata manajer yang dijuluki sebagai Big Sam.
Dirinya memulai kursus kepelatihan di rentang usia 26 – 27 ketika dirinya masih menjadi bek tengah yang tinggi, besar dan kokoh.
Di usia tersebut, Allardyce baru saja memulai karir sebagai pemain sepak bola.
“Ada ratusan orang yang ingin menjadi manajer setiap saat ketika mereka tersedia dan jika kamu tidak punya trek rekor, bagaimana kamu bisa masuk ke sana?” jelas Allardyce.
“Aku pikir dengan kamu mendapatkan lisensi kepelatihan lebih dini dan menunjukan keinginan untuk belajar sisi lain dari sepak bola, kepada FA, kursus kepelatihan serta kursus manajemen, ketika bahkan kamu mungkin tidak tahu saat itu, orang-orang akan melihat kamu.”
“Hal tersebut bisa memberikan kamu kesempatan. Mungkin saja, usahamu itu tetap berada di kepala mereka yang berujung kepada keinginan mereka memberikanmu pekerjaan.”
“Kemudian, aku mendapatkan telepon yang konyol dari Pastor Joe [Young, yang kemudian menjadi chairman]” cerita Allardyce.
“Kata dia ‘datanglah dan latihlah Limerick’. Dia menelponku karena dia butuh seorang manajer sekaligus pemain.”
Limerick FC adalah klub sepak bola asal Republik Irlandia.
“Dia tidak tahu tentang diriku. Dia bilang ‘aku memilih kamu dari daftar PFA.’ Dia tahu bahwa aku bermain sepak bola.”
Apakah daftar tersebut diurutkan berdasarkan abjad? Allardyce menjawab: “Iya”.
Jadi, andai nama kamu Sam Thompson, kamu tidak akan dapat pekerjaan itu?
Big Sam menjawab: “Iya, kemungkinan.”
“Ketika pertama kali dia menelponku, aku pikir seseorang sedang usil kepadaku. Aku langsung tutup teleponnya. Kemudian, dia meneleponku kembali.”
Daftar nama seseorang umumnya di Eropa menggunakan nama keluarga terlebih dahulu, kemudian baru nama depan.
‘Allardyce, Sam’ adalah format nama daftar PFA yang dimaksud oleh Pastor Joe.
Sejak telepon tersebut di tahun 1980, Big Sam masih menjadi manajer 40 tahun kemudian.
Sentuhan Magis Allardyce yang Selalu Selamatkan Tim dari Degradasi
Sejak menjadi manajer sekaligus pemain di tahun 1991 bersama Limerick, Allardyce total sudah menangani 10 tim yang berbeda.
Untuk berajang di Premier League sendiri, Allardyce total sudah menangani 7 tim yang berbeda.
Nama klub | Main | Menang | Seri | Kalah | %Menang |
Bolton | 226 | 80 | 66 | 80 | 35,4 |
Newcastle | 21 | 7 | 5 | 9 | 33,3 |
Blackburn | 76 | 26 | 21 | 29 | 34,2 |
West Ham | 114 | 35 | 28 | 51 | 30,7 |
Sunderland | 30 | 9 | 9 | 12 | 30 |
Crystal Palace | 21 | 8 | 2 | 11 | 38,1 |
Everton | 24 | 9 | 7 | 8 | 37,5 |
Statistik Allardyce menangani klub Premier League
Ini bukan kali pertama Allardyce menangani tim yang sedang berjuang untuk bertahan di Premier League.
Dirinya bergabung dengan Blackburn pada Desember 2008 yang ketika kala itu The Rovers berada di peringkat 19 klasemen sementara dan berhasil finish di peringkat 15 di akhir musim.
Semusim kemudian, Blackburn berhasil finish di peringkat 10 di bawah Allardyce.
Musim selanjutnya, Allardyce pindah ke West Ham yang saat itu baru degradasi ke Divisi Championship dan berhasil membawa The Irons promosi melalui jalur playoff.
Bergabung dengan Sunderland pada Oktober 2015, The Black Cats yang saat itu berada di peringkat 19 berhasil bertahan di akhir musim dengan finish di peringkat 17.
Selepas dari Sunderland, Big Sam sempat menjadi manajer tim nasional Inggris di tahun 2016 untuk 1 pertandingan namun langsung dipecat.
Dugaan korupsi dalam skandal Football for Sale menjadi penyebabnya.
Kemudian, Big Sam bergabung ke Crystal Palace dan berhasil membawa The Eagles finish di peringkat 14 klasemen akhir dari peringkat 17.
Big Sam terakhir menangani Everton di tengah musim 2017-2018.
Saat itu, Everton baru saja memecat manajer yang saat ini menangani tim asal Spanyol, Barcelona, yaitu Ronald Koeman.
Big Sam berhasil membawa Everton finish di peringkat 8 klasemen akhir setelah sebelumnya berada di peringkat 13 klasemen sementara ketika bersama Koeman.
Big Sam dipecat dari Everton karena diprotes oleh para penggemar yang tidak suka dengan gaya bermainnya.
Jose Mourinho pun sampai pernah mengkritik gaya bermain Big Sam dengan menyebutnya “seperti permainan sepak bola di abad 19.”
Menilik Peluang Big Sam Selamatkan West Brom dari Degradasi
Big Sam lebih sering bermain dengan gaya kick n’ rush ala Inggris.
Namun, Big Sam adalah salah satu pionir dalam penggunaan sport science dan teknologi di dunia sepak bola Inggris.
Big Sam menggunakan data, komputer serta yoga untuk memaksimalkan potensi para pemainnya.
Kelebihan Big Sam adalah man management, sesuai banyak pengakuan dari para mantan pemainnya.
Big Sam mendapatkan tantangan yang cukup berat.
Namun, dirinya punya skuad yang cukup untuk bisa bertahan di Premier League.
Pengalaman dari sang juara Champions League, Premier League dan Europa League dalam diri benteng kokoh pertahanan bernama Branislav Ivanovic tentu bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.
Penyerang senior Inggris, Charlie Austin dan sayap senior Inggris, Matt Phillips pun bisa diandalkan sebetulnya untuk mendulang gol.
Belum lagi ada Kieran Gibbs, Kamil Grosicki, Hal Robson-Kanu serta sang kapten Jake Livermore yang sudah melalang buana di sepak bola Inggris.
Ditambah lagi, West Brom punya beberapa pemain muda berpotensi seperti Matheus Pereira, Grady Diangana, Callum Robinson, Karlan Grant dan Sam Johnstone.
Dengan segala atribut dalam diri Big Sam serta para pemain yang dimiliki, fans West Brom tentunya bisa berharap untuk bisa melihat tim kesayangannya berlaga di Premier League musim depan, 2021-2022.
Pingback: Empat Derby Terbesar di Sepak Bola Spanyol
Pingback: RB Leipzig Datangkan Dominik Szoboszlai
Pingback: Andalan Baru Lyon Bernama Tino Kadewere
Pingback: Chelsea Era Awal Thomas Tuchel