Connect with us

Artikel Top Peluit

Kenangan Xabi Alonso Tentang Keajaiban Malam Itu di Istanbul 2005

Keajaiban Istanbul 2005 akan selalu dikenang oleh penggemar Liverpool, begitupun dengan mantan pemainnya. Ini cerita di balik layar final itu.

Mantan gelandang Liverpool, Xabi Alonso mengenang kembali kenangan akan keajaiban Istanbul 2005.

Pada final Champions League 16 tahun silam, AC Milan sudah unggul 3-0 di babak pertama.

Lalu, bagaimana akhirnyaThe Redsyang tidak diunggulkan bisa juara?

Tim Unggulan Melawan Tim Non-Unggulan

Musim 2004-2005 mungkin menjadi sesuatu yang buruk bagi Liverpool.

Bagaimana tidak, pada ajang Premier League, mereka tampil kurang baik sehingga hanya mampufinishdi peringkat 5.

Belum lagi, mereka kalah dari Chelsea di final League Cup pada Februari 2005.

Selain itu, mereka tersingkir di FA Cup pada babak ketiga.

Tentunya ini bukan musim yang bagus untuk The Reds.

Namun, final Champions League di Ataturk Olympic Stadium, Istanbul, Turki, pada 25 Mei 2005 tentu bisa menjadi pelipur lara.

Kamu pergi ke lorong dan sangat fokus. Kamu melihat ada tim Milan di sisi lain.

Pengalaman yang mereka miliki, para pemainnya, sangat impresif. Beberapa meter di depan, ada trofi.

Istriku menonton di sana. Ayahku bersama dengan saudara kandung laki-lakiku, juga menonton di sana. Ibuku, ia menonton dari San Sebastian. Dia selalu berteriak dari sofanya.

-Xabi Alonso

Malam itu, AC Milan besutan pelatih Carlo Ancelotti bermain dengan 4-4-2 diamond atau formasi pohon natal.

Dida mengisi posisi penjaga gawang bagi tim yang malam itu mengenakan warna seragam kedua, yaitu putih.

Sementara itu, 4 pemain bertahan mulai dari kanan diisi oleh Cafu, Jaap Stam, Alessandro Nesta dan Paolo Maldini.

Empat gelandang tengah berisikan Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, Clarence Seedorf dan Kaka.

Kemudian ada Hernan Crespo dan Andriy Shevchenko pada duet penyerang.

Pada sisi lainnya, Liverpool besutan Rafael Benitez yang mengenakan seragam berwarna merah bermain dengan formasi 4-1-3-2.

Jerzy Dudek sang kiper bermain di belakang 4 bek, mulai dari bek kanan Steve Finnan, duo bek tengah Jamie Carragher dan Sami Hyypia dan bek kiri Djimi Traore.

Lalu, Xabi Alonso bermain sebagai gelandang bertahan, melindungi 3 gelandang di depannya, yaitu Luis Garcia, Steven Gerrard dan John Arne Riise.

Kemudian, Milan Baros sang penyerang utama mendapatkan dukungan dari penyerang kedua, Harry Kewell.

Musim itu, Xabi Alonso baru bergabung dengan Liverpool dari Real Sociedad.

Nilai transfer sebesar 10,7 juta poundsterling menjadi mahar untuk sang deep-lying playmaker.

Babak Pertama: Milan 3-0 Liverpool

Pertandingan berjalan seru pada final Champions League 2005 malam itu.

AC Milan yang musim itu tampil bagus di Serie A, berhasil meneruskan performanya di ajang kontinental ini.

Babak pertama, Milan sangat jauh mendominasi Liverpool dari segi penguasaan bola (56%-44%), jumlah tembakan (7-5) dan yang paling penting, gol.

Skor 3-0 untuk AC Milan pada babak pertama.

Xabi Alonso pun bercerita tentang periode buruk itu.

Milan bermain sangat nyaman, sangat mudah. Kami membuat mereka bermain sangat mudah. OK, ketika kami menguasai bola, kami tidak membuat peluang. Kami tidak berbahaya.

Aku ingat ketika babak pertama, aku sangat kecewa dengan diriku sendiri. Beberapa pemain, mereka sudah sangat jatuh, seperti “wah, ini sudah selesai” dan “kita sudah tidak punya peluang.”

Kemudian, Rafa [Rafael Benitez], alih-alih memberikan kami motivasi yang sangat emosional seperti: “Oh, kamu harus mengganti ini..”, “Mereka tidak pantas mendapatkan ini!”, “Kamu harus begini, begitu..”, ia justru memberikan kami arahan taktik bermain yang sangat detail, sebuah perbincangan taktik tentang apa yang salah, apa yang harus diubah, dan kami bilang “Kita lihat nanti apa yang akan terjadi.”

Pada menit pertama, Milan sudah unggul melalui gol tendangan voli Paolo Maldini, memanfaatkan operan Andrea Pirlo via tendangan bebas.

Tiga puluh delapan menit kemudian, giliran Hernan Crespo yang menambah pundi-pundi golI Rossoneri.

Sebelumnya, terjadi sedikit perdebatan tentang pelanggaranhandballdi kotak penalti AC Milan.

Setelah itu, Milan pun langsung melancarkan serangan balik cepat.

Melalui operan silang matang dari Andriy Shevchenko, Crespo dengan mudah menceploskan bola ke gawang Dudek.

Semenit sebelum turun minum, Milan menggandakan keunggulannya.

Crespo kembali mencetak gol melalui serangan balik cepat, kali ini memanfaatkan umpan terobosan akurat dariplaymakerBrazil, Kaka.

Dengan sangat tenang, penyerang Argentina itu mencungkil bola atau men-chipmelewati penjaga gawang asal Polandia.

Babak Kedua: Milan 3-3 Liverpool!

Liverpool menatap babak kedua dengan skor 3-0 untuk keunggulan AC milan.

Saat itu, Milan memang layak unggul mengingat predikat mereka sebagai unggulan.

Beda cerita dengan Liverpool yang memang datang sebagaiunderdogatau tim non-unggulan.

Pada awal babak kedua, Dietmar Hamann masuk menggantikan Finnan di posisi bek kanan.

Sebelumnya, pada babak pertama tepatnya menit 23, Kewell sudah terlebih dahulu keluar karena cedera, Vladimir Smicer pun masuk sebagai penggantinya.

Menit 54, Riise mengirimkan umpan silang ke kotak penalti yang Gerrard sambut dengan sundulan ke tiang jauh Dida dan gol, skor menjadi 3-1.

Gol pertama Stevie memberikan kami harapan. Itu mengonfirmasi bahwa kami akan melakukan hal yang lebih baik.

Begitu kenang Alonso.

Dua menit kemudian, giliran Smicer yang mencetak gol kedua untukThe Redsvia lesatan jarak jauh dari luar kotak penalti seusai menerima operan dari Hamann, skor 3-2.

Ketika Vladi mencetak gol kedua, kami bilang “Yes! Kita akan coba terus!” Aku punya perasaan bahwa gol ketiga akan datang.

Tiga menit berselang, Liverpool mendapatkan penalti seusai Gattuso melakukan pelanggaran terhadap Gerrard di kotak penalti Milan.

Alonso maju sebagai eksekutor penalti yang tembakannya berhasil Dida tepis.

Bola muntah tersebut berhasil ia ceploskan kembali ke gawang Milan pada menit 60, skor 3-3!

Itu adalah penalti profesional pertamaku sepanjang karir. Aku belum pernah mengambil tendangan penalti sebagai seorang profesional. Aku sangat yakin akan mengarahkan bola itu ke mana. Penaltinya tidak buruk, namun Dida membuat penyelamatan gemilang. Namun, aku melakukan reaksi tercepatku sepanjang karir dan dengan bola muntah itu aku terasa seperti lahir kembali.

Kami tahu kami sudah kembali ke permainan dan kami seperti punya satu nyawa lagi untuk hidup. Setelah kami mencetak gol ketiga, kami berada dalam permainan yang bagus, namun Milan seperti singa yang terluka, ketika mereka kembali, mereka akan jauh lebih berbahaya. Kami harus bertahan mati-matian untuk kembali.

Setidaknya, Milan bisa menambah 3 atau bahkan 4 gol tambahan selama 120 menit pertandingan.

Keajaiban Istanbul 2005: Babak Adu Penalti

Pertandingan berjalan alot di mana Milan lebih banyak menguasai peluang besar.

Akhirnya, pertandingan berjalan selama 120 menit.

Milan memasukan Jon Dahl Tomasson di menit 85 menggantikan Crespo, semenit kemudian Serginho masuk untuk Seedorf.

Pada menit 112, playmaker Rui Costa masuk menggantikan ball-winning midfielder dalam diri Gattuso.

Sementara itu, Baros yang sudah menerima kartu kuning keluar untuk Djibril Cisse.

Dari gol ketiga kami sampai peluit panjang babak tambahan waktu terasa sangat lama, dan mereka bisa mencetak gol.

Pertandingan pun harus selesai dengan adu penalti.

Ketika pertandingan harus sampai adu penalti, kami punya kepercayaan bahwa kami sudah berjalan sejauh ini. Mungkin itu artinya adalah sebuah takdir dan berarti kami punya peluang yang bagus.

Sangat bertensi tinggi dan sangat dramatis. Ketika kamu melihatnya, itu sama seperti satu orang rekanmu datang ke perang sendirian, melawan tentara pilihannya dengan tentaramu.

Adu penalti bermula untuk Milan di mana tembakan Serginho melambung tinggi.

Lalu, Hamann dari Liverpool berhasil mencetak gol.

Kembali ke Milan, kini giliran tembakan Pirlo yang terlalu pelan dan mudah terbaca sehingga berhasil Dudek tepis.

Kemudian, Cisse sang pemain pengganti berhasil menggandakan keunggulan adu penalti Liverpool menjadi 2-0.

Milan perkecil ketertinggalan menjadi 2-1 melalui penalti Tomasson.

HarapanI Rossonerikembali meninggi seusai tendangan penalti Riise berhasil Dida tepis.

Penalti Kaka kemudian berhasil samakan kedudukan pada adu penalti menjadi 2-2.

Namun, Liverpool kembali unggul, menjadi 3-2 berkat penalti Smicer.

Milan berpeluang terus memperpanjang nafas di adu penalti yang ke-5 ini melalui Shevchenko.

Akan tetapi, Dudek berhasil menepis usaha sang penyerang Ukraina.

Liverpool pun menang adu penalti 3-2.

Kenangan Xabi Alonso Tentang Istanbul 2005

Kebahagiaan tentu terpancar dari Liverpool dari final itu, tidak terkecuali dari Alonso.

Semua wawancara ini dilansir dari situs resmi UEFA, bekerja sama dengan Expedia.

Ledakan kebahagiaan. Euforia. Aku mulai berlari, bahkan tidak tahu harus berbuat apa.

Hal yang terbaik, terlepas dari kebahagiaan yang kamu capai, adalah kamu tahu kamu membuat orang-orang bahagia. Seberapa bahagianya penggemar Liverpool berhasil kamu buat. Itulah yang tetap berada di ingatan dan membuat kami bangga.

Aku pikir setelah bertahun-tahun lamanya, itulah hal yang terbaik. Itulah tujuan kami bermain. Tanpa penggemar, sepak bola itu bukan apa-apa.

Begitulah kenangan Alonso tentang keajaiban Istanbul 2005.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *