Connect with us

Artikel Top Peluit

Tradisi Athletic Bilbao: Hanya Memainkan Pemain Berdarah Basque

Berawal dari Ketersinggungan

Bilbao sebagai ibu kota dari negara Basque menyimpan banyak keistimewaan. Sebagai komunitas otonom di utara Spanyol, mereka selalu memiliki sentimen separatis yang kental. Mereka juga memiliki bahasa tersendiri, yaitu Euskera. Kebanggaan akan budaya sendiri itu mengalir di darah sepak bola mereka, termasuk klub Athletic Bilbao.

Basque Only’ adalah kebijakan klub tersebut dari dulu hingga kini. Aspek tersebut terbukti menggerakan klub secara identitas dan ekonomi. Lahirnya konsep tersebut bisa dibilang melalui proses yang tidak baik. Pada Copa Del Rey tahun 1911, mereka dituduh menurunkan pemain yang tidak sah. Tersinggung dengan hukuman tersebut, mereka langsung menciptakan aturan tersebut guna menghindari kejadian serupa terjadi di masa depan.

Pusat dari kebijakan Athletic Bilbao terletak di akademi pembinaan pemain muda di Lezama. Dari akademi tersebut, mereka menghasilkan sekitar 85% dari seluruh pemain yang pernah membela Bilbao. Meskipun dengan keterbatasan pemilihan pemain, Athletic Bilbao adalah salah satu dari 3 tim (Barcelona dan Real Madrid) yang tidak pernah turun kasta dari La Liga Spanyol.

Komplek latihan mereka tidak pernah kehabisan pemain, meskipun keterbatasan selalu menghantui mereka. Kelompok usia paling muda di Bilbao (U-10) selalu dipenuhi calon bintang masa depan, di mana tahun 2018 saja dipenuhi 1,500 anak-anak. Los Rojiblancos mencari banyak pemain dari area Biscay dan jaringan pencari bakat (scout). Mereka yang sudah terdidik secara budaya tentu memahami siapa saja anak muda yang bisa bergabung ke Lezama.

Berkembang di Dalam dan di Luar Lapangan

Talenta muda tentu perlu berkembang baik di dalam maupun luar lapangan. Direktur sepak bola Jose Amorrortu mengedepankan nilai-nilai moral dari anak-anak sama seperti ia menilai teknik bermain sepak bola. “Semua anak akan memiliki peran dan tanggung jawab ketika mereka bergabung; entah itu menyusun seragam, membersihkan ruang ganti atau membawa perlengkapan latihan”. Konsistensi pengajaran nilai ini sudah diterapkan melalui sistem mereka dan menghasilkan pribadi yang seragam secara kebudayaan di mana mereka akan saling menjaga dan mengawasi satu sama lain.

Mengenai dampak dari kebijakan ini, Amorrortu berkata: “Kami punya sebuah kebudayaan dan identitas. Ini adalah tugas kami untuk menciptakan orang-orang baik dan pemain-pemain yang baik, dan tidak ada yang bisa melakukannya seperti kami.”

“Keluarga adalah segalanya untuk orang Basque dan kami ingin terus bekerja dengan orang-orang kami sendiri. Tidak ada yang lebih membanggakan selain melihat seorang anak kecil yang kini sekarang bermain untuk klub” tutupnya.

Klub Basque lainnya, Real Sociedad memiliki kebijakan yang sama sampai tahun 1989. Meskipun begitu, mereka akhirnya melonggarkan aturan tersebut guna menjadi lebih kompetitif. Real Sociedad kemudian mendatangkan John Aldridge dari Liverpool untuk menjadi lebih kompetitif. Keputusan tersebut penuh pertanyaan, mengingat masa-masa sukses Sociedad datang sebelum 1989 itu.

Kesimpangsiuran Peraturan yang Tidak Tertulis

Athletic Bilbao menganggap kebijakan mereka adalah usaha melawan globalisasi dalam dunia sepak bola. Selain itu, mereka juga tidak semerta-merta mengaku superior akan itu, melainkan hanya berusaha mengabadikan identitas. Sekitar 76% dari penggemar Bilbao lebih baik terdegradasi ketimbang mengendurkan identitas mereka. Dengan kata lain, para penggemar tidak masalah untuk menjadi inferior asalkan budaya tersebut tetap ada.

Meskipun berjalan positif, Athletic Bilbao menjadi klub terakhir di La Liga Spanyol yang menurunkan pemain berkulit hitam dalam diri Jonas Ramalho di tahun 2011. Empat tahun kemudian di 2015, Bilbao baru punya pencetak gol pertama oleh kulit hitam dalam diri Inaki Williams. Hal tersebut terjadi karena kurangnya multikulturalisme di Negara Basque, tidak terkecuali Spanyol. Ketika Ramalho bermain pertama kali untuk Athletic Bilbao, tim nasional Spanyol baru pernah menurunkan 5 pemain berkulit hitam.

Dikarenakan bukan menjadi peraturan resmi Athletic Bilbao, pengertian kebijakan ini tidak jarang menjadi abu-abu. Kebingungan dan ketidaksetujuan kerap muncul dalam perbincangan internal. Pemain yang lahir di Basque tapi dibesarkan di tempat lain dikatakan memenuhi syarat. Transfer Bixente Lizarazu dari Bordeaux, klub Ligue 1 Perancis menjadi contoh kasus yang nyata dari orang Basque yang besar di Perancis. Walaupun tidak lahir di Basque, ada 2 kondisi di mana seorang pemain tetap bisa bermain untuk Bilbao: mereka punya orang tua dari Basque dan sempat bersekolah di wilayah Basque dengan waktu yang tidak ditentukan berapa lama.

Antoine Griezmann lahir di Macon, sebuah daerah di timur dari Perancis. Griezmann sempat dikaitkan dengan kepindahan ke Bilbao pada 2012. Real Sociedad adalah tempat di mana Griezmann belajar sepak bola sejak kecil. Oleh karena itu, Griezmann dinyatakan bisa bermain untuk Bilbao. Meskipun begitu, ia tidak jadi didatangkan karena dinilai kurang layak untuk bermain di Bilbao. Meskipun ia dibentuk secara lokal di Basque, ia tetap dinyatakan tidak cukup. Contoh kasus lainnya ada di Cristian Ganea yang didatangkan dari klub Romania, FC Viitorul Constanta. Klaim dari Ganea adalah ia menghabiskan masa mudanya di klub Basque, Basconia. Walaupun begitu, sebagian besar karir profesionalnya dihabiskan di Rumania, negara asalnya.

Penyumbang Keseimbangan Neraca Keuangan

Dampak dari kebijakan ini tentu saja ke penjualan pemain. Dikarenakan terbatasnya pilihan pemain berdarah Basque, jadi mereka akan memagari para pemain dengan klausul penjualan yang tinggi. Penjualan Kepa Arrizabalaga ke Chelsea menjadi contoh kasus yang tepat. Padahal, di tengah musim itu Real Madrid ingin membeli Kepa dengan biaya 18 juta poundsterling, tapi dengan cerdas Bilbao memperpanjang kontrak Kepa dan membuat klausul penjualan seharga 72 juta poundsterling. Dengan ketatnya strategi penjualan pemain, mereka berhasil juga menjual Ander Herrera ke Manchester United dan Aymeric Laporte ke Manchester City dengan biaya yang besar.

Dalam 10 tahun terakhir saja, Athletic Bilbao sudah mendapatkan penghasilan bersih sekitar 120 juta euro dari penjualan pemain. Dalam kurun waktu 10 tahun ini, 1 gelar Piala Super Spanyol pada musim 2014-2015. Pemain-pemain top yang dijual oleh Athletic Bilbao adalah Kepa Arrizabalaga (ke Chelsea), Aymeric Laporte (ke Manchester City), Ander Herrera (ke Manchester United) dan Javi Martinez (Bayern Munich).

Untuk beberapa klub, rasa kemenangan tidak hanya datang dari piala, tapi melihat masyarakat sekitar bermain untuk klub yang mereka cintai. Tradisi seperti ini mungkin sulit untuk membuat suatu tim dapat kompetitif, tapi Bilbao adalah bukti nyata dari kesuksesan itu.

5 Comments

5 Comments

  1. Pingback: Takefusa Kubo: Nippon Cahaya Asia di La Liga Spanyol

  2. Pingback: Real Madrid & Barcelona Pantas Kalah, Real Sociedad Layak di Puncak

  3. Pingback: Berkat David Silva, Real Sociedad Jadi Kandidat Juara La Liga

  4. Pingback: Kembalinya Trio Casemiro Kroos Modric

  5. Pingback: Empat Derby Terbesar di Sepak Bola Spanyol

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LIKE US ON FACEBOOK

P