
Schalke Degradasi, Fans Pukul, Tendang dan Melempar Telur kepada Pemain
Para fans melakukan penyerangan terhadap Schalke yang degradasi dari Bundesliga Jerman seusai pertandingan melawan Arminia Bielefeld.
Setelah pertandingan tersebut, Schalke dipastikan terdegradasi ke kasta kedua Liga Jerman, 2.Bundesliga.
Polisi wilayah Gelsenkirchen mengkonfirmasi bahwa mereka berada di wilayah Veltins Arena, stadion milik Schalke.
Dalam sebuah video yang tersebar viral di sosial media, terlihat beberapa fans mengejar para pemain Schalke di sekitar stadion.
Kejadian tersebut berlangsung pada hari Rabu, 21 April 2021 pagi waktu Jerman.
Selasa (20/04) lalu, kekalahan 1-0 Schalke di stadion Arminia Bielefeld memastikan mereka terdegradasi untuk yang pertama kalinya sejak 30 tahun.
Dengan 4 pertandingan tersisa, Schalke hanya mengumpulkan 13 poin dan berjarak 13 poin dari zona kualifikasi degradasi.
Polisi hadir sebagai mediator antara sekelompok fans dan skuad Schalke untuk “pertukaran pikiran secara singkat”, dilansir dari pengumuman klub di hari Rabu (21/04).
Pada hari yang sama, pihak kepolisian Gelsenkirchen juga membuat pernyataan bahwa “500 sampai 600 orang” menunggu tim di Veltins Arena.
Ketika para pemain turun dari bus tim, “telur-telur dilemparkan ke pihak mereka dan melecehkan secara verbal” lanjut pihak kepolisian.
“Polisi berada di tempat dengan kekuatan penuh dan mampu menahan eskalasi lebih lanjut,” terang polisi.
Investigasi masih terus berjalan dan “prosedur penindakan serangan kriminal dan juga administrasi baru saja dimulai.”
“Ini seharusnya tidak terjadi. Hal paling penting sekarang adalah: bagaimana para pemain? Bagaimana para staf?”
Para Pemain Ketakutan
Sementara itu, Sport1 mempublikasikan sebuah kutipan dari seorang pemain yang tidak ingin disebutkan namanya.
“Kami diberitahu dengan lantang dan jelas bahwa kami seharusnya malu dengan diri kami sendiri dan juga semua pemain yang tidak akan berada di sini tahun depan, harus pergi dari sekarang,” lanjutnya.
“Jika itu tidak terjadi, maka hidup kami akan seperti neraka.”
“Kami dilempari telur, petasan dan situasi meningkat secepat mungkin.”
“Para fans menyerang kami. Kami hanya bisa berlari. Itu sangat menakutkan, murni menakutkan! Aku hanya berlari.”
“Sebagian dari kami ada yang ditendang dan dipukuli.”
“Aku sangat terkejut dan aku tidak tahu bagaimana kami harus bermain di pertandingan selanjutnya.”
“Aku juga tidak paham bagaimana bisa kami dihadapkan dengan para fans dengan seterbuka ini sejak awal.”
“Klub bilang akan ada pertukaran singkat.”
“Sementara itu, polisi menunggu jauh dari situasi tersebut.”
Pihak klub Schalke berkata “batasan sudah dilampaui” atas kejadian tersebut.
“Untuk semua rasa frustasi yang bisa dipahami dan kemarahan karena terdegradasi ke Bundesliga 2,” lanjut Schalke.
“Klub tidak akan pernah menerima jika integritas para pemain dan stafnya terancam.”
“Akan tetapi, itulah yang terjadi tadi malam melalui beberapa aksi individu.”
Media lokal, WAZ melaporkan bahwa sebagian besar pemain tidak ada yang terluka namun “beberapa mengalami memar-memar.”
Sementara itu, beberapa grup ultras Borussia Dortmund merayakan terdegradasinya rival lokal mereka dengan menyalakan petasan dekat Veltins Arena.
Penyebab Krisis Schalke dari Dalam dan Luar Lapangan
Dari dalam lapangan, Schalke adalah yang terburuk di Bundesliga musim ini.
Mereka adalah tim dengan cetak gol paling sedikit musim ini (18), kebobolan paling banyak (76), kemenangan paling sedikit (2) dan kekalahan paling banyak (21).
Secara keuangan, Schalke pun terbilang sangat kepayahan.
Hutang sebesar 200 juta euro atau hampir Rp 3,5 T mereka derita.
Pendapatan mereka menurun sebesar 31% menjadi 222,8 juta euro atau hampir Rp 3,9 T di musim 2019-2020.
Secara hak siar, mereka mengalami penurunan sebesar 41%.
Peter Peters selaku CFO mengundurkan diri pada Juni 2020 untuk menambah rentetan penurunan klub.
Schalke mencoba beberapa cara untuk menghemat uang.
Klub ini 100% dikontrol oleh para anggota, diubah oleh Schalke menjadi kemitraan usaha yang berujung tidak baik dengan fans.
Schalke memiliki 160 ribu lebih anggota, kedua terbesar di Jerman.
Akar budaya dari klub ini adalah kelas pekerja dari komunitas penambang dan tentunya beraliran sosialis.
Masalah dimulai pada musim 2019-2020 ketika Schalke sudah 16 pertandingan tidak pernah menang.
Akhirnya, mereka turun dari peringkat 6 ke papan tengah.
Musim depannya, Schalke melanjutkan kemalangan dengan kekalahan 8-0 dari Bayern Munich di laga pembuka Bundesliga.
David Wagner, pelatih kepala yang baru masuk pada Juli 2019, dipecat pada September akhir 2020.
Manuel Baum ditunjuk sebagai pengganti, namun tidak bertahan lama, hanya 11 pertandingan.
Akhir Desember 2020, Christian Gross menjadi pelatih kepala baru untuk menyelamatkan Schalke.
Pada 28 Februari, Gross dipecat oleh Schalke.
Schalke kekurangan uang untuk bisa membeli pemain berkualitas.
Mantan presiden Schalke, Clemens Tönnies menawarkan uang tunai namun ditolak oleh klub.
Pada akhirnya, 2 sponsor baru datang untuk Schalke, yaitu Stötling (perusahan pembersih) dan produsen sosis, Böklunder.
Böklunder diketahui adalah anak perusahan dari banyak bisnis Tönnies.
Enam juta euro atau sekitar Rp 104 M berhasil didapatkan dari 2 sponsor tersebut.
Schalke yang memiliki kebijakan batasan gaji berhasil mendatangkan beberapa pemain.
Mantan penyerang mereka, Klaas-Jan Huntelaar yang sudah berusia 37 tahun datang dari Ajax Amsterdam.
Schalke berharap kedatangan Huntelaar memiliki efek yang sama dengan Zlatan Ibrahimovic di AC Milan, namun gagal total.
Huntelaar hanya bisa mencetak 1 gol dari 6 penampilan di Bundesliga musim ini.
William dari Wolfsburg dan Sead Kolašinac dari Arsenal berhasil dipinjam.
Matthew Hoppe, penyerang muda asal Amerika Serikat juga unjuk gigi namun itu semua tidak cukup.
Bek tengah muda penuh potensi dari Turki, Ozan Kabak, berhasil membuat Liverpool meminjam mereka sampai akhir musim ini.
Ketiadaan penggemar di stadion mungkin jadi alasan mengapa Schalke tidak tampil seperti dulu.
Biasanya, 60 ribu penonton memadati Veltins Arena dan sangat berisik untuk mendukung tim kesayangannya.
Degradasi dan pandemi covid-19 sangat mengurangi pendapatan ketika pertandingan melalui tiket dan lain-lain.
Kondisi keuangan Schalke tidak akan membaik dalam waktu dekat kalau begini terus.
Dengan kondisi seperti ini, mungkin kita butuh waktu yang cukup lama untuk bisa melihat Schalke kembali ke Bundesliga.
