Daftar isi:
Perang Bintang Sejak Semifinal
UEFA Nations League (UNL) musim 2020-2021 akhir berakhir dengan Perancis keluar sebagai juara dalam edisi kedua ini.
Dalam laga final UNL yang berlangsung Senin dini hari (11/10), Hugo Lloris dan kawan-kawan sukses menaklukan Spanyol 2-1.
Tim asuhan Didier Deschamps ini mengikuti jejak Timnas Portugal yang sukses mengunci gelar serupa pada musim 2018-2019.
Bermain dalam format turnamen yang sudah berlangsung selama setahun belakangan, Perancis, Belgia, Italia dan Spanyol saling bertemu di babak semifinal.
Perancis menghadapi kekuatan generasi emas Belgia yang tidak pernah mendapatkan gelar juara, sedangkan Spanyol menantang Italia.
Semua pertandingan berlangsung di Italia di mana Juventus Stadium dan San Siro mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah.
Laga pertama semifinal mempertemukan Italia melawan Spanyol di San Siro, Milan.
Italia yang bertindak sebagai tuan rumah harus mengakui keunggulan La Furia Roja dengan skor tipis 1-2.
Kedua gol Spanyol berasal dari kreasi striker muda mereka yang sekarang bermain untuk Manchester City, Ferran Torres.
Setelah gol pertama Torres, Italia harus bermain dengan 10 pemain pasca Leonardo Bonucci mendapatkan kartu kuning kedua di menit 42.
Sedangkan, Gli Azzurri hanya mampu memperkecil ketertinggalan lewat sepakan Lorenzo Pellegrini memanfaatkan assists terukur Federico Chiesa.
Hasil tersebut membuat Spanyol menapaki final Nations League untuk pertama kali dalam sejarah percaturan sepakbola La Furia Roja.
Untuk Italia, selain gagal lolos ke final, mereka juga harus mengikhlaskan kegagalan mempertahankan rekor 37 pertandingan tak terkalahkan alias unbeaten.
Anak asuh Roberto Mancini sebelumnya tidak pernah sekalipun menelan kekalahan dalam 37 pertandingan, termasuk ketika di EURO 2020 lalu.
Laga selanjutnya berlangsung di Juventus Stadium, Turin, markas dari klub raksasa Italia, Juventus.
Perancis yang berhadapan dengan Belgia bermain sangat spartan dan determinasi yang tinggi.
Hal ini terbukti ketika Belgia yang sudah unggul 2-0 harus menerima pil pahit ketika Karim Benzema dan kawan-kawan melakukan comeback.
The Red Devils yang sempat unggul dua gol via lesatan Yannick Carrasco dan Romelu Lukaku harus menderita tiga gol balasan Perancis.
Karim Benzema memulai comeback dramatis Le Blues sebelum akhirnya Kylian Mbappe dan Theo Hernandez membuat Perancis berbalik unggul.
Kylian Mbappe Cetak Gol Kontroversi di Final
Pada babak final, duel Spanyol dengan Perancis sudah menanti pencinta sepak bola.
Spanyol dengan gaya permainan tiki-taka, berhasil menguasai bola sampai 67% di babak pertama dan 61% di babak kedua.
Namun, secara keseluruhan, kedua tim sama-sama melepaskan 12 tembakan.
Dengan dominasi setinggi itu, jelas Spanyol lebih memiliki peluang untuk mencetak gol terlebih dahulu.
Hal tersebut baru terbukti di babak kedua, tepatnya menit 64 ketika Mikel Oyarzabal mencetak gol ke gawang Hugo Lloris.
Memanfaatkan operan terobosan terukur dari Sergio Busquets, pemain Real Sociedad ini berhasil memenangkan duel fisik dengan Dayot Upamecano.
Tembakan keras mendatar berhasil membobol gawang Les Bleus.
Tidak mau tinggal diam, permainan reaktif ala Perancis berhasil membuahkan hasil.
Hanya berselang 2 menit kemudian, Karim Benzema samakan kedudukan melalui sepakan indah ke gawang Unai Simon.
Pada menit 80, Kylian Mbappe yang sudah membuat assist untuk Benzema, akhirnya mencetak gol kemenangan.
Sayangnya, Mbappe sudah jelas 100% berada di posisi offside ketika menerima operan bek kiri AC Milan, Theo Hernandez.
Namun, wasit Anthony Taylor asal Inggris memiliki alasan tertentu untuk membuat gol tersebut menjadi sah.
Eric Garcia sempat menyentuh operan Hernandez guna menyapu bola.
Namun, usaha bek tengah Barcelona tersebut gagal sehingga bola terus melaju ke kaki Mbappe dan gol pun terjadi.
Sentuhan itu yang Taylor nilai membuat gol menjadi sah.
Sergio Busquets menjadi pemain terbaik Finals (babak semifinal dan final) UEFA Nations League kali ini, dengan Kylian Mbappe menjadi top skor finals.
View this post on Instagram
Selain itu, dari peringkat 1 sampai 3 pemain terbaik di babak final, ada Kylian Mbappe, Karim Benzema dan Mikel Oyarzabal.
Sejarah Singkat UEFA Nations League
Perancis mengikuti langkah Timnas Portugal sebagai juara UEFA Nations League edisi sebelumnya yaitu edisi musim 2018-2019.
Walau hanya berskala turnamen persahabatan, ada gengsi yang dipertaruhkan guna mentasbihkan negara terbaik di daratan Eropa.
View this post on Instagram
Selain gelaran turnamen EURO, UEFA Nations League terbilang sebagai turnamen alternatif di daratan Eropa.
Pada awal pergelarannya yaitu pada tahun 2018-2019, UNL memiliki format unik yaitu 54 negara UEFA terbagi kedalam 4 divisi.
Masing-masing divisi, terbagi ke dalam 4 grup dan penentuan divisi berdasarkan rangking FIFA masing-masing negara.
Pada edisi pertama, Portugal, Belanda, Inggris dan Swiss keluar sebagai semifinalis.
Di partai puncak, Selecao De Quinas berhasil menjungkalkan perlawanan De Oranjes, Belanda sengan skor tipis 1-0.
Hal unik lainnya, UNL memiliki sistem promosi dan degradasi di masing-masing divisi (kecuali divisi teratas, tidak ada promosi).
Masing-masing divisi menerapkan sistem promosi dan degradasi pada akhir turnamen dan akan berpengaruh pada posisi setiap negara di turnamen selanjutnya.
Oleh karena turnamen ini masuk ke dalam FIFA Matchday, maka setiap kemenangan akan terhitung dalam perolehan poin di peringkat FIFA.
Maka dari itu, selain gelar juara, para negara-negara yang berpartisipasi juga mengejar kemenangan untuk mendongkrak posisi di peringkat tersebut.
Pada gelaran musim 2020-2021, format kompetisi sedikit berubah.
Masing-masing 16 negara berada di divisi satu (Liga A), dua (Liga B) dan tiga (Liga C).
Sementara itu, hanya ada 7 tim di divisi empat (Liga D).
Pada divisi teratas, masing-masing juara grup akan melangkah ke babak semifinal untuk memperebutkan juara UEFA Nations League.
Pro dan Kontra UEFA Nations League (1/2)
UEFA Nations League sudah bergulir sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2018-2019 dan 2020-2021.
Dengan kata lain setiap tahun, turnamen persahabatan ini sudah rutin dilakukan, tidak hanya Eropa, bahkan di Amerika Utara sudah rutin terlaksana.
Awalnya, niat turnamen ini supaya meningkatkan kualitas pertandingan dengan membuat sebuah liga di mana negara-negara tertinggi di Eropa akan saling berhadapan.
Namun, pada akhirnya, banyak pihak, tidak hanya pemain, pelatih serta coaching staff tetapi juga jurnalis sering memperdebatkan manfaat turnamen ini.
Arsene Wenger (mantan pelatih Arsenal) pernah berujar bahwa sebagai anggota FIFA Development mengatakan ingin menghapus event tersebut.
Secara pribadi, Wenger mengatakan salah satu faktor dirinya ingin menghapus turnamen persahabatan tersebut adalah faktor fisik.
Menurutnya, UNL akan membuat fisik serta mental dari para pemain akan lebih banyak terkuras, tidak hanya bersama klub tetapi juga bersama Timnas negara masing-masing.
Bahkan, dalam wawancara terbaru, Thibaut Courtois mengatakan bahwa bermain dalam 3rd place atau peringkat 3 di UEFA Nations League adalah hal yang mubazir.
Tidak tanggung-tanggung, kiper asal klub Real Madrid ini mengatakan bahwa UEFA ini mata duitan dan tidak memedulikan kesehatan atlet.
Baginya, UEFA hanya peduli terhadap keuntungan mereka semata tanpa melihat aspek kesejahteraan semua atlet.
Jadwal yang padat, tidak hanya di klub tetapi juga di negara ini memiliki efek yang cukup buruk.
Salah satunya adalah potensi cedera akibat fisik para pemain yang mulai kelelahan atau sudah tidak maksimal.
Pro dan Kontra UEFA Nations League (2/2)
Selain itu, apabila mendapatkan hasil yang buruk (padahal hanya bertajuk turnamen persahabatan) bisa berpengaruh kepada mental pemain.
FIFA dan UEFA sebagai badan paling berwenang harus mencari formula baru atau formula lain agar para pemain tidak jenuh terhadap jadwal pertandingan yang padat.
View this post on Instagram
Mungkin salah satunya, banyak memaksimalkan kombinasi pemain U-23 atau junior ketika pertandingan-pertandingan UNL berlangsung.
Nilai plus yang bisa diambil mungkin jam terbang yang akan dimiliki oleh pemain-pemain yang sebelumnya minim caps bersama negaranya.
Selain itu, dengan hadirnya turnamen ini, jumlah pertandingan persahabatan pun akan berkurang.
Sebagai informasi, pertandingan persahabatan antar negara terbilang kurang greget atau kompetitif karena tidak ada hadiah berupa gelar juara, terutama dari negara-negara yang besar di sepak bola seperti Jerman, Spanyol, Inggris, Italia, Perancis, Belgia, Portugal, Belanda dan masih banyak lagi.
Dengan hadirnya UEFA Nations League, terutama di divisi teratasnya, kita akan menikmati pertandingan besar antar negara besar hampir di setiap jeda internasional.
Sayangnya, gengsi turnamen ini masih jauh ketimbang Euro.
Lalu, para negara yang tidak mengejar gelar juara, pasti akan memberikan minute play yang cukup akan memberikan banyak kesempatan untuk seluruh pemainnya.