Connect with us

Artikel Top Peluit

Stade Rennes: Mencoba Mendobrak Dominasi PSG di Perancis

Dominasi PSG di Perancis Belum Bisa Diimbangi dengan Para Kompetitor

Rennes memiliki akademi pemain muda yang luar biasa, Julien Stephan selaku manajer yang cerdas dan pemilik klub yang royal.

Dengan modal seperti itu, Rennes diyakini bisa menggoyangkan dominasi Paris Saint-Germain di tanah Perancis.

Kebanyakan, klub asal Perancis cenderung gagal berkembang lebih lanjut usai disuntikan dana, seperti AS Monaco yang gagal bersaing melawan PSG di Ligue 1.

Saat musim 2016-2017, AS Monaco sempat menjuarai Ligue 1 sebelum skuadnya dipreteli klub-klub besar Eropa, tidak terkecuali PSG itu sendiri.

Tidak heran apabila Ligue 1 Perancis sering disebut sebagai Liga Petani.

PSG 3-0 Rennes 07 11 2020

Pada musim tersebut, Lyon juga berpotensi dengan masuk semifinal Europa League.

Namun, perkembangan mereka terhenti usai Corentin Tolisso dan Alexandre Lacazette pergi di musim panas.

Lille juga mengalami hal serupa ketika kehilangan Victor Osimhen dan Nicolas Pepe.

Bahkan, Lyon yang pernah juara Ligue 1 berturut-turut dari 2001-2002 sampai 2007-2008 juga ditinggalkan para pemain bintangnya.

Michael Essien, Karim Benzema, Eric Abidal dan lainnya pergi meninggalkan Lyon.

Pertanyaannya sekarang adalah, apakah ada yang benar-benar bisa menyaingi PSG?

Lille sedang mencicil utang usai membangun stadion baru bernama Stade Pierre Mauroy.

Marseille belum maksimal dalam perekrutan pelatih tim utama.

Niko Kovac sedang membangun kembali AS Monaco yang sempat runtuh.

Kemudian, Lyon sedang mengalami konflik internal yang melibatkan direktur olahraganya, Juninho.

Dengan catatan seperti itu, PSG kekurangan lawan yang sepadan.

Monaco sempat menyaingi dengan direktur olahraga Luis Campos yang fokus kepada aspek olahraga.

Kini, Monaco hanya sebuah tim yang biasa di Perancis usai ditinggal Campos.

Kemarin, PSG menang 3-0 melawan Rennes di ajang Ligue 1.

Berkat hasil tersebut, PSG semakin tinggi di puncak klasemen dengan raihan 24 poin, di mana Rennes berada di peringkat ketiga dengan 18 poin.

Baca juga: INF Clairefontaine: Akademi Sepak Bola Terbaik di Perancis

Salah Satu Tim Besar di Perancis Tanpa Mahkota Gelar Liga

Musim ini, Rennes datang sebagai klub dengan proyek olahraga jangka panjang yang baik.

Untuk menjuarai liga, terlihat kurang realistis bagi mereka.

Sejarahnya, Rennes dikenal sebagai bridesmaid bagi klub Perancis lainnya.

Meskipun mereka adalah salah satu klub bersejarah di Perancis, faktanya mereka tidak pernah menjuarai Ligue 1 atau kejuaraan di Eropa.

Akademi Rennes menghasilkan banyak pemain hebat seperti Ousmane Dembele, Eduardo Camavinga, Tiemoue Bakayoko dan Sylvain Wiltord.

Rennes

Sayangnya, mereka tidak pernah benar-benar punya uang untuk menahan mereka atau manajer yang tepat.

Di bawah kepemimpinan manajer Julien Stephan, Rennes terlihat lebih baik.

Stephan adalah mantan manajer tim cadangan dan tim U-19 Rennes.

Dirinya diangkat menjadi manajer tim inti di saat masa-masa suram klub.

Desember 2018, Sabri Lamouchi digantikan oleh Julien Stephan.

Stephan menang di 6 laga pertamanya dan membuat Rennes bertengger di puncak klasmen liga.

Akhir musim tersebut, Rennes menjuarai Coupe de France dan finish di peringkat 3 yang berujung lolos ke Champions League.

Banyak pemain muda dan pemain lokal yang dihasilkan saat proses tersebut.

Bek tengah besar Damien Da Silva, bek kanan cepat Hamari Traore serta gelandang tengah underrated Benjamin Bourigeaud hadir.

Wonderkid Camavinga bahkan diberikan debut oleh Stephan di usia 16 tahun.

Dua tahun kemudian, mereka semua masih perform di level tertinggi klub.

Pentingnya Dukungan Manajemen Rennes untuk Kemajuan Klub

Kesuksesan mereka tidak hanya datang dari kemampuan Stephan memotivasi, mengembangkan serta meramu taktik para pemainnya saja

Di bawah kepemilikan grup Artemis, sebuah perusahaan finansial yang dijalankan oleh konglomerat Francois-Henri Pinault, Rennes lebih aktif di bursa transfer.

Mereka tidak hanya mendatangkan pemain muda berbakat (Nayef Aguerd, Martin Terrier, Jeremy Doku, Faitout Maouassa), namun juga pemain berpengalaman.

Pemain tim nasional Perancis, Stephen N’zonzi didatangkan bersamaan dengan dipinjamnya pemain bertahan Juventus, Daniele Rugani.

Dengan sumber daya finansial yang kuat, Rennes bisa investasi di pemain baru tanpa perlu menjual pemain mereka.

Raphinha dan Edouard Mendy memang dijual untuk bermain di Premier League, namun mereka dengan cepat diganti dengan pemain baru.

Dalbert Henrique dan Serhou Guirassy datang untuk memberikan kedalaman skuad Rennes.

Pinault tidak akan menyaingi keluarga Qatar yang memiliki PSG, namun akan mencoba lebih banyak mengeluarkan uang untuk Rennes.

Setidaknya, hasil dari usaha Pinault sudah mulai menunjukan hasil dalam aspek prestasi di Eropa dan Perancis.

Mereka juga punya banyak pemain muda berbakat.

Adrien Truffert dan Brandon Sloppy, dua bek sayap berusia 18 tahun ini sudah mulai bersaing dengan pemain yang lebih senior di Ligue 1.

Dengan banyak angin segar yang berpihak kepada Rennes, seperti yang disebutkan di atas, bukan tidak mungkin kita akan melihat AS Monaco 2016-2017 bagian 2 di akhir musim nanti.

1 Comment

1 Comment

  1. Pingback: Olympique Marseille 1993: Juara UCL, Langsung Degradasi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P