Pemecatan Direktur Teknik
Krisis Schalke semakin diperparah dengan dipecatnya direktur teknik Michael Reschke dan skorsing para pemain seperti Amine Harit, Nabil Bentaleb dan Vedad Ibisevic.
Schalke juga sudah tidak menang di 25 pertandingan di Bundesliga terakhir, di mana Die Knappen terakhir mendulang 3 poin pada Januari 2020 dengan skor 2-0 melawan Borussia Monchengladbach di Veltins Arena.
Sabtu (28/11) lalu, Schalke kembali tidak menang dalam 25 pertandingan.
Borussia Monchengladbach berhasil mengalahkan Schalke dengan skor 4-1 di ajang Bundesliga akhir pekan lalu.
“Kami menghancurkan diri kami sendiri,” kata chairman Schalke, Jochen Schneider kepada Sportbild awal pekan lalu sebelum pemecatan petinggi penting klub.
Pertama, pemecatan direktur teknik Michael Reschke, mantan direktur Bayer Leverkusen, Bayern Munich dan VfB Stuttgart yang baru 18 bulan bertugas dan 3 jendela transfer pemain bekerja di Schalke.
“Kami punya perbedaan opini terkait masa depan olahraga klub ini,” kata Schneider terkait pemecatan Reschke.
Baca juga: Daichi Kamada & Ritsu Doan Siap Ikuti Jejak Shinji Kagawa di Bundesliga
Tiga Pemain Inti Schalke Dibuang dari Skuad
Tidak lama kemudian, muncul pengunguman bahwa Amine Harit serta Nabil Bentaleb akan berlatih sendiri sampai waktu yang belum ditentukan.
“Schalke dan Nabil tidak cocok bersama,” kata Schneider.
Padahal, Harit adalah gelandang serang penuh bakat yang diincar oleh banyak klub besar di Eropa, seperti Liverpool dari Inggris, Barcelona dari Spanyol dan Atalanta dari Italia.
Harit sempat bermain ketika Schalke kalah 0-2 melawan Wolfsburg sejak menit awal namun diganti pada menit 38 dan langsung pergi ke ruang ganti tanpa memperdulikan sang pelatih, Manuel Baum.
“Ada beberapa hal yang terjadi minggu lalu yang mana kami semua tidak setuju,” jelas Schneider.
“Itulah mengapa Amine aku berikan waktu untuk berpikir” lanjutnya.
Terakhir, ada penyerang Vedad Ibisevic yang baru didatangkan pada September tahun ini yang akan diputus kontraknya per 31 Desember nanti.
Schneider sempat berkelahi dengan Naldo, asisten pelatih saat latihan namun Schneider menjelaskan bahwa itu bukan menjadi alasan pemutusan kontrak pemain asal Bosnia tersebut.
“Terkadang di dalam hidup, ada hal yang tidak berjalan semestinya”, kata Schneider, “namun kami tetap berteman”.
Schalke Bermain Tanpa Perlawanan
“Sangat mengecewakan untuk bermain tanpa daya seperti ini,” kata penyerang Mark Uth kepada Sky Television usai kalah dari Wolfsburg.
“Kami selalu 1 langkan di belakang, kami selalu terlambat untuk tekel dan bahkan tidak mendapatkan kartu kuning.”
“Aku tidak mengerti bagaimana cara menang di pertandingan seperti ini. Cukup sudah semua ini dan aku sangat marah. Aku hanya ingin pergi ke ruang ganti dan menangis.”
Miris untuk melihat fakta bahwa runner up Bundesliga Jerman tahun 2018 dan semifinalis Liga Champions 2011 ini harus berjuang untuk bertahan di kasta tertinggi.
Sebelum masalah di tim inti bisa diselesaikan, terdapat permasalahan yang lebih besar dan mendasar di struktur Schalke yang bisa menimbulkan keributan internal.
Langkah Penghematan Uang yang Kontroversial
Ketika pandemi virus corona melanda dunia sepak bola, dikabarkan ada 13 kesebelasan Bundesliga yang siap bangkrut dan turun ke divisi kedua.
Schalke menjadi salah satu tim yang paling beresiko untuk gulung tikar.
Schalke mengakhiri musim 2018-2019 dengan utang sebesar 200 juta euro, yang mana bisa bertambah menjadi 250 juta euro di akhir tahun ini.
Penghematan yang dilakukan Schalke semakin membenarkan isu bangkrutnya klub.
Para penggemar setia mulai tidak percaya dengan Schalke.
Tiket musiman tidak bisa dikembalikan uangnya diikuti dengan pemotongan gaji para karyawan semakin memberikan jarak antara fans dengan klub.
Schalke dikenal sebagai klub terbesar kedua di Jerman dengan jumlah 160 ribu anggota pemegang saham yang mana adalah fans mereka sendiri.
Dari tahun ke tahum, Schalke selalu bangga dengan nilai-nilai yang mereka rawat, dengan cara melahirkan pemain berbakat dari akademi sendiri, menekankan nilai sosialis secara turun temurun, kelas pekerja serta komunitas buruh tambang di daerah industri Ruhr.
Tidak Hanya Secara Ekonomi, Schalke Juga Bangkrut Secara Moral
Ultras Gelsenkirchen selaku salah satu kelompok penggemar Schalke yang vokal serta teratur memberikan pernyataan yang berapi-api.
Salah satu grup ultras terbesar di Jerman itu mengkritik keputusan petinggi klub, manajemen keuangan serta lunturnya nilai-nilai yang diembang Schalke.
“Musi mini kami nyatakan bahwa terjadi kebangkrutan moral,” mereka tulis akhir musim lalu.
“Klub ini dengan cepat kehilangan kepercayaan dan identitas. Kami tidak akan biarkan klub ini diambil dari kami dan dihancurkan.”
Sementara itu, Alexander Jobst selaku direktur marketing bersiap untuk merombak struktur fundamental di Schalke.
Jobst berniat mengubah dari 100% kepemilikan anggota menjadi kerja sama korporat.
Keputusan tersebut membutuhkan 75% persetujuan dari rapat umum tahunan selanjutnya.
Namun, hal tersebut kemungkinan akan mendapatkan perlawanan keras dari para penggemar yang takut akan investor dari eksternal.
Menurut kamu, apakah Schalke akan selamat dan bagaimana kelanjutan krisis ekonomi dan moral klub ini?
Pingback: Renato Sanches, Wonderkid Gagal yang Membangun Karirnya Kembali
Pingback: Ajax Salah Satu Akademi Terbaik di Dunia
Pingback: Nicolo Barella Bersinar untuk Inter Milan
Pingback: 20 Tim Sepak Bola Terkaya di Dunia Saat Ini
Pingback: Robert Lewandowski Mengincar 2 Rekor